Kamis, 02 April 2015

Three Angels ( Part 1 )



Langit berubah kelam, awan berarak lambat. Sesekali kilat menyambar di sertai dengan suara petir yg memekakkan gendang telinga. Dan derasnya hujan menjadi penyempurna badai di sore ini.

-(Melody pov)-

Aku mengemudikan mobil pelan2. Jalanan yg basah selalu membuatku berfikir dua kali untuk ngebut. Bayangan2 tentang kecelakaan selalu sukses membuat perutku mual.

Aku menepi sejenak, ku turunkan kaca mobil, aroma khas hujan langsung semerbak. Ku hirup nafas dalam2 untuk menstimulasi otak dan menggelitik serotonin. Hingga aroma hujan itu memberi rasa senang karena hormon endorfin mulai bekerja.

25 menit kemudian, aku arahkan mobil new honda jazz putihku di pelataran parkir sebuah gedung kantor berlantai 3 yg terletak di jalan Sudarmaji*mbuh lah, dalan ngendi kui* grin emotikon
Aku meraih payung yg selalu sedia di jok belakang mobil, lalu bergegas menuju gedung itu memasuki lobi kantor.

"Mbak Melody, sudah di tunggu pak Agung dan mbak Rona". Kata security.

"Oke, saya langsung ke atas". Balasku dengan senyum.
.
.
"Akhirnya....da
tang juga". Teriak Rona heboh.

"Dy, cepat duduk. Ada berita baru!". Seru pak Agung. Pria tambun berusia 48 tahun yg merupakan pimpinan perusahaan penerbit.

"Melody pak, Melody!!". Sewotku cemberut.

Sudah sekian kali pak Agung manggil namaku dengan sebutan yg tak ku sukai. Apaan coba? Dy? Emang Didy towok atau Didy kempot apa!!huuh.

"Namamu kepanjangan Me-Lo-Dy. Mending Dy ajalah lebih praktis". Pak Agung membela diri.

"Ya kan bisa manggil Mel atau Melo gitu pak". Aku tak mau kalah.

"Aduuuh, udah deh. Nama aja pake di ributin.gak penting banget!!". Rona melerai.

Aku langsung melotot tajam ke arahnya.

"Eh, mm...maksud saya, Melody itu kan penulis pak?"
"Jadi wajar kalo dia ngeribetin soal nama, heee". Rona mengklarifikasi dengan cengiran.

"Hmm... ya sudah, ada job apa nih?". Tanyaku to the point.

Aku sempat melirik Rona, sahabat sekaligus editor setiaku*bukan setia band loh?plakk*lanjut!

"Ada berita penting buat kamu". Ujar pak Agung.

"Badnews or Goodnews?"

"Begini". Pak Agung langsung mencondongkan tubuh dari tempat duduknya.
"Kamu kan sekarang lagi naik daun*pucuk!pucuk!pucuk!huss...ulet kali*author mulai menggila*plakk!abaikan.
"Hampir seluruh negeri tahu kalo kamu Melody sang kapten jkt48*eh. Kamu juga ibu negara*eh salah woy!!ini cerita bukan real!!dah ah serius!!CUT!!

"Begini, kamu sekarang sudah terkenal, dan hampir seluruh negeri tahu kalo kamu seorang novelis muda berbakat"
"Dan baru saja, kita dapat tawaran menarik dari seorang produser. Meminta kamu menulis sebuah novel yg akan di jadikan film layar lebar". Terang pak Agung penuh semangat.

Waw. Tawaran dari produser?dan akan dibuat film? Ini baru hidup. Ku perbaiki posisi dudukku. Nafasku tersendat2 saking semangatnya.

"Katanya produser itu milih kamu, karena novel2 kamu selalu jadi best seller. Tulisanmu juga menarik plus riset yg akurat". Nimbrung Rona.
"Honornya menggiurkan loh?!". Godanya.

"Ehm...memang produser itu mau saya menulis tentang apa, pak?".

"Saya yakin kamu pasti merasa tertantang dengan tema ini. Karena belum banyak penulis yg mempublikasikannya*padahal banyak tuh ff sebelah*eh?
"Ini tentang kehidupan percintaan.......".

"Oh". Balasku santai.

"Lesbian". Sambung pak Agung kemudian.

Aku tertegun. Bukan hanya mengenai temanya. Tapi bagaimana nanti tentang riset yg harus aku jalani.

"Oh ya Mel, aku dah searching. Ternyata banyak banget komunitas lesbian di daerah ini. Apalagi blog2nya". Ujar Rona meraih ipad dan membuka situs di internet.

"Tolong sms/bbm link blog2 itu, biar nanti aku pelajari". Antusiasku.

Tema lesbian adalah tema baru sekaligus tantangan buatku. Pasti menarik deh. Pikirku.

"Kapan deadlinenya?"

"Tiga bulan". Jawab pak Agung.

"Oke!". Balasku mantap.
"Saya akan pelajari blog2 tentang lesbian dan cari info mereka lewat situs internet".

"Dy, saya mau kamu terjun langsung dan bergabung dengan komunitas itu. Jadi bukan hanya sebatas dunia maya saja". Jelas pak Agung.

Butuh waktu 48 detik untuk bisa mencerna ucapannya.

"Kamu harus ketemu dan wawancara mereka secara langsung. Face to face". Ucap Rona menyentuh bahuku yg seketika membuyarkan lamunanku.

"Tap...tapi, itu terlalu beresiko?".

"Mel, bukankah biasanya riset kamu memang terjun langsung ke lokasi ya?".

"Tapi Rona, aku takut jika harus berhadapan langsung dengan mereka?!". Ucapku agak serak.

"Hahahaaaaa....".

Suara tawa mereka langsung pecah, begitu sumbang dan saling bersahutan.

"Sejak kapan kamu jadi penakut begini, Dy?"
"Riset di tengah hutan saja kamu berani, masa sekarang takut?". Sindir pak Agung.

"Perempuan kok takut sama perempuan?". Sambung Rona cekikikan.

Sukses. Mereka berdua menertawakanku kembali.

"Justru karena mereka perempuan, saya takut!!". Geramku gemas.

"Oke2, baiklah jangan takut Mel. Aku akan bantu kamu sebisa mungkin"
"Yg perlu kamu ingat, project ini menjanjikan loh? Jangan di sia2kan". Support Rona.
"Oh ya satu lagi, setelah kamu berhasil masuk ke komunitas mereka. Pesanku cuma satu, hati2"
"Jangan sampe kamu menikmatinya". Goda Rona.

"Hah! Duh...gimana kalo aku nanti justru malah menikmati dan gak mau keluar dari dunia itu?". Tanyaku takut.

"Saya orang pertama yg akan menyeret kamu keluar!!". Tegas pak Agung serius.
"Saya yakin, kamu cukup kuat. Asal kamu bisa membatasi diri, pasti kamu tak akan keseret ke dunia itu!"
"Kamu hanya pengamat dan penulis! Bukan penikmat, oke!!".

"Oke!!". Balasku lantang penuh semangat.

Kemudian ku jabat tangan mereka, pertanda project di mulai.
*
*
Esok hari, hujan sudah menghilang. Menyisakan jalanan yg agak basah.

"Kamu yakin, dengan keputusanmu? Ini hal yg beresiko sayank?". Ujar sosok pria yg duduk di hadapanku.

Kini, aku dan kekasihku. Dion. Berada di sebuah coffee shop. Dia begitu gelisah setelah aku menceritakan tentang project baruku.

"Aku yakin banget, karena ini adalah tantangan dan kesempatan besar buat karirku". Tegasku meyakinkannya.

"Tapi aku berat mengijinkannya..."
"Riset dan terjun langsung dengan komunitas lesbian itu, gak wajar!". Dion menghela nafas.

"Apanya yg gak wajar? Ini masalah pekerjaan. Ingat itu!".

"Sayank, please.....kali ini kamu turutin keinginanku. Kamu batalin project itu"
"Aku takut, kamu tertular virus mereka".

"Maaf yank, aku gak bisa. Aku dah terlanjur tanda tangan kontrak". Ucapku sembari memegang tangannya.
"Kamu percaya sama aku, ini demi karir dan impianku".

"Tapi.......".

Sempat terjadi perdebatan lagi, Dion masih bersikeras dengan larangannya. Tapi aku juga bersikeras dengan pendirianku. Akhirnya dia mengalah dengan sangat terpaksa.
*****

Sejak pukul 12 siang sampe sekarang pukul 16.30 WIB. Aku menenggelamkan diri mempelajari blog para lesbian. Dari beberapa blog yg di berikan Rona. Aku paling menyukai blog 'Brownies'.

Blog itu berbeda dari blog lesbi kebanyakan. Banyak hal baru, bahasan mereka pun luas. Ada yg bahas tentang ilmu pengetahuan, share pengalaman hidup, dan travelling. Perbincangan di blog Brownies lebih intelek. Bukan sekedar pembahasan orientasi seks yg menyimpang.

Kaget! Banyak sekali hal2 yg membuatku terkagum. Para lesbi itu sudah selayaknya saudara, saling menyapa dan berbagi dengan penuh keramahan. Ternyata tidak seperti bayanganku selama ini tentang mereka yg begitu menyeramkan.

"Eh, kok aku malah jadi kagum sih?hush...hush...gak boleh!!". Aku geleng2 kepala cepat2 ku usir pikiran itu jauh2.

Aku membuat twitter baru untuk bergabung dengan mereka. Ku beri nama "Sunshine" di akun twitterku. Dengan foto profil matahari yg bersinar. Aku cari @brownies dan ku follow.

Tak butuh waktu lama. Twitterku langsung di follback dan makin banyak dari komunitas itu yg mengfollow twitterku. Yoshaa!!! Umpan sudah termakan. Langkah pertama beres.
***

Dalam seminggu aku sudah banyak 'mengenal' akun lain tentang lesbian. Kebanyakan akun mereka menggunakan nama samaran. Dari ratusan akun yg ada, aku merasa tertarik dengan tiga orang yg mewakili dari komunitas masing2.

Pertama, "Dark Angel". Seorang berlabel 'buchi'. Sebuah label yg biasa di gunakan bagi mereka yg berpenampilan tomboy dan bersikap seperti pria.

Kedua, "Gold Angel". Berlabel 'femme'. Bagi mereka yg berpenampilan feminin dan bergaya selayaknya perempuan normal.

Ketiga, "Queen Angel". Berlabel 'androgini'. Bagi mereka yg berpenampilan feminin dan maskulin sekaligus*kok kayak author, ups!!heee cuma penampilan doank loh. Peace!! grin emotikon

Lgi asik mencari cara untuk menggali informasi lebih lanjut, tiba2......

*cinta burung kehilangan sayap dan tak bisa terbang...*

Aku langsung meraih hp di sebelah laptopku tanpa melihat nama si penelpon.

"Hai sayank, lunch yuk?".

"Emm.. maaf say, hari ini gak bisa".

"Kenapa?"
"Oh aku tau, kamu sibuk di dunia maya dan asik PDKT dengan kaum lesbi itu kan". Sinis Dion.

"Yank, please jangan mulai deh?". Balasku malas.

"Yg mulai duluan kamu Mel!! Sampe lupa kalo kamu punya cowok!!".

Lagi, perbincangan di telpon malah menimbulkan pertikaian. Jujur, akupun gak suka dengan kondisi seperti ini. Aku juga merasa bersalah dengan Dion yg selama 2 tahun ini menjadi kekasihku. Tapi mau gimana lagi? Aku juga tak bisa membuang kesempatan ini begitu saja. Aku harus profesional dengan pekerjaanku sebagai seorang penulis.
.
.
Ternyata, tiga taget yg ku dekati mulai terbuka. Tinggal aku meyakinkan mereka unyuk menjadi narasumber risetku.

Tanganku gemetar, saat membuka laptop. Ini adalah penentuan hidup&matiku, Rona serta pak Agung. Kalo sampe project ini gagal, habislah sudah.

Tiga hari yg lalu, aku menceritakan tentang project novelku pada 'three angel' sebutanku pada 3 targetku. Aku meminta mereka untuk menjadi narasumber dengan kerahasiaan yg pasti terjamin.

Aku menganga, kedua mataku terbelalak lebar menatap layar di depanku.

Direct Message(DM) Gold Angel : "Saya terima tawaran anda, tapi saya hanya bersedia wawancara by email".
"Oke, gak masalah". Balasku singkat.

DM Queen Angel : "Oke, tapi aku mau novel kalau sudah terbit, lengkap dengan tanda tangan dan 2 shoot*abaikan yg terakhir*
"Sip, aku janji. Kalau perlu saya hadiahi kamu 10 novel smile emotikon ". Balasku sumpringah.

DM Dark Angel : "Why not? Tapi aku ingin memastikan kamu benar2 penulis. Bisa ketemu? Invite WhatsApp ku no. 084848484848
"Wow. Terbuka sekali dia". Pikirku. Tanpa membalas aku langsung invite WA-nya.
*****

Bulan Desember adalah bulan dimana selalu turun hujan tiap harinya. Sejak siang tadi, hujan terus mengguyur ibu kota hingga sore ini.

Kuhentikan mobil jazz putihku di areal parkir sebuah kafe. Saat ku lirik jam tangan pukul 18.04 WIB. Hujan sudah mulai terang, tinggal rintik2 gerimis yg samar. Aku meraih hp membuka WA dan mengetiknya.

"Aku sudah di parkiran, maaf ya telat".

"It's oke. Aku dah duduk di dalam. Meja no. 8 pake kemeja putih".

Keluar dari mobil aku bergegas menerobos gerimis, tak bisa berlari karena aku memakai heels jadi hanya berjalan agak cepat. Aku tak memakai payung karena terlambat, jadi mendadak lupa. grin emotikon

Setelah di depan kafe, tiba2 jantungku berdetak kencang. Bukan karena jalan yg terburu2. Karena ini adalah pertemuanku yg pertama dengan Dark Angel sekaligus narasumber pertama.

Duh, bagaimana ya wajahnya? Di aku twitter dan WAnya bergambar sayap hitam. Apakah dia punya dua tanduk di kepalanya?entahlah.

Aku menarik nafas dalam dan mengedarkan pandangan mencari meja no. 8. Oh itu dia, meja yg paling pojok. Terlihat seseorang berpenampilan tomboy dengan ciri2 yg di sebutkan tadi. Dia pun melihat ke arahku, melambaikan tangan dan langsung berdiri menyambutku. Sopan juga. Pikirku.

"Hay... Melody kan?". Sapanya ramah dengan menyodorkan tangan kanan.

"Dark Angel?". Ku balas jabat tangannya.

"Panggil Kinal". Perempuan itu tersenyum manis. Benar2 tak seperti bayanganku tadi.

Kami duduk berhadapan. Saat akan memesan menu makanan. Sekilas aku mengamatinya. Rambut sebahu dengan tubuh tegap, tingginya sekitar 165cm, memakai kemeja putih lengan pendek yg di padukan dengan celana jeans dan sepatu kulit. Nampak cool+macho.

Awal mula perbincangan, aku begitu canggung. Tapi Kinal? Dia terkesan santai dan cuek. Obrolannya begitu asik ternyata. Dan tak terasa aku mulai terbiasa dengannya. Kini aku bersiap untuk menanyakan tujuanku.

"Emm.. Kinal, kenapa kamu bisa jadi........".

"Eits...gak boleh wawancara dulu". Potong Kinal.
"Kita kan belum tanda tangan kontrak".

"Kontrak? Maksudnya, kamu minta bayaran atau apa?". Tanyaku mulai takut.

"Pastilah!! Tapi bayarannya gak pake duit".

*DEG*
Jantungku berhenti berdetak, aliran darahku terhenti, wajahku memucat. Mungkin?

"Apa Kinal mau minta bayaran yg tidak2"
"Jangan2............".

Kinal tersenyum penuh arti, memandangku lekat dengan tatapan yang......
To be continued

Writer  : Dwi Nurmala
Twitter : @dwinurmala4351




Tidak ada komentar: