Senin, 26 Januari 2015

TWINS ( Part 6 )



( Part sebelumnya... Masalah lagi, kejadian2 aneh yg menimpa Ve akhir2 ini buat Ve mulai frustasi. Hanya Shania lah yg mempercayainya. Sedang Kinal, dia begitu marah hingga tega menampar Verandadari ).

**
Ketika hati terluka
Seakan jiwa tersesat, tenggelam dalam duka
Hanya menangis
Meratapi diri hingga air mata mengalir dan habis

Aku merasa hina
Seakan bukan makhluk yg mampu untuk di cinta

Penyesalan tak lagi mampu kembali tegarkan diri, dan terhempas asa dalam goresan cerita

**

Saat di kamar, Kinal mendapati kamarnya kosong. Mungkin Dhike lagi di kamar mandi atau lagi maen di kamar Ghaida dan Via, mungkin.

Kinal bersandar di kaki tempat tidurnya sambil menghela nafas. Ia teringat tamparannya tadi. Tamparan pertama yg Kinal berikan pada kembarannya sendiri. Sakit, Kinal merasakan sakitnya. Sakit terhadap perbuatannya, entah kenapa dia reflek melepas tamparan ke wajah halus Ve.

Pikirannya makin kacau, sebenarnya Kinal tak ingin kembarannya itu tergila2 terhadap cowok dan mengabaikan sekolah. Dari dulu Ve selalu malas belajar, dia selalu bergantung sama Shania dan sekarang, entah apa yg ada di benaknya. Kenapa Ve bisa membawa barang yg tak pantas untuknya dan menjelekkan temannya sendiri. Huuft.

Kinal memutuskan untuk mengambil earphone dan memasangnya.

*Seseorang memanggil namaku dari dunia ini.... Dengan suara yang samar saatnya ini juga.....*

Lagu favorit Kinal, selalu ia dengarkan saat fikirannya lagi tak tenang.

Kini, Kinal berbaring di tempat tidurnya, memandang langit2 kamar sambil menerawang.

Gadis tomboy itu masih memikirkan soulmatenya*eh.
Kinal tau sekali, sejak dulu Ve hanya naksir sama Bara. Setahun lebih Ve ngejar2 cowok itu, walau sampai detik ini Ve tak pernah dapat respon darinya. Ve gadis yg pantang menyerah. Tapi, kenapa Ve selalu gonta-ganti pacar? Ah, pusing Kinal dalam hatinya.

Sejenak Kinal berfikir, mengapa ya.. ada seorang gadis yg mau2nya mengejar cowok yg jelas2 tak memberi balasan.
Cintakah? Apa itu cinta? Kinal tak tau.
Kinal belum pernah menyukai lawan jenis. Sampai2 dulu Ve pernah bilang padanya.

"Iiih.. loe tuh gak normal, jangan2 loe l*sbi ya!!".

Kinal tak pernah peduli di bilang seperti itu.
Bukannya Kinal l*sbian? Tapi masalahnya bagaimana mungkin ia menyukai lawan jenis bila tak pernah mencoba mengenal mereka? Ya gak?.
Entahlah, dari dulu Kinal punya prinsip bahwa cowok di dunia ini sama saja. Rusak satu, rusak semua. Gak ada yg benar2 baik(jangan ada yg tersinggung ya, heee peace!).
Mungkin Kinal sering melihat berita akhir2 ini yg selalu menayangkan tentang penc*b*lan/pem*rk*saan di tv. Entahlah?.

Makanya Kinal tumbuh jadi gadis yg tangguh dan selalu jaga jarak dengan lawan jenis.

Oh ya, pernah suatu hari. Saat VeShaNal jalan2 di mall, Kinal paranoid sendiri, begitu melihat segerombolan boyband*eh. Berjalan melewatinya. Padahal, boro2 ganggu? Melirik Kinal aja enggak. Kejadian itu membuat Kinal di tertawakan terus-menerus oleh Ve.

Jadi, perlu di tekankan. Kinal hanya mau berteman dengan cowok baik dan gak macam2. Misalnya.... sekedar maen basket gitu. Itu gak masalah yg penting gak usil.

Lamunannya buyar, ketika pintu kamarnya terbuka dan munculah gadis tsundere. Gadis itu memakai celana pendek dan tangtop hitam, rambutnya basah.

"Wow... sekseh banget loe Key". Ujar Kinal dengan senyum nakal.

Dhike tak menggubris rayuan Kinal. Dia langsung duduk di pinggir tempat tidur lalu memeluk lutut.

"Barusan berantem lagi, Nal?".

"Yups, emang dari kamar kamar mandi kedengeran ya?". Polos Kinal.

"Ya iyalah!!"
"Kenapa sih, loe sama Ve gampang banget berantem?"
"Padahal kan cuma masalah sepele!!". Kesal Dhike.

Kinal melotot maksimal.

"Eh, masalah sepele apaan!!".
"Jadi, tadi tuh waktu gue turun dari tangga, gue papasan sama Ve, dia langsung nuduh gue katanya gue habis ngapa2in di kamar Bara. Padahal kan gue baru dari ruang kerja nyokap loe!".
"Karena gue kesel dituduh gitu, gue tampar aja dia!!". Jelas Kinal menggebu2.

"Hah!! Gila loe Nal".
"Kok tega sih, loe sama kembaran sendiri?". Dhike bergidik ngeri sambil memegangi kedua pipinya.
"Loe dah kelewatan tau Nal, meskipun Ve anaknya sering bikin loe kesel, gak seharusnya loe berbuat seperti itu". Terang Dhike.

Kinal terdiam, ada rasa bersalah mengusik relung hatinya.
*

Sementara di kamar sebelah.

"Shaniaaaaaaa...".

Begitu Ve memasuki kamarnya, Shania sedang sibuk mengerjakan PR di atas tempat tidur. Ve langsung berlari memeluk Shania. Air matanya mengalir deras.

"Kenapa Ve?". Heran Shania.

"Kinal... dia barusan nampar gue. Tega!! Tega!! Tega!!". Raung Ve.
"Padahal kan gue cuma nanya dia, ngapain dari kamar Bara? Eh dia malah marah sampe berani nampar gue!! Hiks....".

Shania memegangi pipi Ve yg kemerahan itu.
"Duuh.... Ve, mungkin Kinal lagi badmood, sabar ya..". Ucap Shania lembut.

"Tapi gak pake nampar juga kan!!".

Ve mulai mengusap air matanya. Ve gak terima di perlakukan seperti itu. Marah, kecewa, sedih. Sebenarnya Ve ingin sekali balas tamparan itu, tapi di urungkannya.

"Oh ya, tadi gak tau sejak kapan. Ternyata bu Dwi ada di dekat tangga saat kita lagi berantem".
"Dan yg bikin gue tambah kaget, di sebelahnya...... di sebelahnya Shan, ada Bara.. ouh".

Ekspresi Ve berubah, dari yg sendu2 jadi senyum2 malu. Entah, masalah apapun yg sedang di alami Ve. Tiap melihat seorang Bara di hadapannya, pasti langsung bikin hatinya senang dan tenang. Ve lupa dengan masalah yg digendongnya.wkwk.

Beberapa menit mereka terdiam. Ve menyenderkan kepalanya di bahu Shania.

"Hmmm... BTW soal Bara, cowok itu makin keren aja deh. Tadi tuh....aaah, jantung gue berdebar, gila!!"
"Mungkin waktu nyiptain Bara, Tuhan lagi seneng kali ya?".
"Habisnya... jadi ganteng banget gitu!!". Delusi Ve mulai gentayangan, suaranya manja dan kecentilan(kayak di unit song Koike'adyth').

"Ciee cieee...". Goda Shania.
"Terus Eza mau di kemanain, Ve?".

"Iiiih, kan gue dah pernah bilang dulu, kalo Bara dah ngasih sinyal2 'positif'. Pasti Eza langsung gue putusin". Jawab Ve santai.
"Yaah, bagi gue ya Shan. Sekeren2nya cowok di dunia ini. Gak ada yg sekeren Bara lah....".
"Kenapa ya, Tuhan bisa nyiptain makhluk sekeren itu. Apa Tuhan emang dah nakdirin Bara bersanding sama bidadari seperti gue??".

"Diiiih, lebay deh loe, Ve".

"Biarin!!".
***

*Teeeeettttt*

Bel tanda istirahat pertama berakhir. Seluruh murid masuk ke kelas masing2. Begitu pula kelas XI.4.
Penghuni kelas itu sedang panik2nya. Karena sebentar lagi ujian Fisika.

Kelas hening, saat soal2 ujian itu di bagikan. Buat murid yg biasa nyontek, hati2 saja. Bu Ema, sang guru Fisika itu tak akan terima alasan apapun mengenai contek-mencontek.

Bu Ema masih duduk di meja guru. Suasana benar2 tegang. Banyak wajah2 cemas yg menghiasi raut para murid. Entah karena tak bisa menjawab soal yg sulit itu atau apa?! Gak tau lah.

"Ssssttt... sttt... Ve, Veranda". Shania berbisik pelan, matanya mengarah pada Ve yg duduk di belakang sebelah kiri bangku Shania.

Ve yg merasa dirinya di panggil, segera menoleh ke arah kembarannya itu.

"Apa?". Jawab Ve tanpa suara.

"Itu...itu tuh apaan tuh??".
Tunjuk Shania pelan melihat ke bawah meja Ve.

Ve mengerutkan alisnya, terdapat lipatan kertas kecil di sebelah sepatunya. Perlahan2 Ve memungut kertas itu. Lalu di buka.

"Hah!!". Ve terbelalak.

Kertas itu berisi rumus2 mapel Fisika dll. Ve bingung, itu punya siapa? Pikirnya.
Ve sadar, meskipun dia tak bisa di bilang pintar, Ve tak pernah bikin contekan di kertas. Paling cuma bertukar pikiran saja sama Shania saat ujian. Ck! Sama juga nyontek kali Ve. Author geleng2 kepala.

"Ehemm!!".
Suara deheman membuyarkan pikiran Ve.

Ternyata bu Ema sudah berdiri di sampingnya. Memergoki Ve sedang memegang kertas contekan.

*Breeeett...Breeett...Breeettt*

Gak pake lama, kertas ujian Ve di sobek2 tanpa ampun. Semua murid terkaget2. Beberapa menit kelas jadi agak ribut.

"Iiih, malu2in banget sih loe!!". Sentak Kinal, setelah ujian itu dah selesai.

Kini Ve masih duduk di bangkunya, menundukkan kepala dan Kinal samperin Ve dengan makian.

"Makanya, jadi orang jangan males!!! Belajar Ve!! Belajar!!". Geram Kinal.

"Itu.... bukan contekan gue Nal". Gumam Ve lemas.

"Ah, udah ketahuan juga. Masih ngelesss!!!".

"Nal, udah Nal... jangan bikin Ve tambah down". Tegur Dhike.

"Abisnya Key, Ve itu... makin lama..... dia.... aaarrrgghh, tau ah!!". Kinal berlalu dengan dua sungut di atas kepalanya.
**

Sore hari...

"Hiks...hiks....gue gak ngerti Shan....".
"Kenapa beberapa minggu ini, semua hal aneh terjadi sama gue?!".
"Bukan gue..... hiks..hiks...".

Ve sesenggukan melepas semua beban yg menyakitkan sambil memeluk Shania erat. Shania mengelus2 punggung Ve lembut untuk menenangkannya.

"Pertama, gue di tuduh bawa rokok, padahal itu bukan punya gue. Kedua, gue di tuduh ngirim SMS jelek2in Frieska dan bikin dia marah sampe sekarang. Terakhir, bu Ema nyobek2 kertas ujian gue tanpa bukti jelas. Padahal contekan itu bukan tulisan gue Shan...". Keluh Ve masih dalam isakan.

"Maaf ya Ve, tadi gue gak sempat belain loe".
"Gue percaya kok, contekan itu bukan punya loe".

"Shania, makasih ya... cuma loe yg percaya dan peduli ma gue".

Lalu Ve berbaring di tempat tidurnya, memandang langit2 kamar.

"Shan, bukannya gue nuduh. Tapi.... mungkin gak sih, kalo ada seseorang di balik semua ini?". Ucap Ve masih menerawang ke atas.

"Gue gak tau". Balas Shania yg juga berbaring dan menatap ke langit kamar.

Lama, mereka terdiam dalam pikiran masing2.
Lalu Ve menghela nafas panjang. Mengusap air mata, kepala Ve pusing memikirkan hal yg tak ia ketahui. Masalah itu semakin datang silih berganti.

"Shan, gue cuci muka dulu ya....". Ucap Ve lemah lalu beranjak dari tempat tidurnya, kemudian berjalan keluar kamar.

Tinggal Shania sendirian.... ia menatap lemari pakaiannya lekat2.
*

Ve, kini membasuh wajahnya di wastafel depan kamar mandi. Wajahnya di basuh dengan air sebanyak2nya. Poninya tersibak ke belakang. Ve memandang dirinya di depan cermin.

Masih cantik badai, walau matanya merah dan sembab.
Air itu sedikit bisa menyegarkankan wajah dah hatinya.
Ve baru tersadar, saat melihat pantulan cermin ada bayangan wajah di belakangnya.

"Eh, hay". Sapanya.

Ve kaget luar biasa. Dia langsung memutar badannya menghadap orang itu.

"Kak... Bara...?"
"Eh, emm mau pake wastafel juga ya?".
"Ma.. maaf ya kak, kalo nunggunya lama...".

"Gak papa, gue cuma mau cuci tangan doang".

"Oh". Ve tersenyum manis, menggeser tubuhnya dan mempersilahkan Bara.

Saat Bara melakukan aktivitasnya*mencuci tangan. Ve terus mengamatinya. Jantung Ve mulai berontak. Hingga Ve menekan dada kirinya, berharap itu bisa menormalkan detak jantungnya agar tak sampai melonjak.

Ve gak mau menyia2kan kesempatan ini. Ve ingin lebih lama lagi bersama Bara.

"Ehm.. kak Bara, emang habis ngapain?"
"Kok cuci tangan?". Basa-basi Ve.

"Loe sendiri ngapain?"
"Kok cuci muka?". Bara balik tanya sambil memandang wajah Ve yg basah.

Ve tersenyum malu, matanya berbinar ceria. Ingin rasanya Ve melompat2 saking senangnya.

"Kok senyum2?". Heran Bara.

"Eh, gak..gak papa kok kak, lucu ajah". Ucap Ve mulai centil.

Hati Ve berbunga2, ini benar2 keajaiban. Kehadiran Bara meluluh lantakkan masalah yg sedang di hadapinya. Seolah hancur lebur dan hilang tersapu badai.
Dari dulu Ve berharap, si Bara sadar akan perasaannya.

Tak lama kemudian, mereka berjalan menuju teras depan. Terlihat taman kecil yg di hiasi bunga2, di sebelah itu ada 2 kursi dan meja kecil bundar. Mereka berdua pun duduk di sana.

"Hmm kemarin kenapa?"

"Kemarin? Emang kemarin gue kenapa kak?". Balas Ve yg masih menatap lekat ke wajah Bara sambil senyum2 gak jelas.

"Udah lupa ya?".
"Kemarin loe berantem sama Kinal kan?"
"Nuduh2 apa gitu?"
"Emang kalian lagi nuduh apa?". Kepo Bara.

Wajah Ve memerah, dia bingung harus jawab apa. Masa harus jujur? Kan itu tentang Bara. Pikir Ve dilema.

"Eh maaf Ve, gue gak bermaksud ikut campur urusan kalian kok".
"Lupain pertanyaan tadi".
"Gimana kalo kita bahas yg lain saja".
 
To be continued
 
Writer  : Dwi Nurmala
Twitter : @dwinurmala4351
 

Tidak ada komentar: