( Part sebelumnya... Ve terbukti membawa rokok di dalam tasnya. Tapi Ve
tak pernah merasa bahwa itu miliknya. Dan Bara tiba2 sumpringah setelah
berbicara lewat telpon dengan gadis bernama Melody ).
**
Siapa tak ingin menjadi baru
Aku pun ingin menjadi baru
Yang dapat menggapai titik maksimal kekuatan diri
Menjadi baru menjadi lebih berarti
Menjelma menjadi sosok berharga
Yang tau bagaimana harus memilih dan berdiri sendiri
**
Hari berikutnya...
VeShaNal, mereka baru saja memasuki kelas.
"Heh Ve! Maksudnya apa nih?!!". Bentak Frieska yg menunjukkan layar Hpnya ke arah Ve.
Ve bingung, pagi2 dah di sambut oleh suara keras Frieska, teman sebangkunya Shania. Lalu Ve mengambil Hp itu, Kinal dan Shania ikut2an membaca.
From: Veranda
"Frieska! Loe tau gak, selama ini sebenarnya gue gak suka sama loe! Dari dulu gue dah nyimpen sebongkah kekesalan sama loe! Gaya loe tuh sok banget, gak enak dilihat, nyebelin dan terlalu PD, padahal cakep juga gak!!!".
VeShaNal kaget, saat mereka sama2 membaca tulisan itu.
"Eh, Ve! Emangnya gue pernah ngapain loe sih. Segitu bencinya loe sama gue!!". Frieska mendorong bahu Ve.
"Gue tau loe emang paling cantik di sekolah ini, tapi...".
"Fries, sumpah bukan gue yg ngirim SMS itu!". Potong Ve.
"Masa loe gak percaya sama gue?". Suara Ve mulai bergetar.
"Gak! Gue gak percaya sama loe!!". Frieska mendorong bahu Ve keras, hampir saja Ve terjatuh... namun Kinal memegangi tubuhnya.
"Fries dengerin dulu, itu SMS emang dari nomor Hp gue, tapi bukan gue yg ngirim. Loe harus percaya, please.....".
Ve mengiba dengan mata mulai berkaca2.
"Lah, terus?!!". Frieska melotot.
"Gu.. gue, gak tau". Lirih Ve menundukkan kepalanya.
"Aaaarrrrggh!!"
**
Siapa tak ingin menjadi baru
Aku pun ingin menjadi baru
Yang dapat menggapai titik maksimal kekuatan diri
Menjadi baru menjadi lebih berarti
Menjelma menjadi sosok berharga
Yang tau bagaimana harus memilih dan berdiri sendiri
**
Hari berikutnya...
VeShaNal, mereka baru saja memasuki kelas.
"Heh Ve! Maksudnya apa nih?!!". Bentak Frieska yg menunjukkan layar Hpnya ke arah Ve.
Ve bingung, pagi2 dah di sambut oleh suara keras Frieska, teman sebangkunya Shania. Lalu Ve mengambil Hp itu, Kinal dan Shania ikut2an membaca.
From: Veranda
"Frieska! Loe tau gak, selama ini sebenarnya gue gak suka sama loe! Dari dulu gue dah nyimpen sebongkah kekesalan sama loe! Gaya loe tuh sok banget, gak enak dilihat, nyebelin dan terlalu PD, padahal cakep juga gak!!!".
VeShaNal kaget, saat mereka sama2 membaca tulisan itu.
"Eh, Ve! Emangnya gue pernah ngapain loe sih. Segitu bencinya loe sama gue!!". Frieska mendorong bahu Ve.
"Gue tau loe emang paling cantik di sekolah ini, tapi...".
"Fries, sumpah bukan gue yg ngirim SMS itu!". Potong Ve.
"Masa loe gak percaya sama gue?". Suara Ve mulai bergetar.
"Gak! Gue gak percaya sama loe!!". Frieska mendorong bahu Ve keras, hampir saja Ve terjatuh... namun Kinal memegangi tubuhnya.
"Fries dengerin dulu, itu SMS emang dari nomor Hp gue, tapi bukan gue yg ngirim. Loe harus percaya, please.....".
Ve mengiba dengan mata mulai berkaca2.
"Lah, terus?!!". Frieska melotot.
"Gu.. gue, gak tau". Lirih Ve menundukkan kepalanya.
"Aaaarrrrggh!!"
"Udah Ve, jangan di ambil hati. Anggap aja itu cuma angin lalu". Hibur Shania merangkul bahu Ve.
"Shan, loe percaya kan bukan gue yg ngelakuin". Ucap Ve menahan sakit di hatinya.
"Iya Ve, gue percaya". Tenang Shania.
Tapi, Kinal memandang tajam ke arah kembaran yg super badai itu.
"Loe, loe sekarang aneh Ve!!".
"Kemaren loe ketahuan bawa rokok di tas loe, dan sekarang loe ngejelek2in Frieka lewat SMS. Kenapa sih loe!!". Geram Kinal.
"Nal, loe masih gak percaya juga?!".
"Loe tau gue kan? Mana mungkin sih gue ngelakuin hal itu!!". Suara Ve mulai meninggi, ia tak terima di sudutkan seperti ini.
"Oh ya?! Terus, siapa dong? Emang siapa sih yg pernah pinjem Hp loe!!".
"Gue tau, loe tuh pelit pulsa!!". Sinis Kinal.
"Kin....naaal, loe....".
Ve tak sanggup membendung air mata yg sedari tadi ia tahan.
Sementara itu, seseorang sedang tertawa dalam hati melihat kejadian itu.
**
Beberapa hari ini, Ve tak bisa menangkap semua pelajaran yg diterangkan oleh guru2nya. Sejak kejadian aneh yg di alami akhir2 ini membuat Ve tertekan. Hampir semua murid di sekolah mulai menjauhinya dan mengejudge berbagai macam kata2 yg tak patut di dengar.
Ve benar2 tak nyaman dengan keadaan seperti ini. Ve mengingat2 kembali siapa orang yg dengan teganya berbuat seperti itu. Tapi kembali, Ve di buat pusing karena tak sanggup untuk memecahkan persoalan yg sedang di hadapinya.
**
Sepulang sekolah sebelum kembali ke kos. Dhike mengajak Kinal untuk menemaninya ke toko buku Gramedia yg terletak di dalam mall.
Shania, pulang bareng Boby.
Sedang Ve? Entahlah.
Begitu memasuki toko buku itu, Dhike langsung berlari2 kecil menuju bagian tumpukan buku2 'NOVEL' dan mulai sibuk melihat2. Kinal hanya mengikutinya dari belakang.
"Loe suka baca novel, Key?". Tanya Kinal yg nampak tak tertarik.
"Iya dong". Balas Dhike tanpa menoleh.
Dhike masih fokus melihat novel2 itu, rasanya seperti ingin memborong semuanya. Dhike mulai mengambil novel2 itu lalu membaca sinopsis di belakangnya. Di lihat satu per satu, begitu seterusnya.
"Ternyata loe kayak si Shania, suka banget baca novel". Koment Kinal.
"Terus, kalo dia suka. Kok loe gak?".
"Yee.. emang harus gitu?! Meski kembar bukan berarti semuanya sama dong! Lagian gue seneng bisa berbeda dari mereka, hahaa..". Ujar Kinal bangga.
"Huuft, ngapain sih suka baca novel?". Keluh Kinal yg lama2 kebosanan. Dhike tak menanggapi.
"Yaelah, hmmm gue heran deh. Ngapain coba baca novel yg tulisannya kecil2 gitu? Gak ada gambarnya lagi!". Sewot Kinal.
"Terus duduk berjam2 buat baca hasil karya dan delusi orang,ck!?". Komentar Kinal meremehkan.
Dhike langsung menyikut perut Kinal.
"Loe salah besar Nal! Uh, tau gini harusnya gue ngajak Shania aja! Kan asik tuh, bisa milih2 novel bareng..". Gerutu Dhike.
"Iya deh... iyaaa".
"Emang loe nyari novel apa sih?".
"Novel yg bagus lah".
"Iya tau... tapi apaan? Yg gimana tsundere cantiiiik....?!
"Heee... gue mau nyari novel yg beda, yg ada pesan moralnya, banyak kejutan2nya, banyak tokohnya, karakter peran yg kuat, dan yg berlatar belakang gadis2 remaja". Jelas Dhike semangat.
"Widiiiih... banyak amat tuh syarat??".
"Duh, cepetan deh Key, gue laper nih!".
"Iya, iya.. sabar deh Nal!".
Setelah 1 jam kemudian, akhirnya Dhike menemukan sebuah novel yg di rasa cocok dengan kriterianya.
"Nah, ini nih ketemu!!". Girang Dhike. Namun beda dengan Kinal, wajahnya kusut karena menahan lapar.
"Eh Nal, loe pasti juga suka deh! Judulnya 'Jejak Awan Pesawat' bagus kan..?".
Kinal menghela nafas panjang, bukan karena mendengar judul novel itu, tapi karena penderitaannya akan segera berakhir.
Dhike dan Kinal kini berada di food court dekat toko buku yg baru saja mereka masuki.
Terlihat Kinal dengan lahapnya, memakan nasi goreng special. Mulutnya benar2 penuh. Sedang Dhike, kwetiau di depannya belum tersentuh olehnya.
"Ehm.. Nal?".
"Hmmm".
"Eh, gak jadi deh".
"Kenapa Key? Loe gak suka sama makanannya? Sini gue habisin".
"Yee enak aja!!". Cegah Dhike.
"Heheee... sebenarnya loe mau ngomong apa?! Cepet deh!!". Desak Kinal tak sabar.
"Ehmm Nal, sebelumnya gue minta maaf ya...".
"Ini.... soal abang gue".
"Hmmm...". Balas Kinal sambil curi pandang ke arah kwetiau karena nasgor Kinal dah habis, tapi dia masih kelaparan.ck!.
"Iiih Nal, dengerin dulu!!". Keluh Dhike.
"Iya iyaaa... apa?".
"Ehm, Nal semalam gue nanya langsung sama kak Bara, dia naksir Ve atau gak?!".
"Teruuus!!". Tanya Kinal mulai serius.
"Kata kak Bara, dia sama sekali gak naksir Ve".
"Haaah, bagus deh!". Balas Kinal santai.
"Ve yg centil itu emang gak pantes sama abang loe yg keren". Sahutnya.
"Setujuuuu! oh ya Nal. Kata kak Bara, ternyata dia selama ini naksir sama teman sekelasnya, namanya Melody".
"Tapi gue belum pernah lihat orangnya sih?".
"Hmmm kalo denger dari namanya, pasti tuh cewek cantik, putih, rambut panjang dan gak kecentilan deh!". Terka Kinal.
"Eh tapi Key, kenapa loe nanyain itu ke Bara??".
"Emm gue, gue sebenarnya takut Nal, kalo sampe kak Bara naksir sama Ve".
"Gue takut nanti abang gue cuma di permainkan seperti semua mantan2nya Ve yg di sekolah.
"Terlebih dari masalah itu, akhir2 ini Ve benar2 aneh".
"Dia ketahuan bawa rokok di kelas dan tiba2 menjelek2an si Frieska".
"Gue takut itu membawa pengaruh buruk buat abang gue Nal". Jelas Dhike panjang lebar.
"Oh ya Nal, maaf ya kalo gue ngomong kayak gini? Gue gak bermaksud ngejelekin kembaran loe". Ucap Dhike yg kemudian menundukkan kepalanya dan ternyata kwetiau miliknya sudah habis di embat Kinal.
"Aaahhh...Kinal
**
Hari berganti hari.
VeNal yg biasanya selalu bikin onar, kini terlihat berbeda.
Ve, gadis cantik itu sekarang menjadi pendiam dan murung. Kinal juga, itu karena gak ada yg mengajak dia ribut.
"Ve, kamu kenapa nak?". Tanya bu Dwi memecah keheningan saat di meja makan.
Ruang makan itu tampak sunyi, padahal semua penghuni menempati kursi masing2. Semua hanya saling pandang dalam diam.
"Gak papa kok bu". Balas Ve lemas.
"Hmm kalo gitu di makan dulu makanannya. Kasihan Ghaida dan Via, mereka dah capek2 masakin buat kita semua". Jelas bu Dwi.
Ghaida dan Via adalah penghuni kos yg menempati kamar di sebelah kamarnya Kinal. Mereka satu sekolah, tapi beda sekolah dengan VeShaNal.
Akhirnya makan malam itu terlewati dengan suasana hening tanpa suara.
Di kamar pun Ve masih terdiam, dia mengurung diri di balik selimut. Sedang Shania, kembali meraih barang pribadinya*buku
**
Di sekolah, Ve masih berusaha meyakinkan Frieska. Bahwa SMS itu bukan dirinya yg ngirim. Namun, Frieska tetap tak mempercayainya.
Ve tau karakter Frieska, gadis itu sensitif dan mudah tersinggung saat di kritik. Apa lagi ini? Jelas2 bukan kritikan tapi hinaan. Jadi kesalahan Ve benar2 tak termaafkan.
**
"Maaf ya bu, orang tua kami belum sempat transfer uang. Jadi, kalo tidak ada halangan. Uang kos bulan ini sekalian bayar bulan depannya ya bu..". Ucap Kinal sopan pada ibu kosnya itu.
Kinal benar2 merasa tak enak, menunggak uang pembayaran kos. Biasanya ortu mereka tak pernah telat untuk menstrafer uang. Entahlah.
"Hmm ya sudah tidak apa2". "oh ya gimana keadaan kembaranmu itu. Kenapa kalian terlihat berbeda? Biasanya kan kalian selalu ribut".
"Ah, ibu bisa aja".
"Bukankah itu lebih baik ya bu?"
"Jadi kan gak ada yg bikin kesel atau gangguin ibu lagi..hee". Cengir Kinal.
"Ya sudah bu, saya permisi dulu ya".
"Maaf dan terimakasih atas kebijakan ibu".
Pamit Kinal dengan senyuman, kemudian keluar dari ruang kerja bu Dwi dan turun menuju ke anak tangga.
Kinal berpapasan dengan Ve di ruang tengah. Mata Ve membelalak maksimal. Cepat2 Ve menghampiri Kinal.
"Loe habis dari atas?! Ngapain!!!". Tanya Ve curiga.
"Menurut loe!!". Balas Kinal ketus.
"Loe pasti ke kamar Bara kan!!".
Ve mencurigai Kinal, Ve yakin. Kinal sering ngobrol sama Bara. Soalnya waktu dulu pas pertama kali Ve ngobrol dengan Bara yg di panggilnya adalah Kinal.
"Loe ngapain aja dari kamar Bara, hah!!".
*Plakk*
"Auuuhh!!". Ve meringis memegangi pipi chubby yg memerah itu.
Tamparan itu benar2 keras. Kinal juga kaget, kenapa dia reflek ngelakuin itu. Tak sedikitpun Kinal berfikiran untuk minta maaf.
"Rasain!!".
Justru kata2 itu yg keluar dari bibir seksinya.
"Nal....loe....
"Tega ya loe, apa pernah sih selama kita ribut gue nampar loe?! Gak kan!!". Bentak Ve yg masih memegangi pipinya.
"Salah sendiri, loe nanyain yg gak2!!".
"Cuma gara2 cinta mati sama Bara loe nuduh gue macam2".
"Loe mau tau!!"
"Gue barusan dari atas cuma buat ketemu bu Dwi, bulan ini kita belum bisa bayar kos!!".
"Tapi gak perlu nampar juga kan!!". Ve masih tak mau kalah.
"Habisnya omongan loe tuh...dah keterlaluan!!".
Kinal makin meninggikan suaranya. Ve tak mampu berkata apa2 lagi. Bidadari itu menangis.
"Loh, loe kok nangis?!! Yg ketangkep bawa rokok dan ngejelek2in temen kok nangis!!". Lagi, sindir Kinal dengan kejamnya mengungkit masalah yg belum pasti kebenarannya.
Hati Ve benar2 hancur. Dia tak menyangka, sodara kembarnya begitu membenci dan tak mempercayainya.
"Ma...maaf".
Kata itu yg keluar dari bibir mungil Ve. Mendengar itu, entah mengapa hati Kinal serasa sakit dan perih. Ada kesedihan yg begitu mendalam di rasakan olehnya.
"Ehemm". Suara deheman memecah kecanggungan di antara VeNal yg masih terdiam.
Bu Dwi, dia berdiri di anak tangga. Entah sejak kapan. Tatapannya penuh tanda tanya. VeNal takut, jika semua yg di bahas tadi ketahuan oleh ibu kos.
Ve tak hanya takut, tapi syok saat melihat sosok yg berada di sebelah bu Dwi. Bara, memandang Ve dengan tatapan penuh kecurigaan.
To be continued
Tidak ada komentar:
Posting Komentar