“Nal, aku udah nggak tahan” keluh
seorang wanita berseragam osis SMA berparas oriental kepada wanita yang berdiri
di sebelahnya melakukan gerakan sama seperti dirinya. Kinal namanya.
Pagi ini sepertinya sang surya sedang
bersemangat mentransformasikan segala energi yang dimilikinya untuk menyinari
bumi ini. Sayang, kenikmatannya membawa petaka buruk bagi kedua dara wanita
ini. Sungguh malang nasib mereka harus terjebak dalam kesialan pagi ini karena
harus datang terlambat akibat ban motor yang mereka kendarai mendadak bocor di
tengah jalan. Sehingga mau tidak mau, suka tidak suka mereka harus rela
mendapat hukuman dari wali kelas mereka. Berdiri di tengah lapangan sambil
berhormat dengan kepala yang sedikit menengadah menghadap sang merah putih
sampai jam pelajaran pertama usai.
“Aku juga, Ve” jawab Kinal yang kemudian
mengusap keringat yang mulai bercucuran di pelipisnya. Diliriknya gadis yang
bernama ‘Ve’ itu, terlihat wajahnya sudah pucat pasi. Sepertinya Ve benar-benar
mengalami dehidrasi akibat kepanasan.
“Ya Tuhan, Ve” Kinal terkejut dengan apa
yang dilihatnya.
“Nal, Aku...” Bruuuuugghh. Belum sempat melanjutkan ucapannya, Ve sudah terlebih
dahulu jatuh pingsan.
“Astaga, Ve...!!” teriak Kinal yang
dilanda kekalutan. Segera ia menopang kepala Veranda dengan pahanya dan
sesekali menepuk lembut pipi Veranda guna menyadarkannya. “Ve.. Veranda...Bangunlah..”
Namun sia sia, Ve tak kunjung sadar. Arrgggghh.
“Hey..!! Kalian...!! tolongin gue napa...!!” Bentaknya yang tidak melihat
satupun dari teman-temannya yang tergubris hatinya untuk menolong Kinal. Aneh
memang. Mungkin mereka takut disalahkan oleh guru hanya karena menolong murid yang
sedang menjalani hukuman.
Hssssshhh. Kinal tak sabar. Sekuat
tenaganya, ia membopong tubuh Veranda yang mungkin bobotnya hampir setara
dengannya untuk segera dibawanya ke ruang UKS agar cepat mendapat pertolongan
pertama. Adegan itu menarik perhatian seorang lelaki ber-name tag ‘Farish’. Dia
lelaki yang mencintai Veranda dan sudah beberapa bulan ini menjalin hubungan
dengannya. Meski nyatanya hubungan mereka sudah agak merenggang akibat
kecemburuan Farish yang terlalu berlebihan kepada siapapun teman yang mendekati
Veranda. Termasuk ketika Farish melihat kedekatan Veranda pada Kinal.
Sebenarnya ia sangat tidak menyukainya karena dialam pandangan matanya, Kinal
lebih dari sekedar sahabat Veranda. Seperti gelagat Kinal pagi ini semakin
memastikan prasangkanya dan membuat Farish makin cemburu.
***
Sesampainya di ruangan yang semerbak baunya didominasi oleh wewangian obat, Kinal membaringkan Veranda pada ranjang yang di balut kain putih. Di ambilnya sebuah minyak angin dari kotak P3K, lalu diusap-usapkan pada hidung Veranda agar ia cepat sadar. Lama. Ve belum juga mampu membuka matanya untuk kembali ke alam sadarnya. Kinal yang duduk di sebelah ranjang Veranda memandangi wajah orang yang berbaring dihadapannya lemah tak berdaya. Delusi ilusi mulai mengusik pikirannya. Cantik memang, Veranda bak bidadari yang turun dari kahyangan. Tapi bukan itu yang sedang Kinal pikirkan. Ia memikirkan tentang perasaannya yang tidak wajar. Dia sadar bahkan dia tahu diri bahwa ini menentang takdir Tuhan. Kinal wanita, Veranda juga wanita. Ini bukan hal yang wajar jika Kinal menaruh hati pada Veranda. Salah-kah akan perasaannya? Bukan-kah Tuhan yang mengkaruniakan cinta kepada makhluk-Nya?
***
Sesampainya di ruangan yang semerbak baunya didominasi oleh wewangian obat, Kinal membaringkan Veranda pada ranjang yang di balut kain putih. Di ambilnya sebuah minyak angin dari kotak P3K, lalu diusap-usapkan pada hidung Veranda agar ia cepat sadar. Lama. Ve belum juga mampu membuka matanya untuk kembali ke alam sadarnya. Kinal yang duduk di sebelah ranjang Veranda memandangi wajah orang yang berbaring dihadapannya lemah tak berdaya. Delusi ilusi mulai mengusik pikirannya. Cantik memang, Veranda bak bidadari yang turun dari kahyangan. Tapi bukan itu yang sedang Kinal pikirkan. Ia memikirkan tentang perasaannya yang tidak wajar. Dia sadar bahkan dia tahu diri bahwa ini menentang takdir Tuhan. Kinal wanita, Veranda juga wanita. Ini bukan hal yang wajar jika Kinal menaruh hati pada Veranda. Salah-kah akan perasaannya? Bukan-kah Tuhan yang mengkaruniakan cinta kepada makhluk-Nya?
“Andai aku terlahir sebagai lelaki
sekuat hati akan aku perjuangkan cintaku untuk mendapatkan hatimu. Sayang, aku
wanita sama sepertimu. Meskipun begitu aku tidak pernah menyesalinya. Karena
ini takdir Tuhan. Tuhan-lah yang menyatukan kita dalam sebuah ikatan
persahabatan. Sahabat Selamanya. Aku berjanji akan selalu ada di sampingmu
dalam keadaan apapun untuk menjagamu. Karena kita sahabat dan aku mencintaimu. I Love You, Ve” Ucap Kinal sedikit
berbisik yang masih dalam pikiran delusi tak wajarnya sambil menggenggam erat
tangan Veranda. Berharap Ve cepat membuka matanya karena yang Kinal tau Ve
belum juga sadar, padahal tidak. Mata Ve memang terpejam, namun itu hanya
kepura-puraan belaka. Gendang telinganya masih mampu menangkap dengan jelas
setiap untaian kata yang keluar dari bibir Kinal yang membuat hati Veranda
terenyuh kala mendengarnya.
“Jadi selama ini ...? Ya Tuhan, maafkan
aku tentang perasaan kita yang tidak wajar ini. Maafkan aku, Kinal, yang secara
tidak langsung telah menggoreskan luka pada hatimu. Jujur, cintaku pada Farish
hanya sebagai tameng untuk memastikan bahwa aku ini wanita normal. Namun
nyatanya TIDAK. Aku sama sepertimu, lemah terhadap perasaan tidak normal ini.
Meski aku telah berusaha untuk mencintai Farish, tapi kamu-lah yang selalu
singgah di hatiku. Kamu-lah orang terbaik dalam hatiku yang bisa membuatku
nyaman ketika berada didekatmu. Love You
Too, Nal” ujar Veranda dalam batinnya.
Srreekkk.
Kinal berusaha bangkit dari duduknya. Beranjak meninggalkan Ve sendiri untuk
melangkahkan kaki ke kantin guna membeli beberapa potong roti dan minuman segar
untuk mengisi kekosongan perut mereka.
“Kinal” panggil Veranda dengan suara
sedikit parau berusaha mencegah Kinal agar tidak meninggalkannya. Sukses.
Langkah Kinal terhenti senyum bahagia terlukis pada wajahnya kini. Dengan
segera, ia berbalik menghampiri Veranda. Dan duduk di sampingnya.
“Akhirnya kamu sadar juga, Ve. Kamu tau itu membuatku sangat khawatir” Ujar
Kinal sembari mengacak lembut rambut Veranda.
“Maaf”’ ujar Ve menundukan pandanganya,
tak enak hati pada Kinal.
“Maaf? Untuk apa? Tadi aku hanya
bercanda, Ve. Sekali-pun kamu nggak pernah membuat aku khawatir karena aku tau
kalau Ve adalah orang yang kuat. Ya kan?” Jawab Kinal sembari menyentuh pipi
Veranda dengan lembut. Yah. Tangan ini-lah tangan terlembut yang mampu Veranda
rasakan. Semenjak kecelakaan yang menewaskan orang tuanya saat dia masih berumur
tiga tahun, dia terpaksa harus masuk ke Panti karena tidak ada satu-pun dari
keluarganya entah bibi atau paman yang mau menampungnya. Takdir mungkin, di
panti inilah Veranda di pertemukan oleh Kinal seorang anak terbuang yang tidak
pernah tau siapa orang tua kandungnya. Tragis kisah dua sahabat ini. Namun
keduanya bertekad untuk mencari kebahagiaan bersama, maka terjalinlah sebuah
ikatan persahabatan. Kinal yang sedikit tomboy selalu bisa menjaga Veranda
manakala mendapat usikan dari keirian teman-teman Veranda.
“Aku kuat karena ada seseorang yang akan
selalu menjagaku” imbuh Ve kemudian membuat Kinal tersenyum tipis menerka siapa
seseorang itu apakah dirinya atau Farish?
“Makasih ya, Nal” sambungnya kemudian
yang memberi kode bahwa seseorang yang ia maksud tadi adalah Kinal.
“Hehe, Iya. Ve” tanggap Kinal dalam
salah tingkahnya. Cengengesan sembari menggaruk-garuk rambut belakangnya. “Ve, aku ke kantin dulu ya. Mau beli
makanan untuk kita. Pasti kamu lapar juga kan?” Pintar sekali Kinal mengalihkan
pembicaraan mereka. Kinal takut semakin berlama-lama dengan salah tingkahnya
akan membuat Veranda curiga tentang perasaan cintanya pada Ve.
***
Baru selangkah kaki meninggalkan ruang UKS, Kinal dikejutkan oleh seorang
lelaki yang hendak berjalan menuju tempat Veranda dirawat.
“Kok perasaanku jadi nggak enak gini
ya?”
“Astaga. Aku nggak boleh berprasangka
buruk pada Farish. Dia pacarnya Ve. Pasti dia hanya ingin menemani Ve” Kinal
mencoba menepis firasat buruk yang sempat mampir dalam pikirannya bahwa tidak akan
terjadi apa-apa pada Veranda meski harus ditinggalkan hanya berdua dengan pacar
pelampiasannya itu.
***
“Ve?” Sapa seorang lelaki yang tiba-tiba masuk mengegetkan Veranda yang masih
terbaring di atas ranjang.
“Farish?” Ve langsung membenarkan
posisinya menjadi duduk. Farish menghampiri Ve dan dia langsung menempatkan
dirinya tepat berhadapan dengan Veranda.
“Kamu nggak diapa-apakan oleh Kinal kan,
Ve?” tanyanya kemudian. Pertanyaan aneh apa ini? Ve sungguh tidak mengerti arah
pembicaraan Farish.
“Aku nggak suka kamu terlalu dekat
dengan Kinal. Dia membawa pengaruh buruk buat kamu, sayang” sambung Farish yang
melihat Veranda masih dalam diamnya.
“Maksud kamu?”
“Karena dia, kamu jadi ikut dihukum dan
pingsan seperti ini. Andai kamu mau aku jemput tadi pagi, kamu nggak mungkin
seperti ini” jelas Farish namun Ve hanya tersenyum menanggapi ocehannya.
“Hey, kenapa kamu malah ternyum?”
“Kamu lucu. Kamu tau kalau Kinal adalah
sahabat aku, nggak mungkinlah dia memberiku pengaruh buruk”
“Tapi, sayang. Dia berbeda dengan wanita
lain. Dia bukan wanita normal” jelas Farish membuat Veranda terkejut, setan apa
yang merasuki Farish hingga dia mampu memberi kesimpulan seperti itu.
“Sorot matanya. Lihat-lah. Seperti
seorang lelaki yang menyukai lawan jenisnya” lanjut Farish yang sontak mendapat
sambutan tamparan keras dari Veranda. Plak.
“Cukup...!!!” teriak Ve. Sementara
Farish hanya mengelus-elus pipinya yang memerah akibat tamparan Ve tadi.
“Kalau kamu bilang Kinal bukan wanita
normal, lantas wanita yang kamu pacari selama ini kamu sebut apa..?? Ha...!!!”
Nada bicara Ve meninggi seiring dengan gejolak emosinya yang ikut meningkat.
“Maksud kamu apa, Ve?”
“Aku mencintai Kinal. Apa kamu akan
mengejudge pacar kamu ini sebagai wanita yang nggak normal juga...?”
Gila. Kenapa kata-kata itu bisa
terdengar oleh Farish. Bukan-kah ini aib yang seharusnya Veranda tutupi
rapat-rapat?
“Nggak. Nggak mungkin. Kamu pasti bohong
kan, sayang?” Tanya Farish masih belum bisa mempercayai apa yang di dengarnya
itu suatu kebenaran.
“Maaf, Rish” hanya itu yang terucap dari
bibir Veranda. Farish hanya diam dalam pikirannya. Bagaimana bisa dia kalah
saing dengan wanita untuk mendapatkan cinta Veranda? Ini sangat di luar nalar.
“Aku ingin putus dari kamu” Cukup sampai
detik ini Veranda memanfaatkannya. Farish sudah tau semuanya, Ve tidak bisa
lagi berpura-pura menjadi pacarnya.
Arrrrggggghhhh.
Mendengar hal itu, Farish tersulut emosinya. Dia merobohkan meja kecil di
samping ranjang Veranda sehingga pot yang ada di atas meja itu terlempar dan
pecah.
“Jika aku nggak bisa mendapatkanmu. Yang lain pun nggak layak untuk
mendapatkanmu, Ve. Termasuk Kinal...!!” Emosi Farish benar-benar tak terkendali
dan seperti mendapat bisikan ghoib Farish berusaha mencelakakan Veranda dengan
mencekik leher Veranda.
“Mati kau, Veranda” Ucapnya dalam keadaan telah mendekatkan kedua tangannya
pada leher Veranda.
"Farish..” Veranda kaget dengan apa yang Farish lakukan padanya. Ve mencoba
untuk melindungi dirinya dengan memegangi kedua tangan Farish agar agak
merenggang dari lehernya karena saat ini nafas Veranda mulai tersendat. Uhuk-uhuk.
“Astaga Veranda...!!” teriak Kinal
tiba-tiba saat berada di muka ruang UKS dan hendak memasukinya, nyatanya
dikejutkan adegan yang membuatnya terperanjat emosinya. Dengan gesit, Kinal
menghampiri Farish. Menarik tubuh Farish dari belakang, berusaha
menyingkirkannya. Lalu melayangkan sebuah pukulan sekuat tenaga tepat pada
wajah Farish.
Bug. Farish terjatuh sembari memegang
sudut bibirnya yang timbul bercak merahnya.
Arrggghh. Farish menyekanya.
“Jangan pernah lu bersikap konyol
seperti tadi Rish..!! Sampai gue tau kejadian ini terjadi lagi, nggak
segan-segan gue bunuh lu...!!!” Ancam Kinal. Farish mencoba untuk berdiri.
Namun bukan untuk melawan Kinal. Farish sadar beladirinya tidak sejago Kinal.
Itu akan sama saja dia mencelakakan dirinya sendiri.
“Gue nggak akan tinggal diam, Kinal. Gue
nggak terima pacar gue lu rebut. Lu bermasalah dengan orang yang salah. Tunggu
pembalasan gue...!!” Farish berbalik mengancam Kinal. Selanjutnya dia
melangkahkan kaki keluar dari ruang UKS.
“Kamu nggak kenapa-kenapa kan, Ve?”
Tanya Kinal pada Veranda, sembari memberikan pelukan hangat untuk
menenangkannya.
“Aku takut, Nal” ujar Veranda sambil
menangis dipelukan Kinal.
“Kamu nggak perlu takut, Ve. Sudah ada
aku di sini”
“Farish, Nal. Dia orang yang nekat”
Veranda mengingatkannya. Karena kejadian seperti ini bisa jadi terulang di
kemudian hari.
“Aku yakin dia nggak akan berani
macam-macam lagi sama kamu. Dia cuma cowok pengecut dan egois”
***
Malam harinya, rasa kantuk belum juga menyerang Kinal.
Dia masih saja membolak-balikkan badannya ke kanan ke kiri di atas ranjangnya
yang bertingkat. Yah, panti yang dihuni oleh Kinal dan Ve semua tempat tidurnya
bertingkat. Termasuk kamar mereka. Kinal menghuni ranjang bagian atas,
sedangkan Ve lebih suka memilih untuk mengambil posisi di ranjang bagian bawah.
.
.
“Pipimu memerah, Ve?” tanya Kinal khawatir pada Ve yang duduk di sebelahnya tepat di bangku taman belakang sekolah.
“Pipimu memerah, Ve?” tanya Kinal khawatir pada Ve yang duduk di sebelahnya tepat di bangku taman belakang sekolah.
“Hey, kamu kenapa?” lagi Kinal
bertanya karena Ve masih belum menjawabnya.
“Farish, Nal” jawab Ve singkat
lalu membaringkan kepalanya di bahu Kinal. Jelas, terdengar isak tangis
darinya.
“Sudahlah, Ve. Jangan
menangisi dia lagi. Apa perlu aku kasih pelajaran ke dia agar dia nggak menyakitimu
lagi?” Kali ini Kinal benar-benar geram. Ini bukan kali pertama, berkali-kali
Ve diperlakukan seperti ini. Bentakan hingga tamparan hampir menjadi santapan
Ve manakala bertemu Farish. Katanya cinta? Iyah, Farish memang sangat mencintai
Ve sehingga kecemburuan mampu mengalahkan rasa cintanya. Lantas apa yang bisa
Ve lakukan? Dia pasrah. Seperti saat ini, dia hanya bisa menangis lagi dan lagi
di bahu Kinal. Lucunya dia selalu mencegah Kinal untuk berbuat nekat kepada
Farish. Ve tidak ingin jika sahabat yang dicintainya bermasalah dengan Farish
si cowok gila.
“Jangan, Nal. Ini juga salah
aku. Harusnya aku bisa menjaga jarak dengan teman-teman cowok”
“Hmm..” Kinal hanya mengalunkan nafas panjang pertanda Kinal menyerah. Dia
bosan terus menerus mendengar Ve menyalahkan dirinya. Sebenarnya apa yang
dirasa olehnya? Apa dia tidak merasa tersakiti atas perlakuan Farish?
.
.
Arrrgggghhh. Kinal kesal mengacak
rambut ketalnya mengingat kejadian beberapa waktu silam. Sepintas bayangan pagi
tadi juga ikut meramaikan betapa penuhnya beban di otak Kinal. ‘Sumpah, pagi tadi Farish
benar-benar nggak bisa aku maafkan. Kalau hanya bentakan pada Ve aku masih bisa
menerima. Bahkan tamparan sekalipun saat Ve mencegah, aku masih bisa menahan
diri. Tapi pagi ini, dia liar. Dia hampir saja membunuh Ve. Dan aku nggak
terima’ Masih dalam posisi yang sama memandang langit-langit kamar, terlintas
sebuah pertanyaan dalam benak Kinal ‘Ve, kamu melakukan kesalahan apa lagi
sampai Farish tega melakukan itu padamu? Bukannya sejak pagi hanya aku yang
bersamamu? Apa jangan-jangan Farish ...?’ Kinal tidak mau menerka-nerka sesuatu
yang tidak pasti apalagi menakutkan untuknya kalau-kalau Farish mencemburui dia
atau bahkan sudah bisa menarik kesimpulan kalau dirinya bukanlah wanita normal
“Ve...!!” panggil Kinal
bermaksud menanyakan hal ini pada Ve.
Lama tak ada sahutan dari Ve.
Mungkin dia sudah tertidur lelap. Kinal menegok ke bawah guna memastikannya.
Benar dengan wajah teduhnya dia terlihat sedang menikmati alam mimpinya. Kinal
berniat turun untuk melihat lebih dekat wajah itu.
Tap. Tap. Tap. satu persatu anak tangga
yang menghubungkan ranjang atas dan bawah sukses dilaluinya tanpa suara. Kinal
tidak ingin membangunkan bidadari yang sedang tertidur dengan pulasnya. Dia takut
kalau sampai bidadari itu terjaga, dia akan segera meninggalkan tempat ini dan
kembali ke asalnya, kahyangan...*narasi apa ini? *LOL
Kinal tersenyum melihat gaya
tidur Veranda, sungguh diluar perkiraan wanita cantik seperti dia tapi sembrono
saat tidur. Dengan hati-hati, Kinal menarik selimut Veranda, mencoba
membenarkannya. Ve membalikkan badannya. Kinal terkejut. Kinal pikir Veranda
akan terbangun. Nyatanya tidak. Dia hanya merubah posisi tidurnya agar terasa
lebih nyaman.
“Kinal, I Love You” Igo Veranda
membuat Kinal terkejut kala mendengarnya.
‘Apa aku nggak salah dengar Ve
mengucapkan kata itu untukku?’ batin Kinal tak mempercayainya. Karena yang
Kinal tau Veranda adalah wanita normal yang masih menyukai lawan jenis. Beda
dengan dirinya. ‘Hah. Namanya juga mimpi, Nal.
Pasti dia nggaksadar berucap seperti itu’ sambung hati kecilnya yang pro dengan
ucapan batinnya.
Kinal masih saja menikmati
pemandangan teduh itu. Dibelainya lembut rambut Veranda, lalu mengecup
keningnya sambil berbisik “Selamat tidur sayang, mimpi indah ya”. Kemudian
kembali ke tempat asalnya, karena mata ini mulai berat pertanda ingin
mengistirahatkan si empunya.
***
Pagi menjelang berganti shift dengan malam. Tandanya Ve dan Kinal akan kembali
disibukkan oleh rutinitas keseharian mereka. Sekolah, sekolah dan sekolah.
*Kenapa author menulis sekolah sampai tiga kali? Karena sekolah itu penting.
Bukan sekedar belajar akan tetapi mencari berbagai pengalaman. Untuk Ve dan
Kinal, mereka bisa sekolah sampai SMA sudah sangat luar biasa sekali. Beasiswa
yang mereka dapatkan atas prestasi yang telah mereka raih tidak ingin mereka
sia-siakan begitu saja.
Dan pagi ini, Ve dan Kinal terpaksa
berangkat menggunakan angkutan kota ( angkot ) karena motor yang biasa mereka
kendarai akan digunakan bunda ( sebutan mereka untuk si pemilik panti ) untuk
menjenguk adik panti yang sudah sebulan ini diadopsi oleh pengusaha kaya.
Di dalam angkot mereka asyik dengan aktivitasnya masing-masing. Ve berkutik dengan sebuah buku catatannya karena hari ini kelas Ve akan ada ulangan harian, sedangkan Kinal asyik mendengar tiap alunan musik yang tersambung olehear phone yang menempel ditelinganya. Tiba-tiba Ve menutup bukunya lalu memasukkan ke dalam tas jinjingnya. Kinal meliriknya sekilas. Seketika, Kinal melepaskan ear phone sebelah kirinya lalu menempelkan ke telinga kiri Veranda. Kebetulan Veranda memang duduk di sebelah kanannya.
“Dengerin deh ini lagu kesukaanmu”
Perintah Kinal. Benar, Ini lagu favorite Ve, lagu yang benar-benar bisa membuat
hati Ve terenyuh kala mendengar tiap lirik dari lagu itu. Ve menikmatinya lalu
ia pun melagu, ‘Terima kasih untuk
segalanya ingin sampaikan dari dalam hati sangat menyenangkan’ Ve menatap
Kinal. Tatapannya menyiratkan ‘lagu ini buat kamu, Nal’ Mereka terjebak dalam
tatapan saling pandang itu. Sampai suara Kinal membuyarkannya.
“Ve, yang semalam itu...?” Kinal
menggantungkan kalimatnya. Ingin sekali menanyakan igoan semalam Veranda
berharap kata-kata itu benar untuknya. Namun disisi lain Kinal menjadi tak enak
untuk menanyakannya. Takut kalau Ve menyangkanya sebagai wanita yang tidak
normal. Sebenarnya percuma Kinal menakutinya, karena jelas hal itu sudah Ve
ketahui.
“Hmmm. Aku mengigo macam-macam
yah?” Ve malah berbalik tanya dengan memasang wajah sok polos sebagai isyarat
bahwa dia benar-benar lupa tentang igoannya semalam.
“Iya. Kamu lucu, haha”sahut
Kinal dengan tawa kecilnya.
“Ih.. Kinal. Emang aku ngigo
apaan??” dengan manjanya Veranda bertanya, dia benar-benar ingin tau.
“Ada deh...” Kinal semakin
menggodanya.
“Kinal..!! nggak lucu tau...!!
Aku gelitikin nih...!!” ujar Ve membalas godaan Kinal mengelitiki Kinal. Ve tau
sahabatnya itu tidak tahan dengan gelitikan. Sehingga ini menjadi senjata
pamungkas Ve untuk menyerang Kinal saat dia menjadi bahan candaan Kinal.
“Ampun...Ve...Ampun...Aku akan
cerita” ujar Kinal menyerah.
“Haha. Semalam itu, kamu mengigo
seperti orang yang sedang bercerita” Kinal terkekeh dalam karangan dustanya. Sementara
Ve masih diam mendengarkan kelanjutan karangan Kinal.
“Kamu bercerita tentang
seorang pangeran yang datang mencium seorang putri agar cepat terbangun dari tidurnya yang sangat panjang” sambung
Kinal kemudian.
“Masak iya aku mengigo seperti
itu? Soalnya aku juga mimpi tentang pangeran yang mencium putri dalam tidurnya.
Anehnya lagi, aku juga merasa ada seseorang yang mencium keningku semalam, Nal?
Apa akan ada pangeran yang datang untukku nanti?” ujar Ve menanggapi dan Kinal
terkejut seketika pikirannya melayang-layang. Kok bisa kebetulan sama? Antara
cerita karangan Kinal, mimpi Ve dan apa yang Ve rasakan benar kalau keningnya
dikecup oleh Kinal semalam.
“Kinal...!!!” teriak Ve
menyadarkan Kinal untuk kembali ke alam sadarnya.
“Kamu mikirin apa? Aku cerita
nggak ditanggepin” tanya Ve dengan nada sedikit manja. Kinal mulai memutar otak
untuk mengalihkan pembicaraan mereka sebelumnya.
“Ah.. Nggak mikirin apa-apa
kok, Ve. Aku jadi kepikiran Elaine saja”
“Elaine? Ah.. kamu seperti
bunda saja. Saking kepikirannya bunda sampai rela menjenguknya. Gara-gara ini
nih, kita jadi ngangkot. Huh” Kesal Veranda menggembungkan pipinya yang chubby.
“Bukan itu, Ve. Kamu pasti
ingat, dulu kamu juga akan diadopsi oleh keluarga kaya raya tapi kamu malah
nangis nggak mau. Padahal ya Ve, andai saja saat itu kamu mau, sekarang kamu
berangkat sekolah mengunakan mobil pribadi, nggak ngangkot kayakgini”
“Percuma aku kaya kalau nggak
ada kamu di sampingku. Bahagiaku ya kamu, Nal. Aku nyaman didekatmu”
Kode apaan ini? Ve dengan mantap bicara bahwa dia nyaman didekat Kinal. Dekat sebagai apa? Sebatas sahabat atau lebih? Ve sudah mengetahui bahwa Kinal mencintai dirinya, namun Ve belum bisa secara gamblang mengatakan kalau dia juga mencintai Kinal. Ve takut jika kejujurannya pada Kinal akan membawa petaka buruk untuk mereka. Mungkin Kinal bahagia karena cintanya terbalas. Tapi Ve tidak dapat memastikan bahwa dia akan dapat memiliki Kinal. Hujatan, makian dan cemooh akan mereka dapat jika memaksakan untuk saling memiliki. Balik lagi, Ve itu wanita, Kinal juga wanita. Sudah seyogyanya untuk mencintai lawan jenis.
To be Continued
Writer : Hanifah
Argubie
Twitter : @HanBie_48
Tidak ada komentar:
Posting Komentar