Selasa, 17 Maret 2015

TWINS ( Last Part )




( Part sebelumnya....semua terbongkar!! Kinal benar2 tak menyangka, selama ini dalang di balik semuanya adalah sodara kembarnya sendiri )

**
Kepada senja aku mengadu
Menangisi kepergianmu dari hidupku
Mengapa bahagia itu hanya sesaat?
Aku disini terpaku dalam diam

Kepada senja aku mengadu
Kau telah pergi, menghilang
Dari hidupku yang tak berarti

Saat aku sadar
Betapa pedih hati ini
Aku hanya pasrah
Dalam sesal yang tiada arti

**

Tiba2 pintu terbuka.
Gadis itu tampak tegang dan panik, begitu kontras dengan tubuhnya yg saat ini segar setelah mandi. Dengan rambut yg masih basah, kulit putih bening di balut oleh kaos orange dan celana pendek putih, berdiri di ambang pintu.

"Ud..udah ketemu bajunya?". Tanya Shania kaku.

Kinal tak menggubris, wajahnya penuh amarah, sorot matanya benar2 tajam menusuk ke arah kembarannya itu. Lalu, Kinal berdiri.

"Ini apa!!"
"Maksud loe apa, Shan!!". Gertak Kinal dengan mengacungkan buku itu tepat di muka Shania.

"Jad...jadi...loe...dah baca?". Shania menelan ludah dengan susah payah.

"Loe, loe gak sopan...tau!!".

Reflek tangan Shania akan merebut buku diarynya, namun dengan sigap Kinal mengamankan buku itu di balik punggungnya.

"Menurut loe, gue gak sopan! Tapi khusus untuk ini...gue merasa sangat sopan!!". Tegas Kinal.

Shania dan Kinal berhadapan. Wajah Shania begitu dekat dengan Kinal. Hening sesaat. Hanya suara nafas mereka yg terdengar begitu kasar dan berat. Pandangan mata mereka menatap tajam lawannya masing2.

"Nal, gu..gue..."

"Apa!! Loe mau ngelak, hah!!". Bentak Kinal.
"Ternyata loe gak seperti yg gue kira baik, tapi loe licik! Bener2 busuk!!". Umpat Kinal.
"Apa sih, yg buat loe iri sama Ve, hah!!".

Shania melangkah mundur, menundukkan kepalanya.

"Dia...Ve, punya segalanya...Nal". Lirih Shania.

"Segalanya apa!! Jangan asal kalo ngomong!!"

Shania terdiam, kemudian menutup mukanya dengan kedua tangan dan menangis.

"Heh!! Malah nangis! Jawab Shan!!". Kesal Kinal.

Ingin rasanya Kinal duel dengan kembarannya itu di unit song temodemo*loh?plakk!lanjut!
Kinal melampiaskan rasa jengkelnya.
Shania membuka kedua tangannya dan menatap Kinal yg masih melotot ke arahnya.

"Nal, dia...."

"Cantik!!". Tebak Kinal.
"Aaaarrrgggh... gue bener2 benci ma loe Shan!"
"Apa cuma gara2 Veranda lebih cantik, terus loe ngelakuin perbuatan itu, hah!!". Teriak Kinal.

Kinal mengacak rambutnya, pusing dan frustasi. Ia berjalan mendekati Shania yg tubuhnya gemetar.

"Loe, bener2 busuk! Licik!!"
"Loe pinter! Tapi pikiran loe sempit!!". Kalap Kinal.

"Maksud, loe?!!". Shania memberanikan diri melawan makian Kinal.

Kinal menghela nafas sesak, menyeka keringat yg membasahi wajahnya.

"Heh, loe masih gak ngerti juga!!
"Loe tuh picik tau gak!!
"Mikir dong loe!!"
"Masih banyak di luar sana orang2 yg kurang beruntung, bahkan ada yg cacat!!"
"Tapi, loe?!! Lihat diri loe baik2!!"
"Loe itu cantik, sehat dan sempurna, Shan!"
"Loe gak nyadar hah!!"
"Loe masih nyesel di lahirin kembar, iya!!!"
"Loe iri gara2 kembaran loe lebih cantik"
"Iri tuh gak ada gunanya, tau!! Dan Loe gak bisa ngrubah takdir Tuhan, klo loe itu kembar!!".

Kinal mengeluarkan semua kekesalannya dengan begitu lancar, tegas dan akurat.
Hati Shania benar2 sakit, kata2 Kinal terasa menusuk. Shania tak henti2nya menumpahkan air matanya.

"Sebenernya loe gak ngerti apa2, Nal!". Ujar Shania masih sesenggukan.

"Maksud loe apa, hah!! Gue dah baca semuanya dan....."

"Dan loe gak tau kan, bagaimana semuanya berawal!!". Shania menyela kata2 Kinal dengan suara parau.
"Bahkan semua puisi2 yg dah loe baca di buku itu belum semuanya mewakili perasaan gue!!". Suara Shania mulai meninggi.

Kinal terdiam mendengar ungkapan Shania yg belum di pahaminya.

"Loe inget Marcell, Nal"

"Marcell? Siapa dia?". Batin Kinal berfikir keras.
"Oh, Marcell kakak kelas kita waktu SMP?"
"Yg pernah jadi pacarnya Ve, bukan?!". Tanya Kinal yg mulai menurunkan intonasi suaranya.

Shania mengangguk.
"Iya, Marcell yg gue suka"

"Hah?!!". Kaget Kinal.

"Kenapa kaget? Gue emang suka sama Marcell sebelum Ve jadian dengannya"
"Awalnya....gue pikir gue berhasil memikat hati Marcell, karena selama ini kita benar2 dekat"
"Tapi....apa dia bilang?!!"

(Shan, kembaran loe...si Veranda cantik banget ya...gue suka deh sama dia, bener2 tipe gue)

"Gue sakit Nal!! Gue gak nyangka...."
"Selama ini Marcell deketin gue cuma pengen tau tentang Ve!! Hanya karena Ve lebih cantik!!
"Dia....dia.....".
Shania makin sesenggukan dalam tangis yg kian menderas.

Kinal merasa tubuhnya lemas.
"Terus?". Lirih Kinal.

Dalam isak tangisnya Shania meluapkan unek2 di hatinya.

"Sejak saat itu, gue gak percaya lagi yg namanya 'inner beauty'. Omong kosong! Munafik!!"
"Tetap saja kan, cantik fisik menjadi modal utama dalam penampilan!!"
"Marcell memilih Ve, tanpa tau siapa yg selama ini ngasih perhatian saat dia lagi ada masalah"
"Dia gak nganggap gue, Nal!"
"Karena Ve!!"
"Karena kecantikan Ve yg membutakannya!!". Terang Shania mulai emosi.

"Berarti loe yg egois, Shan!!"
"Klo loe suka sama Marcell, bukan berarti Marcell juga suka sama loe kan?!". Sanggah Kinal.

"Denger dulu, Nal...loe pasti lupa apa yg terjadi!". Sela Shania.
"Dan akhirnya....Ve ngeduain Marcell kan?!".

Kinal terdiam, berusaha mengingat masa lalu mereka.

"Loe kesel gak, klo ngeliat orang yg loe suka di sakiti gitu aja!!"
"Mungkin.....klo gue lebih cantik, Marcell gak kan suka sama Ve!!!". Raung Shania makin menjadi.

Kinal menatapnya dengan gelengan kepala. Tak di sangka, kembarannya itu dendam hanya gara2 masalah cowok!ck.
Apa itu cinta? Kenapa bisa membuat orang berubah jahat? Pikir Kinal yg makin tak mengerti masalah cinta.

"Tapi....loe kan dah punya Boby sekarang?"
"Buat apa loe menyimpan rasa iri sama Ve?!". Kinal tak mau kalah.

"Iya gue tau...."
"Semua gue lakuin sebagai kekesalan gue"
"Karena lihat tingkah Ve yg dengan gampangnya mempermainkan perasaan orang"
"Gue gak suka cara dia memanfaatkan kecantikannya!!".

Mereka sama2 terdiam sejenak.

"Dan asal loe tau, gue seneng banget saat Bara ternyata gak suka sama Ve"
"Hmmm...rasanya semua terbalas!!!". Seringai Shania di sertai senyum sinis.

Mulut Kinal menganga lebar mendengar penjelasan Shania. Benar2 di luar dugaannya.

"Gue gak ngerti jalan pikiran loe?"
"Emang gak bisa apa di selesaiin dengan cara baik2"
"Gak harus dengan cara kotor seperti ini!!". Emosi Kinal mulai bangkit.

Hening kembali. Mereka sama2 tenggelam dalam pikiran masing2.

Shania jatuh terduduk di lantai.
"Gue akui gue salah, gue bego dan jahat"
"Gue nurutin semua emosi yg membutakan hati gue". Shania menunduk menyesali perbuatannya.
"Terus....gue harus gimana, Nal?". Lirih Shania masih menunduk.

"Shan, gue ngerti perasaan loe"
"Loe harus ngerti, tiap orang mempunyai kelebihan dan kekurangan masing2"
"Cantik itu relatif, tapi loe lebih beruntung dari Ve, Shan!"
"Loe sadar gak? Loe itu pintar...itu kelebihan loe"
"Apa pernah loe denger....wah, Veranda pintar ya?"
"Gak kan?!"
"Makanya gak usah sirik2an"
"Bersyukurlah dengan apa yg loe punya"
"Klo pun lihat orang lain bisa lebih dari kita, jangan berfikir itu menyakitkan!"
"Tapi, berfikirlah dan berusaha gimana cara kita bisa lebih darinya, lebih baik!"
"Jadikan motivasi!! Bukan iri hati!!".

Kali ini Kinal berkata tegas, walau dengan bentakan. Tapi itu benar adanya.

"Gu...gue minta maaf Nal"

"Kenapa loe minta maaf ma gue!". Ketus Kinal.
"Loe harus minta maaf sama Ve!!"
"Gak cuma itu, loe harus ngasih liat buku diary loe sama Ve"
"Loe harus ngakuin soal sms itu ke Frieska dan loe..."
"Loe harus bicara sama guru2 yg pernah salah paham sama Ve, ngerti!!". Gertak Kinal.

Shania benar2 di buat bungkam oleh Kinal.

"Oh ya, satu lagi...."
"Loe gak tau kan kenapa Boby bisa tiba2 baik dan maafin loe"
"Itu semua karena Ve, dia rela bohong demi belain loe"
"Gue denger sendiri saat waktu Ve bicara sama Boby di kursi deket lapangan basket"
"Sekarang loe sadar kan? Loe dah keterlaluan!!"
"Ve yg loe jahatin malah dia bales dengan kebaikan!!".

Mata Shania terbuka lebar, terkejut mendengar pengakuan Kinal.

***

Sore ini cuaca benar2 tak bersahabat. Sepertinya badai dan tsunami segera menghampiri. Langit begitu gelap, mendung dan rintik2 gerimis mulai turun.

Ve berjalan menuju gerbang sekolah untuk pulang. Wajah cantiknya nampak pucat, benar2 pucat. Ve kesal, usahanya untuk ikut ujian susulan tak di terima oleh bu Ema. Ve sedih dan kecewa.

Ve membiarkan dirinya di terpa gerimis. SMA48 sudah sepi, hanya beberapa anak kelas XII yg masih berada di lingkungan sekolah. Saat berjalan agak gontai, Ve sempat melihat Bara bersama seorang gadis cantik, putih dan berambut panjang agak pirang. Ve menduga itu Melody. Namun, Ve tak mau peduli. Pikiran dan hatinya begitu lelah.

Gerimis itu berubah deras. Ve langsung cepat2 agak berlari menuju halte bus. Hujan yg sempat membasahi tubuhnya membuat Ve sedikit menggigil dan pusing. Pandangan mata Ve mulai kabur. Sebelum Ve sempat ke halte bus. Tiba2......
Semua gelap.
*Braakkkk!!!*

***

Tanpa mengetuk pintu, Dhike masuk ke kamar Shania. Dia melihat Kinal dan Shania seperti habis bertengkar. Emang!

"Kinal! Shania! Kita harus ke rumah sakit sekarang!"
"Emm..Ve, Ve ketabrak mobil!!". Panik Dhike.

"Hah!!". Seru mereka berdua.

Saat Shania akan bangkit berdiri, Kinal menahannya.

"Loe mau ngapain?!!". Tegas Kinal.

"Gue mau lihat kondisi Ve!!". Teriak Shania.

"Oh, jadi loe masih peduli?! Setelah apa yg loe lakuin ke Ve, iya!!". Bentak Kinal.

Shania terdiam. Kembali, air matanya mengalir deras.

"Nal, gue bakal minta maaf sama Ve!!"
"Gue bakal ngakuin semua!!". Teriak Shania dengan suara parau.

"Dan loe bisa? Gantiin posisi Ve sekarang, hah!!". Geram Kinal.

"Maksud loe?". Lirih Shania.

"Makanya mikir!!". Bentak Kinal lagi.
"Klo loe gak bikin contekan fisika, kertas ujian Ve gak di sobek2!!"
"Dia gak akan pulang belakangan untuk minta ujian susulan!!"
"Dan.....dia gak bakal kecelakaan, tau!!!". Sentak Kinal meluapkan emosi yg bangkit kembali.

Shania makin menangis sesenggukan. Sedang Dhike syok serta bingung mendengar itu semua. Melihat pertengkaran Kinal dan Shania yg baru kali ini di lihatnya.

"Udah! Cukup!! Please....kalian jangan berantem!"
"Mending kita langsung ke RS sekarang!"
"Ibu, Ghaida dan Viia dah berangkat duluan, cepetan!". Teriak Dhike panik.

Mereka bertiga memutuskan untuk naik taxi, karena di samping sedang hujan deras, mereka ingin cepat2 sampe tujuan.

Keringat dingin membasahi tubuh mereka bertiga, terutama Shania dan Kinal. Pikiran2 aneh mulai memenuhi isi kepala mereka.

Masih di dalam taxi.
"Key, siapa yg ngasih tau loe?!". Tanya Kinal dengan bibir bergetar.

"Kak Bara, Nal....tadi dia nelpon"
"Kak Bara melihat kejadian Ve ketabrak mobil pas dia lagi berteduh di pos satpam"
"Katanya kak Bara sempet teriak manggil Ve, tapi tak di dengar dan.....semua itu terjadi begitu cepat"
"Lalu kak Bara langsung membawa Ve ke RS". Gusar Dhike.
*

Kini mereka bertiga telah tiba di RS Anugrah. Tepatnya di depan IGD. Terlihat sudah ada bu Dwi, Ghaida, Viia, Bara dan gadis bernama Melody. Wajah mereka begitu tegang dan cemas.

Nampak beberapa perawat dan seorang dokter yg akan memasuki ruangan itu. Tapi langsung di cegat.

"Dok, gimana kondisi Ve!!". Seru Kinal panik.

"Maaf dek, kami akan berusaha semaksimal mungkin". Lalu dokter itu langsung masuk ke ruang IGD.

"Dok! Dokter!! Aaaarrrrgggh....". Teriak Kinal histeris sambil menggedor2 pintu itu.

Melihat sahabatnya histeris, Dhike langsung menghampiri Kinal. Mengajak Kinal untuk duduk di ruang tunggu. Kinal menangis meraung2 di pelukan Dhike.

Lalu, Kinal beralih ke sosok cowok yg duduk sambil menunduk, di sebelahnya ada seorang gadis yg selalu mendampingi.

"Kak, Ve gak kenapa2 kan?!". Tanya Kinal dalam tangisnya.

Namun Bara terdiam, tak sanggup menjawab.

"Kak! Jawab!! Kondisi Ve gak parah kan!!".

Kinal mencengkram pergelangan tangan bara. Terlihat seragam osis cowok itu berlumuran darah. Begitu banyak. Itu darah Ve. Kinal melihat itu tambah histeris.

"Aaaaarrrggghh...."
"Kenapa Ve harus mati!! Gak! Gak boleh!!". Teriak Kinal.

"Ssstt.... Kinal! Apa2an sih, Ve gak meninggal! Jangan sembarangan!!"
"Emang siapa sih, yg bilang begitu, hah!!". Bentak Dhike spontan.

"Dia mati, Key! Ve mati!!"
"Gue...gue....dah punya firasat bahkan sebelum kecelakaan itu terjadi!!". Raung Kinal.

Kinal terduduk lemas.
"Harusnya tadi gue paksa dia pulang bareng!!aaaarrrggg...!!!".

"Kinal, kamu gak boleh ngomong seperti itu, sekuat apapun ikatan batin seorang kembaran, kamu bukan Tuhan nduk". Ujar bu Dwi yg langsung memeluk Kinal untuk menenangkan.

"Tapi, bu....a..aku..ta...takut...". Ucap Kinal sesenggukan dengan nafas tersengal2 sambil mengeratkan pelukannya.

"Sabar.....kita berdoa, serahkan semua pada Tuhan"
"Kamu harus yakin... Veranda akan baik2 saja".
Ujar bu Dwi mengelus kepala Kinal lembut.

Perlahan Kinal mulai tenang. Tapi, matanya menyusuri keliling ruangan itu dan di dapatnya sosok gadis yg duduk di pojokan, menunduk. Yah, dia Shania. Wajahnya begitu pucat, kedua tangannya gemetaran dan di gigitnya bibir itu kuat2. Kini Kinal menghampiri kembarannya.

"Heh! Puas loe sekarang!! Puas, hah!!".

Emosi Kinal kali ini benar2 tak terduga. Tenaganya hampir habis, tapi dia begitu kuat meluapkan kemarahannya pada Shania. Semua orang yg berada di sana menatap heran.

Shania mengangkat wajahnya menghadap Kinal yg berdiri di depannya.

"Mau ngomong apa loe!! Semua gara2 loe!!!"
"Gara2 loe, Shan!!". Kinal mendorong bahu Shania keras.

Hingga punggung Shania membentur tembok. Sakit. Tapi masih lebih sakit di dalam hatinya.

"Ma...maaf, Nal". Bibir Shania bergetar.

"Maaf! Buat siapa? hah!!"
"Loe tuh harusnya minta maaf sama Ve, bukan gue!!!".

"Ma...maaf Nal, gu..gue..te..telah buat loe...ke..hilangan sat..satu..kembaran". Lirih Shania masih sesenggukan dan menundukkan kepalanya.

Nafas Kinal benar2 sesak.
"Jad...jadi...loe, merasakan hal yg sama!". Kinal tersentak.

Shania mengangguk pelan.
"Gu..gue..gak mau..itu terjadi...tap..tapi...firasat..it..itu... Ve...dia....".

Shania menangis tersedu2, begitu pilu. Mereka berdua merasakan hal yg sama. Ikatan batin seorang gadis kembar.

Kinal merasa kakinya tak mampu menopang tubuhnya.
Kini mereka berdua duduk bersebelahan. Menangis tak henti2.

******

*
Aku mengerti sekarang.
Veranda itu... cantik. Tapi, aku lebih pintar.
Veranda itu punya daya tarik, tapi aku bisa mendapatkan cowok idaman.
Dia punya kelebihan & kekurangan. Aku pun sama.
Dan aku harus bersyukur akan hal itu.

Tuhan telah menciptakan manusia dengan sifat dan sikap yg berbeda, meskipun kembar sekalipun. Beda itu pasti ada.
*

"Veranda...gue legaaaa banget, bisa minta maaf sama loe. Awalnya....gue gak yakin. Tapi...ternyata Tuhan memberikan kesempatan saat loe sadar buat gue ngakuin semua kesalahan gue. Gue gak nyangka loe maafin gue. Setelah apa yg gue lakuin selama ini.
Veranda....loe benar2 baik, gue malu, gue benar2 jahat sama loe". cry emotikon

Gue inget kata2 terakhir loe.
"Sodara akan tetap sodara. Kita sedarah. Apa yg kita rasa, pasti kita merasakan juga. Sedih, senang, sakit, marah dll. Hanya saja kita punya kepekaan tersendiri dalam merasakan hal tersebut".

Gue menyesal Ve, benar2 menyesal.
Oh ya Ve, sudah lebih dari setahun ini, gue di musuhin sama Kinal. Kinal terus nyalahin gue. Kinal benar. Gue emang patut di salahkan.
Tapi....semua sudah terjadi.
Penyesalan ini takkan pernah berakhir.

Gue berusaha tegar menjalani hidup gue sekarang. Semua orang menjauhi gue. Bahkan Boby....dia juga mutusin gue. Dan.... gue harus terima meskipun itu sakit. Itu semua balasan buat gue.

Oh ya Ve, setelah lulus SMA.
Gue dan Kinal sudah tak di ijinkan buat ngekos. Ayah dan Bunda sekarang lebih protektif. Mereka selalu meluangkan waktu untuk sekedar ngantar/jemput kita di kampus. Gue dan Kinal satu kampus, tapi beda fakultas. Gue ngambil hukum dan Kinal ngambil desain.

Hmmm... loe tau Ve?
Sekarang Kinal sudah gak tomboy lagi loh... dia berubah Ve. Dia berusaha jadi loe.
Kinal jadi Ve yg centil, suka dandan...tapi Kinal gak suka gonta-ganti cowok. Dia gak mau masalah cinta merusak hidupnya.
Gue sempat bingung, tapi...gue rasa Kinal ingin menebus rasa bersalahnya karena dulu kalian sering bertengkar. smile emotikon

Ve.... gue bahagia melihat loe di diri Kinal. Meskipun Kinal gak pernah mau ngobrol sama gue lagi. Tapi gue yakin.... suatu saat nanti Kinal bakal maafin gue... seperti loe yg mau maafin gue. wink emotikon

Terima kasih ya cantik.
Selamat jalan Veranda. Semoga loe di sana menjadi bidadari sejati.
Gue dan Kinal di sini akan selalu mendoakanmu. kiss emotikon

_SHANIA JUNIANATHA_

^END^

Yaaaa....ending deh...
Maaf ya kalo ceritanya jadi begini...
Makin gaje dan mengecewakan. frown emotikon
Tapi.... Terima kasih ya.... yg dah setia membaca cerbung delusiku.... heeee.
Makasiii juga buat saran & kritiknya....bikin aku semangat buat nyelesaiin cerbung ini. grin emotikon
Eh iyaaaa kalo ada kata2 yg kurang berkenan.... maaf ya... peace...!! kiss emotikon


Writer  : Dwi Nurmala
Twitter : @dwinurmala4351
 
 
 
 

Tidak ada komentar: