Jumat, 06 Maret 2015

Kinjirareta Futari ( Bagian I )





“Nal, aku udah nggak tahan” keluh seorang wanita berseragam osis SMA berparas oriental kepada wanita yang berdiri di sebelahnya melakukan gerakan sama seperti dirinya. Kinal namanya.

Pagi ini sepertinya sang surya sedang bersemangat mentransformasikan segala energi yang dimilikinya untuk menyinari bumi ini. Sayang, kenikmatannya membawa petaka buruk bagi kedua dara wanita ini. Sungguh malang nasib mereka harus terjebak dalam kesialan pagi ini karena harus datang terlambat akibat ban motor yang mereka kendarai mendadak bocor di tengah jalan. Sehingga mau tidak mau, suka tidak suka mereka harus rela mendapat hukuman dari wali kelas mereka. Berdiri di tengah lapangan sambil berhormat dengan kepala yang sedikit menengadah menghadap sang merah putih sampai jam pelajaran pertama usai.

“Aku juga, Ve” jawab Kinal yang kemudian mengusap keringat yang mulai bercucuran di pelipisnya. Diliriknya gadis yang bernama ‘Ve’ itu, terlihat wajahnya sudah pucat pasi. Sepertinya Ve benar-benar mengalami dehidrasi akibat kepanasan.

“Ya Tuhan, Ve” Kinal terkejut dengan apa yang dilihatnya.

“Nal, Aku...” Bruuuuugghh. Belum sempat melanjutkan ucapannya, Ve sudah terlebih dahulu jatuh pingsan.

“Astaga, Ve...!!” teriak Kinal yang dilanda kekalutan. Segera ia menopang kepala Veranda dengan pahanya dan sesekali menepuk lembut pipi Veranda guna menyadarkannya. “Ve.. Veranda...Bangunlah..” Namun sia sia, Ve tak kunjung sadar. Arrgggghh. “Hey..!! Kalian...!! tolongin gue napa...!!” Bentaknya yang tidak melihat satupun dari teman-temannya yang tergubris hatinya untuk menolong Kinal. Aneh memang. Mungkin mereka takut disalahkan oleh guru hanya karena menolong murid yang sedang menjalani hukuman.
 
Hssssshhh. Kinal tak sabar. Sekuat tenaganya, ia membopong tubuh Veranda yang mungkin bobotnya hampir setara dengannya untuk segera dibawanya ke ruang UKS agar cepat mendapat pertolongan pertama. Adegan itu menarik perhatian seorang lelaki ber-name tag ‘Farish’. Dia lelaki yang mencintai Veranda dan sudah beberapa bulan ini menjalin hubungan dengannya. Meski nyatanya hubungan mereka sudah agak merenggang akibat kecemburuan Farish yang terlalu berlebihan kepada siapapun teman yang mendekati Veranda. Termasuk ketika Farish melihat kedekatan Veranda pada Kinal. Sebenarnya ia sangat tidak menyukainya karena dialam pandangan matanya, Kinal lebih dari sekedar sahabat Veranda. Seperti gelagat Kinal pagi ini semakin memastikan prasangkanya dan membuat Farish makin cemburu.

***

Sesampainya di ruangan yang semerbak baunya didominasi oleh wewangian obat, Kinal membaringkan Veranda pada ranjang yang di balut kain putih. Di ambilnya sebuah minyak angin dari kotak P3K, lalu diusap-usapkan pada hidung Veranda agar ia cepat sadar. Lama. Ve belum juga mampu membuka matanya untuk kembali ke alam sadarnya. Kinal yang duduk di sebelah ranjang Veranda memandangi wajah orang yang berbaring dihadapannya lemah tak berdaya. Delusi ilusi mulai mengusik pikirannya. Cantik memang, Veranda bak bidadari yang turun dari kahyangan. Tapi bukan itu yang sedang Kinal pikirkan. Ia memikirkan tentang perasaannya yang tidak wajar. Dia sadar bahkan dia tahu diri bahwa ini menentang takdir Tuhan. Kinal wanita, Veranda juga wanita. Ini bukan hal yang wajar jika Kinal menaruh hati pada Veranda. Salah-kah akan perasaannya? Bukan-kah Tuhan yang mengkaruniakan cinta kepada makhluk-Nya?

“Andai aku terlahir sebagai lelaki sekuat hati akan aku perjuangkan cintaku untuk mendapatkan hatimu. Sayang, aku wanita sama sepertimu. Meskipun begitu aku tidak pernah menyesalinya. Karena ini takdir Tuhan. Tuhan-lah yang menyatukan kita dalam sebuah ikatan persahabatan. Sahabat Selamanya. Aku berjanji akan selalu ada di sampingmu dalam keadaan apapun untuk menjagamu. Karena kita sahabat dan aku mencintaimu. I Love You, Ve” Ucap Kinal sedikit berbisik yang masih dalam pikiran delusi tak wajarnya sambil menggenggam erat tangan Veranda. Berharap Ve cepat membuka matanya karena yang Kinal tau Ve belum juga sadar, padahal tidak. Mata Ve memang terpejam, namun itu hanya kepura-puraan belaka. Gendang telinganya masih mampu menangkap dengan jelas setiap untaian kata yang keluar dari bibir Kinal yang membuat hati Veranda terenyuh kala mendengarnya.

“Jadi selama ini ...? Ya Tuhan, maafkan aku tentang perasaan kita yang tidak wajar ini. Maafkan aku, Kinal, yang secara tidak langsung telah menggoreskan luka pada hatimu. Jujur, cintaku pada Farish hanya sebagai tameng untuk memastikan bahwa aku ini wanita normal. Namun nyatanya TIDAK. Aku sama sepertimu, lemah terhadap perasaan tidak normal ini. Meski aku telah berusaha untuk mencintai Farish, tapi kamu-lah yang selalu singgah di hatiku. Kamu-lah orang terbaik dalam hatiku yang bisa membuatku nyaman ketika berada didekatmu. Love You Too, Nal” ujar Veranda dalam batinnya.

Srreekkk. Kinal berusaha bangkit dari duduknya. Beranjak meninggalkan Ve sendiri untuk melangkahkan kaki ke kantin guna membeli beberapa potong roti dan minuman segar untuk mengisi kekosongan perut mereka.

“Kinal” panggil Veranda dengan suara sedikit parau berusaha mencegah Kinal agar tidak meninggalkannya. Sukses. Langkah Kinal terhenti senyum bahagia terlukis pada wajahnya kini. Dengan segera, ia berbalik menghampiri Veranda. Dan duduk di sampingnya.
 
“Akhirnya kamu sadar juga, Ve. Kamu tau itu membuatku sangat khawatir” Ujar Kinal sembari mengacak lembut rambut Veranda.

“Maaf”’ ujar Ve menundukan pandanganya, tak enak hati pada Kinal.

“Maaf? Untuk apa? Tadi aku hanya bercanda, Ve. Sekali-pun kamu nggak pernah membuat aku khawatir karena aku tau kalau Ve adalah orang yang kuat. Ya kan?” Jawab Kinal sembari menyentuh pipi Veranda dengan lembut. Yah. Tangan ini-lah tangan terlembut yang mampu Veranda rasakan. Semenjak kecelakaan yang menewaskan orang tuanya saat dia masih berumur tiga tahun, dia terpaksa harus masuk ke Panti karena tidak ada satu-pun dari keluarganya entah bibi atau paman yang mau menampungnya. Takdir mungkin, di panti inilah Veranda di pertemukan oleh Kinal seorang anak terbuang yang tidak pernah tau siapa orang tua kandungnya. Tragis kisah dua sahabat ini. Namun keduanya bertekad untuk mencari kebahagiaan bersama, maka terjalinlah sebuah ikatan persahabatan. Kinal yang sedikit tomboy selalu bisa menjaga Veranda manakala mendapat usikan dari keirian teman-teman Veranda.

“Aku kuat karena ada seseorang yang akan selalu menjagaku” imbuh Ve kemudian membuat Kinal tersenyum tipis menerka siapa seseorang itu apakah dirinya atau Farish?

“Makasih ya, Nal” sambungnya kemudian yang memberi kode bahwa seseorang yang ia maksud tadi adalah Kinal.

“Hehe, Iya. Ve” tanggap Kinal dalam salah tingkahnya. Cengengesan sembari menggaruk-garuk rambut belakangnya. “Ve, aku ke kantin dulu ya. Mau beli makanan untuk kita. Pasti kamu lapar juga kan?” Pintar sekali Kinal mengalihkan pembicaraan mereka. Kinal takut semakin berlama-lama dengan salah tingkahnya akan membuat Veranda curiga tentang perasaan cintanya pada Ve.

***
 
Baru selangkah kaki meninggalkan ruang UKS, Kinal dikejutkan oleh seorang lelaki yang hendak berjalan menuju tempat Veranda dirawat. 

“Kok perasaanku jadi nggak enak gini ya?”

“Astaga. Aku nggak boleh berprasangka buruk pada Farish. Dia pacarnya Ve. Pasti dia hanya ingin menemani Ve” Kinal mencoba menepis firasat buruk yang sempat mampir dalam pikirannya bahwa tidak akan terjadi apa-apa pada Veranda meski harus ditinggalkan hanya berdua dengan pacar pelampiasannya itu.

***
 
“Ve?” Sapa seorang lelaki yang tiba-tiba masuk mengegetkan Veranda yang masih terbaring di atas ranjang.

“Farish?” Ve langsung membenarkan posisinya menjadi duduk. Farish menghampiri Ve dan dia langsung menempatkan dirinya tepat berhadapan dengan Veranda.

“Kamu nggak diapa-apakan oleh Kinal kan, Ve?” tanyanya kemudian. Pertanyaan aneh apa ini? Ve sungguh tidak mengerti arah pembicaraan Farish.

“Aku nggak suka kamu terlalu dekat dengan Kinal. Dia membawa pengaruh buruk buat kamu, sayang” sambung Farish yang melihat Veranda masih dalam diamnya.

“Maksud kamu?”

“Karena dia, kamu jadi ikut dihukum dan pingsan seperti ini. Andai kamu mau aku jemput tadi pagi, kamu nggak mungkin seperti ini” jelas Farish namun Ve hanya tersenyum menanggapi ocehannya.

“Hey, kenapa kamu malah ternyum?”

“Kamu lucu. Kamu tau kalau Kinal adalah sahabat aku, nggak mungkinlah dia memberiku pengaruh buruk”

“Tapi, sayang. Dia berbeda dengan wanita lain. Dia bukan wanita normal” jelas Farish membuat Veranda terkejut, setan apa yang merasuki Farish hingga dia mampu memberi kesimpulan seperti itu.

“Sorot matanya. Lihat-lah. Seperti seorang lelaki yang menyukai lawan jenisnya” lanjut Farish yang sontak mendapat sambutan tamparan keras dari Veranda. Plak.

“Cukup...!!!” teriak Ve. Sementara Farish hanya mengelus-elus pipinya yang memerah akibat tamparan Ve tadi.

“Kalau kamu bilang Kinal bukan wanita normal, lantas wanita yang kamu pacari selama ini kamu sebut apa..?? Ha...!!!” Nada bicara Ve meninggi seiring dengan gejolak emosinya yang ikut meningkat.

“Maksud kamu apa, Ve?”

“Aku mencintai Kinal. Apa kamu akan mengejudge pacar kamu ini sebagai wanita yang nggak normal juga...?”

Gila. Kenapa kata-kata itu bisa terdengar oleh Farish. Bukan-kah ini aib yang seharusnya Veranda tutupi rapat-rapat?

“Nggak. Nggak mungkin. Kamu pasti bohong kan, sayang?” Tanya Farish masih belum bisa mempercayai apa yang di dengarnya itu suatu kebenaran.

“Maaf, Rish” hanya itu yang terucap dari bibir Veranda. Farish hanya diam dalam pikirannya. Bagaimana bisa dia kalah saing dengan wanita untuk mendapatkan cinta Veranda? Ini sangat di luar nalar.

“Aku ingin putus dari kamu” Cukup sampai detik ini Veranda memanfaatkannya. Farish sudah tau semuanya, Ve tidak bisa lagi berpura-pura menjadi pacarnya.

Arrrrggggghhhh. Mendengar hal itu, Farish tersulut emosinya. Dia merobohkan meja kecil di samping ranjang Veranda sehingga pot yang ada di atas meja itu terlempar dan pecah.
 
“Jika aku nggak bisa mendapatkanmu. Yang lain pun nggak layak untuk mendapatkanmu, Ve. Termasuk Kinal...!!” Emosi Farish benar-benar tak terkendali dan seperti mendapat bisikan ghoib Farish berusaha mencelakakan Veranda dengan mencekik leher Veranda.
 
“Mati kau, Veranda” Ucapnya dalam keadaan telah mendekatkan kedua tangannya pada leher Veranda.
 
"Farish..” Veranda kaget dengan apa yang Farish lakukan padanya. Ve mencoba untuk melindungi dirinya dengan memegangi kedua tangan Farish agar agak merenggang dari lehernya karena saat ini nafas Veranda mulai tersendat. Uhuk-uhuk.

“Astaga Veranda...!!” teriak Kinal tiba-tiba saat berada di muka ruang UKS dan hendak memasukinya, nyatanya dikejutkan adegan yang membuatnya terperanjat emosinya. Dengan gesit, Kinal menghampiri Farish. Menarik tubuh Farish dari belakang, berusaha menyingkirkannya. Lalu melayangkan sebuah pukulan sekuat tenaga tepat pada wajah Farish.
 
Bug. Farish terjatuh sembari memegang sudut bibirnya yang timbul bercak merahnya.
 
Arrggghh. Farish menyekanya.

“Jangan pernah lu bersikap konyol seperti tadi Rish..!! Sampai gue tau kejadian ini terjadi lagi, nggak segan-segan gue bunuh lu...!!!” Ancam Kinal. Farish mencoba untuk berdiri. Namun bukan untuk melawan Kinal. Farish sadar beladirinya tidak sejago Kinal. Itu akan sama saja dia mencelakakan dirinya sendiri.

“Gue nggak akan tinggal diam, Kinal. Gue nggak terima pacar gue lu rebut. Lu bermasalah dengan orang yang salah. Tunggu pembalasan gue...!!” Farish berbalik mengancam Kinal. Selanjutnya dia melangkahkan kaki keluar dari ruang UKS.

“Kamu nggak kenapa-kenapa kan, Ve?” Tanya Kinal pada Veranda, sembari memberikan pelukan hangat untuk menenangkannya.

“Aku takut, Nal” ujar Veranda sambil menangis dipelukan Kinal.

“Kamu nggak perlu takut, Ve. Sudah ada aku di sini”

“Farish, Nal. Dia orang yang nekat” Veranda mengingatkannya. Karena kejadian seperti ini bisa jadi terulang di kemudian hari.

“Aku yakin dia nggak akan berani macam-macam lagi sama kamu. Dia cuma cowok pengecut dan egois”

***
 
Malam harinya, rasa kantuk belum juga menyerang Kinal. Dia masih saja membolak-balikkan badannya ke kanan ke kiri di atas ranjangnya yang bertingkat. Yah, panti yang dihuni oleh Kinal dan Ve semua tempat tidurnya bertingkat. Termasuk kamar mereka. Kinal menghuni ranjang bagian atas, sedangkan Ve lebih suka memilih untuk mengambil posisi di ranjang bagian bawah.
.
.
“Pipimu memerah, Ve?” tanya Kinal khawatir pada Ve yang duduk di sebelahnya tepat di bangku taman belakang sekolah.

“Hey, kamu kenapa?” lagi Kinal bertanya karena Ve masih belum menjawabnya.

“Farish, Nal” jawab Ve singkat lalu membaringkan kepalanya di bahu Kinal. Jelas, terdengar isak tangis darinya.

“Sudahlah, Ve. Jangan menangisi dia lagi. Apa perlu aku kasih pelajaran ke dia agar dia nggak menyakitimu lagi?” Kali ini Kinal benar-benar geram. Ini bukan kali pertama, berkali-kali Ve diperlakukan seperti ini. Bentakan hingga tamparan hampir menjadi santapan Ve manakala bertemu Farish. Katanya cinta? Iyah, Farish memang sangat mencintai Ve sehingga kecemburuan mampu mengalahkan rasa cintanya. Lantas apa yang bisa Ve lakukan? Dia pasrah. Seperti saat ini, dia hanya bisa menangis lagi dan lagi di bahu Kinal. Lucunya dia selalu mencegah Kinal untuk berbuat nekat kepada Farish. Ve tidak ingin jika sahabat yang dicintainya bermasalah dengan Farish si cowok gila.

“Jangan, Nal. Ini juga salah aku. Harusnya aku bisa menjaga jarak dengan teman-teman cowok”
 
“Hmm..” Kinal hanya mengalunkan nafas panjang pertanda Kinal menyerah. Dia bosan terus menerus mendengar Ve menyalahkan dirinya. Sebenarnya apa yang dirasa olehnya? Apa dia tidak merasa tersakiti atas perlakuan Farish?
.
.
Arrrgggghhh. Kinal kesal mengacak rambut ketalnya mengingat kejadian beberapa waktu silam. Sepintas bayangan pagi tadi juga ikut meramaikan betapa penuhnya beban di otak Kinal. ‘Sumpah, pagi tadi Farish benar-benar nggak bisa aku maafkan. Kalau hanya bentakan pada Ve aku masih bisa menerima. Bahkan tamparan sekalipun saat Ve mencegah, aku masih bisa menahan diri. Tapi pagi ini, dia liar. Dia hampir saja membunuh Ve. Dan aku nggak terima’ Masih dalam posisi yang sama memandang langit-langit kamar, terlintas sebuah pertanyaan dalam benak Kinal ‘Ve, kamu melakukan kesalahan apa lagi sampai Farish tega melakukan itu padamu? Bukannya sejak pagi hanya aku yang bersamamu? Apa jangan-jangan Farish ...?’ Kinal tidak mau menerka-nerka sesuatu yang tidak pasti apalagi menakutkan untuknya kalau-kalau Farish mencemburui dia atau bahkan sudah bisa menarik kesimpulan kalau dirinya bukanlah wanita normal

“Ve...!!” panggil Kinal bermaksud menanyakan hal ini pada Ve.
Lama tak ada sahutan dari Ve. Mungkin dia sudah tertidur lelap. Kinal menegok ke bawah guna memastikannya. Benar dengan wajah teduhnya dia terlihat sedang menikmati alam mimpinya. Kinal berniat turun untuk melihat lebih dekat wajah itu.

Tap. Tap. Tap. satu persatu anak tangga yang menghubungkan ranjang atas dan bawah sukses dilaluinya tanpa suara. Kinal tidak ingin membangunkan bidadari yang sedang tertidur dengan pulasnya. Dia takut kalau sampai bidadari itu terjaga, dia akan segera meninggalkan tempat ini dan kembali ke asalnya, kahyangan...*narasi apa ini? *LOL

Kinal tersenyum melihat gaya tidur Veranda, sungguh diluar perkiraan wanita cantik seperti dia tapi sembrono saat tidur. Dengan hati-hati, Kinal menarik selimut Veranda, mencoba membenarkannya. Ve membalikkan badannya. Kinal terkejut. Kinal pikir Veranda akan terbangun. Nyatanya tidak. Dia hanya merubah posisi tidurnya agar terasa lebih nyaman.
 
“Kinal, I Love You” Igo Veranda membuat Kinal terkejut kala mendengarnya.

‘Apa aku nggak salah dengar Ve mengucapkan kata itu untukku?’ batin Kinal tak mempercayainya. Karena yang Kinal tau Veranda adalah wanita normal yang masih menyukai lawan jenis. Beda dengan dirinya. ‘Hah. Namanya juga mimpi, Nal. Pasti dia nggaksadar berucap seperti itu’ sambung hati kecilnya yang pro dengan ucapan batinnya. 
 
Kinal masih saja menikmati pemandangan teduh itu. Dibelainya lembut rambut Veranda, lalu mengecup keningnya sambil berbisik “Selamat tidur sayang, mimpi indah ya”. Kemudian kembali ke tempat asalnya, karena mata ini mulai berat pertanda ingin mengistirahatkan si empunya.

***
 
Pagi menjelang berganti shift dengan malam. Tandanya Ve dan Kinal akan kembali disibukkan oleh rutinitas keseharian mereka. Sekolah, sekolah dan sekolah. *Kenapa author menulis sekolah sampai tiga kali? Karena sekolah itu penting. Bukan sekedar belajar akan tetapi mencari berbagai pengalaman. Untuk Ve dan Kinal, mereka bisa sekolah sampai SMA sudah sangat luar biasa sekali. Beasiswa yang mereka dapatkan atas prestasi yang telah mereka raih tidak ingin mereka sia-siakan begitu saja.

Dan pagi ini, Ve dan Kinal terpaksa berangkat menggunakan angkutan kota ( angkot ) karena motor yang biasa mereka kendarai akan digunakan bunda ( sebutan mereka untuk si pemilik panti ) untuk menjenguk adik panti yang sudah sebulan ini diadopsi oleh pengusaha kaya.

Di dalam angkot mereka asyik dengan aktivitasnya masing-masing. Ve berkutik dengan sebuah buku catatannya karena hari ini kelas Ve akan ada ulangan harian, sedangkan Kinal asyik mendengar tiap alunan musik yang tersambung olehear phone yang menempel ditelinganya. Tiba-tiba Ve menutup bukunya lalu memasukkan ke dalam tas jinjingnya. Kinal meliriknya sekilas. Seketika, Kinal melepaskan ear phone sebelah kirinya lalu menempelkan ke telinga kiri Veranda. Kebetulan Veranda memang duduk di sebelah kanannya. 

“Dengerin deh ini lagu kesukaanmu” Perintah Kinal. Benar, Ini lagu favorite Ve, lagu yang benar-benar bisa membuat hati Ve terenyuh kala mendengar tiap lirik dari lagu itu. Ve menikmatinya lalu ia pun melagu, ‘Terima kasih untuk segalanya ingin sampaikan dari dalam hati sangat menyenangkan’ Ve menatap Kinal. Tatapannya menyiratkan ‘lagu ini buat kamu, Nal’ Mereka terjebak dalam tatapan saling pandang itu. Sampai suara Kinal membuyarkannya.

“Ve, yang semalam itu...?” Kinal menggantungkan kalimatnya. Ingin sekali menanyakan igoan semalam Veranda berharap kata-kata itu benar untuknya. Namun disisi lain Kinal menjadi tak enak untuk menanyakannya. Takut kalau Ve menyangkanya sebagai wanita yang tidak normal. Sebenarnya percuma Kinal menakutinya, karena jelas hal itu sudah Ve ketahui.

“Hmmm. Aku mengigo macam-macam yah?” Ve malah berbalik tanya dengan memasang wajah sok polos sebagai isyarat bahwa dia benar-benar lupa tentang igoannya semalam.

“Iya. Kamu lucu, haha”sahut Kinal dengan tawa kecilnya.

“Ih.. Kinal. Emang aku ngigo apaan??” dengan manjanya Veranda bertanya, dia benar-benar ingin tau.

“Ada deh...” Kinal semakin menggodanya.

“Kinal..!! nggak lucu tau...!! Aku gelitikin nih...!!” ujar Ve membalas godaan Kinal mengelitiki Kinal. Ve tau sahabatnya itu tidak tahan dengan gelitikan. Sehingga ini menjadi senjata pamungkas Ve untuk menyerang Kinal saat dia menjadi bahan candaan Kinal.

“Ampun...Ve...Ampun...Aku akan cerita” ujar Kinal menyerah.

“Haha. Semalam itu, kamu mengigo seperti orang yang sedang bercerita” Kinal terkekeh dalam karangan dustanya. Sementara Ve masih diam mendengarkan kelanjutan karangan Kinal.

“Kamu bercerita tentang seorang pangeran yang datang mencium seorang putri agar cepat terbangun  dari tidurnya yang sangat panjang” sambung Kinal kemudian.

“Masak iya aku mengigo seperti itu? Soalnya aku juga mimpi tentang pangeran yang mencium putri dalam tidurnya. Anehnya lagi, aku juga merasa ada seseorang yang mencium keningku semalam, Nal? Apa akan ada pangeran yang datang untukku nanti?” ujar Ve menanggapi dan Kinal terkejut seketika pikirannya melayang-layang. Kok bisa kebetulan sama? Antara cerita karangan Kinal, mimpi Ve dan apa yang Ve rasakan benar kalau keningnya dikecup oleh Kinal semalam.

“Kinal...!!!” teriak Ve menyadarkan Kinal untuk kembali ke alam sadarnya.

“Kamu mikirin apa? Aku cerita nggak ditanggepin” tanya Ve dengan nada sedikit manja. Kinal mulai memutar otak untuk mengalihkan pembicaraan mereka sebelumnya.

“Ah.. Nggak mikirin apa-apa kok, Ve. Aku jadi kepikiran Elaine saja”

“Elaine? Ah.. kamu seperti bunda saja. Saking kepikirannya bunda sampai rela menjenguknya. Gara-gara ini nih, kita jadi ngangkot. Huh” Kesal Veranda menggembungkan pipinya yang chubby.

“Bukan itu, Ve. Kamu pasti ingat, dulu kamu juga akan diadopsi oleh keluarga kaya raya tapi kamu malah nangis nggak mau. Padahal ya Ve, andai saja saat itu kamu mau, sekarang kamu berangkat sekolah mengunakan mobil pribadi, nggak ngangkot kayakgini”

“Percuma aku kaya kalau nggak ada kamu di sampingku. Bahagiaku ya kamu, Nal. Aku nyaman didekatmu”

Kode apaan ini? Ve dengan mantap bicara bahwa dia nyaman didekat Kinal. Dekat sebagai apa? Sebatas sahabat atau lebih? Ve sudah mengetahui bahwa Kinal mencintai dirinya, namun Ve belum bisa secara gamblang mengatakan kalau dia juga mencintai Kinal. Ve takut jika kejujurannya pada Kinal akan membawa petaka buruk untuk mereka. Mungkin Kinal bahagia karena cintanya terbalas. Tapi Ve tidak dapat memastikan bahwa dia akan dapat memiliki Kinal. Hujatan, makian dan cemooh akan mereka dapat jika memaksakan untuk saling memiliki. Balik lagi, Ve itu wanita, Kinal juga wanita. Sudah seyogyanya untuk mencintai lawan jenis.

To be Continued


Writer  : Hanifah Argubie
Twitter : @HanBie_48






Tidak ada komentar: