#Kisah_Kinal
Entah kenapa hari ini, Kinal bangun terlalu pagi. Biasanya gadis itu paling malas bangun. Kinal bergegas masuk ke kamar mandi. Bibir seksinya mengeluarkan bunyi siulan saat Kinal berada dalam bath up air hangat. Tak terasa bunyi itu menghilang, seiring dengan terpejamnya kedua matanya.
*hei para gadis telah tiba hari bagi kita untuk bangkit*
Terdengar nada dering hp yg membuat Kinal kembali ke alamnya.
"What!!!!!".
Kinal berlari setelah keluar dari mobil avanza merah miliknya. Memasuki sebuah ruko yg lumayan besar. Lantai dasar adalah toko alat2 musik, lantai dua adalah ruangan latihan dance dan lantai atas di jadikan kantor. Ruko itu terpampang jelas bertuliskan 'Kinal Studio'.
Kinal mengawali karirnya sebagai seorang dancer. Dulu ia kuliyah di jurusan seni. Selain itu, Kinal juga menyukai musik sehingga ia merambah usahanya menjual berbagai alat2 musik dari tradisional sampe yg modern di studionya.
Sebenarnya, Ayah Kinal menentang apa yg di lakukannya selama ini. Karena dari dulu beliau menginginkan Kinal mengikuti jejaknya sebagai seorang dokter.
Tapi bukan Kinal namanya kalo tidak keras kepala. Dengan tanpa restu sang Ayah. Dia bisa membiayai kuliyahnya dengan profesinya yg seorang dancer.
Setelah lulus Kuliyah Kinal bisa buka usaha sendiri yaitu memiliki ruko yg cukup mewah di banding ruko2 sekitarnya. Tapi bukan sepenuhnya dari jerih payah Kinal. Modalnya di peroleh dari neneknys yg meminjamkan secara cuma2 alias gratis. Karena Kinal adalah cucu satu2nya dan kesayangannya.
"Pagi mbak, macet ya?". Sapa Dhian begitu Kinal memasuki ruangannya.
"Eh, pagi". Kinal tersenyum garing karena ia datang ke kantor pukul 08.48 WIB.
"Mau di bikinin kopi, mbak?". Dhian menghampiri Kinal di meja kerjanya.
"Boleh. Biasa ya... gula 1sendok teh".
"Siip". Dhian langsung menuju pantri.
Dhian adalah sekretaris Kinal, yg tiap pagi selalu membuatkan kopi untuknya.
Setelah mengecek scedule harian, iseng Kinal membuka akun twitternya dan mulai mengetik.
*tidak ada yang mengerti....
"Ini kopinya, mbak". Mendadak Dhian meletakkan secangkir kopi di atas mejanya.
Kinal kaget dan sempat terlonjak. Buru2 laptopnya langsung di tutup. Kinal tak ingin kalo sekretarisnya tau siapa dirinya di dunia maya.
"Mbak, mbak kenapa? Lagi galau ya?". Goda Dhian.
"Galau? Apa itu?".
"Haduuuh, masa galau gak tau? Itu loh, yg mendadak menye2, sering melamun, sedih, murung, resah dan gelisah gitu...". Jelas Dhian.
"Hahaaaa....itu
Entah kenapa hari ini, Kinal bangun terlalu pagi. Biasanya gadis itu paling malas bangun. Kinal bergegas masuk ke kamar mandi. Bibir seksinya mengeluarkan bunyi siulan saat Kinal berada dalam bath up air hangat. Tak terasa bunyi itu menghilang, seiring dengan terpejamnya kedua matanya.
*hei para gadis telah tiba hari bagi kita untuk bangkit*
Terdengar nada dering hp yg membuat Kinal kembali ke alamnya.
"What!!!!!".
Kinal berlari setelah keluar dari mobil avanza merah miliknya. Memasuki sebuah ruko yg lumayan besar. Lantai dasar adalah toko alat2 musik, lantai dua adalah ruangan latihan dance dan lantai atas di jadikan kantor. Ruko itu terpampang jelas bertuliskan 'Kinal Studio'.
Kinal mengawali karirnya sebagai seorang dancer. Dulu ia kuliyah di jurusan seni. Selain itu, Kinal juga menyukai musik sehingga ia merambah usahanya menjual berbagai alat2 musik dari tradisional sampe yg modern di studionya.
Sebenarnya, Ayah Kinal menentang apa yg di lakukannya selama ini. Karena dari dulu beliau menginginkan Kinal mengikuti jejaknya sebagai seorang dokter.
Tapi bukan Kinal namanya kalo tidak keras kepala. Dengan tanpa restu sang Ayah. Dia bisa membiayai kuliyahnya dengan profesinya yg seorang dancer.
Setelah lulus Kuliyah Kinal bisa buka usaha sendiri yaitu memiliki ruko yg cukup mewah di banding ruko2 sekitarnya. Tapi bukan sepenuhnya dari jerih payah Kinal. Modalnya di peroleh dari neneknys yg meminjamkan secara cuma2 alias gratis. Karena Kinal adalah cucu satu2nya dan kesayangannya.
"Pagi mbak, macet ya?". Sapa Dhian begitu Kinal memasuki ruangannya.
"Eh, pagi". Kinal tersenyum garing karena ia datang ke kantor pukul 08.48 WIB.
"Mau di bikinin kopi, mbak?". Dhian menghampiri Kinal di meja kerjanya.
"Boleh. Biasa ya... gula 1sendok teh".
"Siip". Dhian langsung menuju pantri.
Dhian adalah sekretaris Kinal, yg tiap pagi selalu membuatkan kopi untuknya.
Setelah mengecek scedule harian, iseng Kinal membuka akun twitternya dan mulai mengetik.
*tidak ada yang mengerti....
"Ini kopinya, mbak". Mendadak Dhian meletakkan secangkir kopi di atas mejanya.
Kinal kaget dan sempat terlonjak. Buru2 laptopnya langsung di tutup. Kinal tak ingin kalo sekretarisnya tau siapa dirinya di dunia maya.
"Mbak, mbak kenapa? Lagi galau ya?". Goda Dhian.
"Galau? Apa itu?".
"Haduuuh, masa galau gak tau? Itu loh, yg mendadak menye2, sering melamun, sedih, murung, resah dan gelisah gitu...". Jelas Dhian.
"Hahaaaa....itu
"Masa sih, kok akhir2 ini mbak Kinal sering melamun?". Dhian tak mau kalah.
"Kalo aku yg lagi galau, mbak. Pasti aku langsung nangis, habis itu jadi ngantuk trus tidur deh". Curhat Dhian tanpa di minta.
"Aku gak pernah nangis tuh?".
"Hah! Masa cewek gak pernah nangis?". Dhian berkerutkan alis.
"Karena aku bukan cewek...".
"Mbak, bukan cewek?!". Dhian melotot.
"Bukan cewek sembarangan!!".
Sejenak mereka hening. Dhian memang sekretaris yg kepo, selalu ingin tau masalah pribadinya. Kadang Kinal sampe kewalahan. Kalo lagi males paling Kinal cuma diam tak menanggapinya.
"Emmm mbak, boleh nanya sesuatu?".
"Hmmm".
"Emmm kenapa sih, sampe sekarang mbak belum punya pacar?". Tuh kan kepo si Dhian!
"Padahal kan mbak itu cantik, sukses lagi. Yah walau penampilan mbak yg agak2....".
Kinal langsung menatap tajam ke arah Dhian. Dan di balas dengan cengiran kuda.
"Buat apa pacaran?".
"Heeee ya...gimana ya mbak, secara usia mbak kan dah 25 tahun. Dah pantes loh pacaran? Bahkan menikah".
"Haaaah...pleas
Dhian melongo kayak kebo.
"Maksudnya?".
Kinal hanya membalas dengan senyuman misterius.
********
"Gimana perkembangannya
"Rona, gimana kamu bisa masuk? Kok gak ketuk pintu atau salam dulu kek?!". Tanyaku kaget sambil mendongakkan kepala dari laptop.
"Yaelah, aku dah gedor2 plus teriak2 kali.....tapi gak ada sahutan. Yaudah aku nyelonong aja"
"Eh, ternyata ibu negaranya sedang sibuk nulis".
Aku nyengir menanggapi sahabatku yg cerewet itu. Sejenak ku sandarkan punggung di kursi, tubuhku lelah dan pegal. Setelah menggeliat nikmat(?). Ku raih secangkir kopi di sebelah laptopku.
"Udah sampai mana nulisnya?". Tanya Rona sambil menggerak2an kursor, mengecek tulisanku.
"Sampai titik". Jawabku asal.
Rona menghela nafas, gemas. Sambil menonjok bahuku pelan.
"Eh-eh, ada yg suka sama kamu gak?". Godanya.
"Suka?". Keningku berkerut.
"Iyalah, narasumbermu kan lesbong cin...masa gak tertarik dengan seorang Melody yg super cantik, putih, langsing, hidung mancung dan kharismatik. Pasti mereka naksir dong? Atau malah udah jadian??".
"Sialan! Tolong ya...tuh mulut di jaga!!". Semprotku.
Rona malah ngakak2 gak jelas.
"Eh, tapi aku serius nih. Masa iya gak ada yg naksir?". Selidik Rona.
"Gak!!". Jawabku cepat2.
"Yah...padahal seru tuh kalo ada yg suka sama kamu, jadikan bisa di masukin adegan dalam cerita novel tuh. Biar real gitu loh". Rona terkikik.
"Gak harus gitu juga kali..!!!". Aku melotot sebal.
Rona makin terpingkal2.
"Eh Mel, makan yuk".
"Boleh. Traktir ya". Todongku cepat.
"Oke! Eh, apa!!". Rona mendelik.
"Kok aku yg ntraktir? Kan kamu yg dapat job? Harusnya aku dong yg minta di traktir?". Sewotnya.
"Aelah, kamu kan juga dapat bagian sebagai editor?!".
"Oh iya, heeee... oke deh. Apa sih yg gak buat kamu, cantik". Rona nge-wink genit.
"Diiih". Langsung ku tonyor jidatnya.
********
Lobi hotel yg luas dan mewah, serta lantainya yg di lapisi karpet persia(?). Sangat tebal sehingga mampu meredam suara2 yg di timbulkan oleh pijakan sepatu. Kinal duduk santai di sofa itu. Sebenarnya dia sering ke 'hotel nurmala' untuk sekedar meeting dengan beberapa klien dari luar kota. Dan saat ini, Kinal akan bertemu dengan manager periklanan sebuah perusahaan rokok terkemuka di Indonesia. Untuk menjadi sponsor di event yg akan di selenggarakanny
"Maaf, sudah lama menunggu". Ujar suara berat seorang pria paruh baya.
Kinal yg duduk santai langsung buru2 berdiri menyambut pria itu.
"Tidak sama sekali, pak Budi". Jawab Kinal sopan.
"Maaf mbak Kinal, aaya tidak bisa lama2 karena ada tugas yg sangat mendesak". Ucap pak Budi to the point sambil melirik jam arlogi bermerk di tangan kirinya.
"Dan saya mau minta maaf, sepertinyavkita
Kinal sempat mengerutkan kening.
"Direktur kami membuat perubahan rencana. Beliau tidak meng-approve konser musik yg di lakukan di kota kecil. Terlebih untuk acara amal. Karena beliau lebih tertarik melakukan event di kota2 besar dalam tema yg berhubungan dengan anak remaja jaman sekarang". Terang pak Budi dengan santainya.
Kinal mengangguk senyum. Tetap menjaga ekspresi tenang. Padahal badai telah memporakveranda
"Lain kali jika ada event yg lebih menarik, saya pasti akan menghubungi anda".
"Ya terimakasih. Mungkin kita memang belum berjodoh untuk bekerjasama".
Kinal berdiri dengan sikap profesional, menjabat tangan pak Budi sambil senyum manis. Setelah orang itu berlalu, Kinal benar2 kecewa dan terduduk lemas.
Bayangan mempertunjukkan
Kinal menutup mata sejenak, menghela nafas panjang. Berharap ketenangan menghampirinya.
Dihempaskan punggungnya pasrah di sofa empuk itu. Sekilas Kinal menoleh ke seberang, terdapat coffee break. Disana terlihat sepasang kekasih yg sedang asik bercengkrama, mengobrol, saling berpegangan tangan dan berpandangan. Mungkinkah itu yg di sebut cinta? Pikirnya.
Ada sesuatu yg selama ini telah hilang. Sebuah kerinduan akan seseorang. Sesosok makhluk yg dulu pernah mengisi relung hatinya.
Tiba2 saja, Kinal merasa amat sangat kesepian. Di edarkan pandangan ke sekitar lobi. Terdapat beberapa pasangan, ada anak2 bersama ortu mereka. Dan ada segerombolan remaja yg asik dalam gelak tawa mereka. Hanya dirinya yg duduk, sendirian! (Play higurashi no koi)
Apa ini yg di namakan galau? Mendadak Kinal mejadi melow. Dia butuh seseorang untuk menutupi rasa galaunya. Selama ini, bukan berarti tak ada sosok manusia yg mendekatinya. Sebenarnya banyak laki2 yg antri untuk mendapatkan hatinya. Hanya saja, Kinal tak tertarik dengan mereka. Karena dia sudah jatuh cinta dengan sesosok makhluk yg mengusik hatinya. Begitu lembut, dan.....cantik.
@@@@@
Ku hembuskan nafas pelan2. Entah sudah berapa lama aku menahannya, tanpa sadar. Mataku memejam, tapi rangkaian kalimat2 yg ku baca di layar depan mataku sungguh membuat perasaanku ikut menangis.
Ku raih gelas berisi air putih di samping laptopku. Ku tenggak sampe benar2 habis. Kerongkonganku mengering karena tegang. Setelah membaca email dari 'Gold Angel'.
*****
Langit mentari senja mulai menghilang, dan gelapnya malam siap menggantikan tanpa bintang.
Seorang anak berusia sekitar 10 tahun berjalan tergopoh2, berusaha mengikuti langkah kaki seorang pria dewasa di sampingnya. Pria itu mencengkram erat tangan kanannya. Sedang tangan kiri anak itu memeluk boneka stich. Mereka berdua berjalan menuju sebuah rumah kecil di belakang rumah utama.
"Kita mau kemana, om?". Bibir mungil si anak bertanya.
Pria tinggi besar itu mendengus kesal.
"Kalo gak mau om marah, jangan banyak tanya!"
"Ingat!! Mama kamu lagi di Belanda. Kalo kamu bikin om gak senang! Om bisa tinggalin kamu sendirian di rumah. Biar kamu di makan sama setan, mau!!". Bentak pria itu.
Anak kecil itu langsung terdiam. Dia berusaha menjadi anak yg penurut agar omnya senang dan tidak meninggalkan dirinya sendirian di rumah. Sejak Papanya meninggal 3 tahun lalu. Adik papanya yg selama ini menjaga dan menemaninya di rumah. Mamanya yg seorang motivator, selalu sibuk bekerja di luar kota atau bahkan sampe ke luar negeri.
Setelah sampe di rumah kecil yg tak terawat dan tampak kotor. Tiba2 dengan kasar pria itu menendang pintu di depannya hingga terbuka. Otomatis anak itu kaget dan memeluk boneka kesayangannya begitu erat. Ruangan itu tampak remang2, banyak barang2 yg tak terpakai dan berdebu.
"Kamu takut? Tenang snak manis, ada om disini". Ucapan yg nampak tak bersahabat, dengan seringai yg memuakkan.
Pria itu berjongkok di depan anak itu. Jakunnya naik turun, menatap anak kecil yg sangat manis dan cantik. Begitu menggiurkan walau masih bau kencur(?).
"Om, pulang yuk. Aku takut". Rengeknya.
Tanpa menjawab, pria itu langsung memeluk erat. Bukan pelukan sayang yg selama ini sering di berikan, tapi itu adalah pelukan yg aneh. Anak itu menyadari sesuatu yg lain, dia mulai berontak. Tapi apalah daya seorang gadis kecil di banding dengan pria dewasa berumur 25 tahunan.
Akhirnya.....
Bocah itu menangis, tubuhnya terkoyak dan berdarah.
"Mamaaaaa....!!
******
Pukul 12.55 WIB.
Aku mengemudikan mobil jazz putihku dengan kecepatan yg sebelumnya tak pernah ku tempuh. Aku sudah terlalu telat untuk lunch meeting bersama Rona dan pak Agung. Janji pukul satu tepat bertemu di sebuah mall tepatnya di sebuah Pizza Hut. Sementara, aku baru saja keluarvdari rumah.
Saat lampu merah, aku meraih tas. Aku meringis menyadari Hp tertinggal di kamar. Bagaimana ini? Padahal aku harus ngabari Dion untuk minta maaf karena akan telat datang ke rumahnya.
Tadi pagi Dion sms, memberitahu bahwa Mamanya ingin berkenalan denganku sekalian makan siang bersama. Bodohnya.....ak
Pukul 13.25 WIB.
Mobilku memasuki areal parkir mall itu. Aku bergegas memasuki pizza hut sedikit berlari walau menggunakan heels tak ku pedulikan.
"Huh...huh... maaf telat, gara2 keasikan nulis jadi lupa waktu, heee". Sebelum mereka mempertanyakan keterlambatanku
"Iih, aku dah telpon dan sms berkali2 gak di jawab!!". Sewot Rona.
"Hp ketinggalan cantik, sorry".
"Ya sudah gak apa. Netralin dulu tuh nafas. Baru kita mulai meetingnya". Pak Agung menengahi.
Begitulah, rapat bernuansa santai tapi tetap profesional. Kita membahas mengenai perkembangan novel, bahkan merembet ke pembuatan film yg akan di lakukan, jika novelku sesuai dengan keinginan sang produser.
Tak sengaja, aku melihat jam tangan milik Rona menunjukkan pukul 16.14 WIB. Ebusyeeett!! Cepat banget waktu berjalan. Aku langsung gusar. Ingatanku tertuju ke Dion dan Mamanya.
"Rona, aku pinjem hp sebentar ya? Mau sms Dion".
Rona menyerahkan hpnya dan aku langsung mengetik sms dengan terburu2.
"Tadi lagi meeting. Hp ketinggalan. Ini nomernya Rona. Maaf banget yank. -Melody-".
Selang beberapa detik.
*kita berdua saling jatuh cinta rasanya bagaikan jet coaster*
Dering hp Rona bersuara dari nomer yg sudah aku hafal. Tiba2 firasatku jadi tak enak. Aku langsung meminjam hp Rona dan meminta ijin ke toilet. Kini aku berada di depan kaca wastafel.
"Ha...".
"Sudah jutaan kali aku telpon kamu! Kok bisa sih hp ketinggalan! Kamu tau gak! Aku sama Mama nunggu sampe berapa jam, hah!!"
"Kamu dah buat mama kesal, Mel!!". Semprot Dion tanpa basa-basi.
"...lo". Ku selesaikan ucapanku yg terpotong.
"Yank, tadi keasikan nulis sampe lupa waktu. Buru2 juga baru inget ada meeting, sampe hp ketinggalan". Lirihku.
"Selalu itu alasan kamu! Keasikan nulis! Lama2 aku muak dengan profesimu!!"
"Masa gak bisa tinggalin bentar buat aku!". Dion melanjutkan amarahnya.
Aku pejamkan mata rapat2, lalu menghembuskan nafas perlahan. Agar emosiku tak terpancing.
"Maaf, aku ke rumahmu sekarang ya?".
"Gak usah!! Kamu dah ke buru punya image jelek di mata mama! Beliau dah kesal sama kamu! Katanya ; gimana mau ngurusin aku dan anak2 nanti, kalo urusan janji aja gak bisa nepatin!!".
"Tapi, aku gak sengaja yank?!". Desisku.
"Udahlah!! Aku juga marah sama kamu! Aku jadi berfikir kalo pendapat mama memang benar!!".
"Mak.....". *klik*
".....sud kamu?!". Lagi, belum selesai ucapanku. Hp sudah di matikan.
Tiba2 kepalaku berdenyut hebat, ku pijit pelipis kuat2. Apa tadi katanya? Mamanya marah dan sudah menge-judge aku wanita yg tak bisa mengurus keluarga hanya gara2 tidak bisa nepati janji? Aku kan belum menikah dengan Dion? Apa haknya menuduhku macam2 dan membatasi ruang gerakku? Dion kan tau, kalo jadi penulis adalah impianku sejak dulu. Dan sebelum Dion menjadi kekasihku, aku sudah jadi penulid? Tapi dia tadi bilang sudah muak dengan profesiku? Sebenarnya apa yg salah dengan ini? Siapa yg salah?
(Siapa lagi kalo bukan authornya, Mel......*eh?)
Belum habis rasa kesalku, aku di kejutkan oleh bayangan di depan kaca wastafel. Aku langsung berbalik, dia semakin mendekat dan berdiri beberapa centimeter di depanku. Sangat dekat, hingga aku bisa menghirup aroma parfum yg ia kenakan.
"Hai cantik". Sapanya dengan senyum.
"Ki...Kinal? Ngapain di sini?"
(Mau nonton theater jkt48, mau lihat kaptennya yg bernama Melody*yg jawab authornya )
"Oh, ini baru aja dari toilet, sempat dengar ada suara merdu yg aku kenal sedang ngomel sendirian. pas keluar ternyata benar, kamu orangnya heee". Jawab Kinal santai.
"Kita ketemu lagi nih, emang jodoh gak kemana ya?"
"Loh, mukanya kok di tekuk gitu? Hmmm... tapi makin cantik sih".
Entah kenapa, aku mulai terbiasa dengan Kinal. Dengan candaannya, dengan kata2nya yg membuat aku merasakan hal yg berbeda. Ih!! Kenapa aku jadi begini? Ku buang jauh2 pikiran liar itu.
"Itu sindiran atau pujian?!"
"Huuft...aku lagi bete nih! Anak orang ngajak ribut!!". Sambil ke perlihatkan hp di depan mukanya.
"Sama pacarnya ya?". Goda Kinal.
"Sabar Mel, semua cowok emang pada rese". Kinal tertawa kecil.
"Iya nih!! Gak bisa ngerti fikit perasaan cewek!!"
"Lama2 aku bosan pacaran sama.....".
Ups!! Ngomong apa aku barusan! Ah, sial. Ku gigit bibirku kuat2, agak gematar.
Tiba2 Kinal makin mendekatiku, benar2 dekat. Posisiku begitu sulit untuk menghindar dari tubuhnya dan tatapan matanya yg begitu dalam.
"Bosan pacaran sama siapa, Mel?". Bisik Kinal begitu lembut di telinga kiriku.
Aku merinding. Posisi kami benar2 seperti orang yg akan berpelukan. Kinal terus menatapku dengan senyum yg begitu manis. Perlahan wajahnya mendekati wajahku. Oh God!! Aku merasakan hembusan nafasnya, jantungku mendadak berdegup kencang. Tapi kenapa? Entah sejak kapan, aku malah memejamkan mataku dan............
To be Continued
Tidak ada komentar:
Posting Komentar