Rabu, 21 Januari 2015

TWINS ( Part 1 )





(Veranda, Shania & Kinal)

3 gadis kembar dari keluarga Himawan. Tumbuh bersama dengan pola pikir dan cara pandang hidup yg berbeda2.

***

Aku juga telah berharap
Namun aku tak ingin menjadi pengecut
Yang selalu berlari dan tak ingin kembali.

Jadi apa yang harus kulakukan?
Lewat cara yang sebisaku saja
Kumencoba meraihnya.

Mengapa aku harus terkulai secepat ini?
Sampai di sinikah pengharapanku?

***

"Ve...! Awaaasss!!".

Teriak Kinal dari tengah lapangan. Mulutnya terbuka lebar, kedua matanya melotot.

*Duuukk!!*
Bola basket yg dilemparnya terbang melenceng jauh dengan anggun, mendarat di kepala Ve yg tengah asik melamun di kursi pinggir lapangan.

"Aaahhhh!!".

Ve mengerang kesakitan memegangi kepalanya.
Cepat2 Kinal berlari menghampiri Ve. Melihat Kinal mendekat, Ve langsung beranjak dari kursi.

"Gue kan dah bilang awas...". Ujar Kinal cuek.

"Mana bisa sih gue ngindar secepat itu? Pikir dong!!".
"Sakit tau!!kalo gak bisa maen basket, gak usah sok2an lempar bola sembarangan!!".
Sungut Ve.

Kinal mendengus kesal, lalu mengambil bolanya yg teronggok di rerumputan.

"Siapa suruh ngelamun di pinggir lapangan? Jelas2 ada yg lagi maen basket!".

"Suka2 gue dong!!"
"Kalo sampe gue kenapa2, loe yg nanggung ya!!". Ancam Ve tak mau kalah.

"Yeee... segitunya?gak bakalan ngefek kali...tapi buat orang yg dah bebal sih". Sindir Kinal.

Ve menggertakkan gigi. Rasa jengkelnya dah di ubun2, pengen rasanya menjedudi kepala Kinal tepat dijidat lebarnya itu.

"Udah ya, gue mau mandi. Gak tahan".
Dengan entengnya Kinal berlalu menuju kos2an, tanpa minta maaf dan meninggalkan sang bidadari yg sudah mengeluarkan dua tanduk di kepalanya.

Bau tak sedap tercium saat Kinal melewatinya.

"Iiih, baunya amit2. Kayak bau orang gak mandi setahun". Gerutu Ve yg masih meringis memegangi kepalanya.

"Duuh, bola tadi kan kotor? Berarti semua kotorannya pindah ke rambut gue dong" Ve bergidik ngeri.

Akhirnya Ve cepat2 lari masuk kamar dan berniat keramas lagi. Padahal baruu aja dia keramas, dapat dilihat rambutnya belum kering seluruhnya.
**
Saat Kinal baru akan masuk ke pintu kamar mandi, tiba-tiba....

"Eitt, gue duluan yg mandi". Serobot Ve.
Lansung aja Kinal mendorongnya.

"Woy, siapa duluan, dia dapat!". Kinal membela diri karena dia yakin, dirinyalah yg masuk duluan.

"Nal, lihat nih.. rambut gue kotor kan gara2 bola loe! Awas, gue duluan".
Saat Ve akan masuk, dari belakang Kinal menarik bajunya.

"Emang gue peduli? Sana loe cari kamar mandi lain!". Usir Kinal.

"Suka2 gue dong, mau mandi dimana!". Ketus Ve.

Hadeeeh, adu mulut lagi2 terulang. Ini bukan suatu hal yg aneh.
Shania, gadis pendiam yg tinggal satu kamar dengan Ve, langsung muncul mendengar pertengkaran sodara2nya.

"Diem! Diem semua! Sampe kapan sih loe berdua begini terus?. Kalo gini caranya bisa2 kita bertiga bakal diusir dari kos ini!". Sentak Shania menengahi.

Spontan Ve dan Kinal terdiam. Memang, hanya Shania yg bisa menghentikan adu mulut mereka. Bukan bu Dwi, ibu kos yg terkenal galak itu.

Ve dan Kinal memandang sekeliling, ternyata banyak anak2 kos lain yg merhatiin pertengkaran mereka sedari tadi, terutama sang ibu kos dan akhirnya tak segan2 VeNal langsung dapat semburan pedas dari bu Dwi karena telah menggangu tidur siangnya. Untuk kesekian kalinya, mereka dapat peringatan dalam setahun ini saat di kos.
**
Sebenarnya keluarga Himawan termasuk orang terpandang, namun mereka(VeShaNal) disuruh untuk ngekos supaya mereka menjadi gadis2 yg mandiri.

Di kos2an yg bernama kos Nurmala itu, tidak nampak seperti kos2an pada umumnya. Karena memang itu rumah biasa dengan 2 lantai. Lantai bawah terisi oleh ruang tamu, ruang tv, ruang makan, dapur, dua kamar mandi dan 4 kamar. Sedang lantai atas terdapat ruang kerja, kamar bu Dwi dan kamar anak pertamanya. Masing2 kamar sudah ada kamar mandinya. Anak pertama bu Dwi ini cowok, namanya Bara dan anak keduanya bernama Dhike, yg memilih sekamar dengan Kinal.

Anak yg ngekos disini baru terisi 6 orang termasuk Dhike jika dihitung. Satu kamar dihuni oleh dua orang, jadi masih sisa satu kamar kosong. Mau?
Di depas kos tersebut ada taman yg dihiasi bunga2, tak jauh dari sana terlihat lapangan luas yg bisa digunakan untuk berbagai macam cabang olah raga seperti basket, sepak bola, volly dll.
**

Si sulung, Jessica Veranda Tanumihardja alias Ve. Gadis cantik, feminin, centil, dan tukang dandan. Hobinya gonta-ganti pacar. Tiap habis putus, udah ada aja antrian panjang yg siap menggatikan pacar kilatnya.
Si tengah, Shania Junianatha. Gadis pendiam, pemalu, dan tertutup. Bagi Shania belajar urusan nomor satu.
Si bungsu, Devi Kinal Putri. Kesan pertama saat lihat gadis ini adalah tomboy.
Kalau berdiri sejajar mereka kembar*anggap aja gitu*.
Tapi kalo dicermati lebih dalam sudah pasti dapat menebak siapa saja nama2 mereka. Karena penampilan mereka yg sangat jelas berbeda.
**

Setelah bu Dwi puas lihatin VeNal*eh. Memarahi mereka maksudnya.
Kinal langsung lari menuju kamarnya. Di dalam kamar itu terdapat dua bed yg dipisahkan oleh lemari. Ada meja belajar dan cermin di sudut ruangan.

"Dimarahin ma nyokap gue lagi ya Nal?". Kinal melirik sahabatnya itu yg duduk di tempat tidurnya.
"Suaranya kedengeran sampe sini". Ujar Dhike, gadis manis dengan sorot matanya yg tajam dan *ah.

Kinal menghela nafas, lalu duduk di tempat tidurnya.
"Yah, kayak biasa lah". Balasnya enteng.

"Loe gak bosen apa, dimarahin terus?".

"Ya bosen lah, bosen banget!!".

"Kalo gitu damai dong sama Ve, masa sih sama kembaran sendiri gak bisa akur?".

"Tau ah!!". Kinal langsung membenamkan wajahnya dengan bantal dan tertidur.

Sementara itu, di sebelah kamar Kinal dan Dhike.

"Kenapa sih, loe berantem mulu! Gak capek apa?".
"Kapan kalian akurnya?".
Shania berjalan mondar-mandir sambil mikir, dan Ve hanya menatap diri di depan cermin sambil selfie*loh?

Shania mengerutkan dahi.
"Ve, denger gak sih?".

Ve membalikkan badan seraya bersuara.
"Ah, Kinalnya aja tuh yg suka nyari ribut".
"Tadi aja kepala gue sakit, habis kena bola basket sial*an itu". Keluh Ve.
"Terus pas mau mandi buat keramas lagi si Kinal maen serobot aja!!"(yg ini dusta).

"Sudahlah gak penting siapa yg benar/salah, gue cuma ingin kalian berdamai". Tegas Shania yg langsung buka buku pelajaran matematika. Pikirannya kacau memikirkan gimana sodara kembarnya bisa akur, jalan satu2nya agar tidak stress ya dengan belajar. Gak salah??

***

VeShaNal berjalan memasuki gedung sekolah mereka, SMA 48. Sekolah itu seperti sekolah2 pada umumnya, ada ruang kelas, ruang guru, TU, UKS, perpustakaan, kantin dll.

Tiap mereka jalan bersama sontak semua perhatian dan pasang mata tertuju ke arah mereka yg membawakan unit song Tenshi No Shippo versi bongsor. Apaan ini?lanjut!.

Penampilan Ve yg paling menonjol, rambut panjangnya digerai, wajahnya dipoles make up, pergelangan tangan kanannya dihiasi gelang lucu warna pink, tas selempang berwarna senada dipasangi gantungan boneka babi, rok abu2nya 10cm diatas lutut dan kaos kakinya sampai menutupi betis dengan sepatu warna pink juga.
Shania nampak sederhana, gak neko2, di tangannya tak pernah lepas dari buku.
Sedang Kinal, berantakan. Cukup.

Mereka bertiga memasuki kelas yg sama yaitu XI. 4.

"Bara, oh Bara...". Ve tiba2 bersuara sambil melihat ke luar jendela. Dipegangnya kedua pipi dan matanya berbinar2 terpesona. Shania dan Kinal saling pandang, lalu ikut melihat ke luar jendela, walau mereka tau siapa ya ada disana.

Bara, anak pertama ibu kos yg skarang kelas XII. 2. Cowok itu tinggi, badannya tegap, kulit bersih dengan rambut rapi tampak kalem dan carming. Tapi sayang, Ve tak pernah mendapat perhatian dari Bara.

Shania dan Kinal mengapit Ve yg pandangan matanya masih fokus ke arah coeok itu yg telah menjauh.

"Gue heran, dah setahun ini loe cerita ke gue dan Shania kalo loe suka sama Bara, padahal dari dulu perasaan loe gonta-ganti cowok mulu deh?". Protes Kinal.

"Emang...".
"Eh, tapi sebenarnya dari dulu cinta sejati gue cuma Bara kok". Jawab Ve nyengir.

"Kenapa loe gak mikirin pelajaran aja sih?".
"Menghafal, menghitung rumus, ngerjain soal2 di buku cetak misalnya...". Ujar Shania dengan lugunya.

"Hahahaa...Shania...Shania, kan ada loe yg pintar, ngapain susah2 belajar?biasanya juga gue nyontek loe". Jawab Ve cuek.

Shania mendesah pelan.
"Tapi Ve, gue rasa loe perlu berubah deh, loe gak bisa terus2an ngandelin gue".
"Nanti cita2 loe gimana?".
Nasehat Shania yg langsung dapat sanggahan dari Ve.
"Cita-cita gue itu ya Bara".

"Bener tuh, kata Shania. Mending loe belajar jangan mikirin cowok yg dah jelas gak akan suka ma loe". Ungkap Kinal tegas.

"Apa maksud loe". Ve mengernyitkan dahi.

"Masa gak ngerti2 juga sih!!".
"Gini ya Ve, mana mungkin cowok kayak Bara bisa suka sama cewek bawel, pemarah, centil, manja, agresif, sok cantik, egois, dan sukanya gonta-ganti cowok". Sindir Kinal pedas.

Ekspresi Ve langsung marah, wajahnya merah padam mendengar penuturan Kinal yg nyablak.

"Hey, gue gak sejelek itu!!".
"Dari pada loe?"
"Ngaca dong!!".
"Wajah sama penampilan sama2 gak jelas!!". Balas Ve tak mau kalah.
Secara tak langsung, Ve menghina dirinya sendiri...kan disini ceritanya wajah mereka kembar. Betul tidak?

"Hey...hey...kalian apa2an sih!! Gak di kos, gak di sekolah kerjaanya ribut mulu". Cepat2 Shania melerainya.
Sesaat suasana hening.

"Hay sayang...kamu disini ternyata, ayo kita makan di kantin". Ujar cowok dari balik pintu kelas. Dia Eza cowok barunya Ve. Wajah Eza seperti bule karena dia blasteran belanda, arab, jerman, india dan jawa*eh.

"Yuk".
Ve langsung meninggalkan kedua sodara kembarnya itu dalam kondisi melongo.

"Jadi sekarang tuh anak sama Eza? Bukanya kemarin dia baru putus dari Ryan? Ck..ck..bener2 dahsyat si badai, semua cowok disini di babat".
Kinal dan Shania hanya bisa geleng2 kepala.

***

Ve terlihat menggaruk kepalanya beberapa kali, bukan karena kutuan loh ya, tapi karena Ve gak bisa ngerjain kertas lembar soal di depannya. Duduknya sangat tidak tenang, matanya lirak-lirik, tengak-tengok dan Ve menoleh ke belakang tempat si bungsu berada.

Gadis tomboy itu sedang asik menulis jawaban soal yg nampak susah2 gampang. Ve melirik kertas jawaban itu, tapi buru2 Kinal menutup lembar jawabannya dengan kertas soal.

"Huuuft...tega banget sih loe!!". Dengus Ve dengan suara tertahan.

"Biarin!" Salah sendiri gak belajar". Balas Kinal tersenyum sinis.

Ve tak putus akal dalam kesalnya, dia langsung mencari sosok kembaran satunya lagi yg berada di depan sebelah kanan tempat duduknya.

"Sssttt....Shan, Shania". Panggil Ve pelan. Sesekali melihat guru matematika untuk memastikan kewaspadaan.

Shania samar2 menoleh mendengar namanya di panggil.
"Apa?". Jawab Shania tanpa suara.

"Nomor satu dong..". Bisik Ve dengan wajah memelas.

Shania manyun. Jam pelajaran sudah hampir habis, tapi si cantik belum ngerjain soal satupun. Shania bingung dan gusar, karena jawaban nomor satu begitu panjang.

"X+2Y = bla...bla...bla...bla....". Shania menerangkan jawabannya seperti kereta api.

"Ck...aduh satu2 dong Shan".

"Oke.... jadi...bla...bla...bla...".

"Shania!! Veranda!!"

Mereka berdua kaget, begitu bu Lisa guru matematika itu membentak dengan suara lantang.
Shania benar2 kaku, keringat dinginnya keluar. Baru kali ini dirinya di tegur seperti itu saat ujian.
Sedang Ve, dia hanya nyengir.
To be continued

Writer  : Dwi Nurmala

Tidak ada komentar: