Jam menunjukkan waktu untuk memulai pelajaran sekolah. Tapi, di hari
pertama setelah MOS kemarin. Hujan menyerang bumi tanpa tanda2 yg past,
karena sang mentari masih menutup diri.
Gadis dengan rambut seleher, memakai seragam putih abu-abu. Tubuhnya gagah(?) Tapi dia.......kedinginan. Brrr!
Gadis dengan rambut seleher, memakai seragam putih abu-abu. Tubuhnya gagah(?) Tapi dia.......kedinginan. Brrr!
Duduk, berteduh di bawah naungan halte. Memeluk erat tas ransel yg di
pangkunya. Hujan begitu bergemuruh, petirpun tak segan2 untuk berteriak
memekakkan gendang telinga.
Di halte itu, sepi. Sangat sepi. Namun dia tak sendirian. Di sebelahnya ada sosok, seorang gadis manis yg rambutnya pun hampir sama. Bedanya tubuh gadis itu lebih pendek dan terkesan, dingin.
*grrrrkk*
Bunyi gemeretak gigi yg saling menghentak, terdengar jelas. Wajah gadis yg duduk memeluk ransel itu begitu pucat.
*jeddarrrr!!*
"Aaaaarrrggghh! !". Jeritannya tak dapat ia tahan lagi. Sambil terpejam, di tutupnya kedua telinga dengan tangannya, erat.
Namun, gadis di sebelahnya hanya cuek. Dia lagi ngemil kacang(?). Sekilas, ia merasa terusik akan jeritan di sebelahnya. Tapi mulutnya masih asik mengunyah dan tetap melanjutkan sisa cemilannya. Setelah habis, bungkusnya langsung di buang, sembarangan.
"Eh, loe ngapain sih? Dari tadi merem2 sambil teriak2 gak jelas". Ucapnya melirik sinis.
"Oey!!". Di tepuknya tubuh gadis sebelahnya yg nampak jelas bergetar.
Perlahan, kelopak mata gadis itu membuka. Menoleh ke arah orang yg menepuk pundaknya.
"Ha..hai..ma..m aaf". Dengan masih gemetaran, gadis tadi bersuara.
"Gu..gue, ta..takut, hujan pet..petir!". Lanjutnya, dengan gagap.
"Ma..af, nam..nama gue, Kin..Kinal, loe?!". Dalam ketakutannya itu, masih sempat2nya untuk mengenalkan diri.
"Dhike!". Sambil membalas uluran tangan Kinal yg pucat, basah.
"Eh-eh, tuh busnya dah datang, ayo!!". Tanpa di duga, tangan Kinal langsung di tarik oleh Dhike menuju bus.
Hujan kini mulai bersahabat. Namun, cuaca masih nampak gelap. Meski waktu menunjukkan pukul 07.10 WIB.
"Apaaa!!!".
"Ih, apaan sih, loe teriak2 mulu!". Sungut Dhike yg duduk di sebelah Kinal.
"Ah, Dhike-Dhike...i ni
udah jam tujuh lewat, aaaah telatt!!". Heboh Kinal. Namun Dhike malah
terlihat acuh dan santai sambil mengunyah permen karet. Ck!
"Loh....kok? Ini kan bukan jalan ke arah sekolah?!". Panik Kinal saat melihat jalanan dari kaca jendela bus itu.
"Pak..mmmphh!!" .
Hampir saja Kinal ingin berteriak menghentikan laju bus yg di
tumpanginya. Tapi, dengan sigap. Tangan Dhike membekap mulut itu.
"Sssst, diem!!". Tatapan Dhike sangat tajam. Di tatap seperti itu, Kinal tak berkutik. Setelah tenang, tangan Dhike baru di lepaskan.
"Hah!hah!...". Kinal menarik nafas, tersengal.
"Kok...?". Heran, Kinal.
"Percuma ke Sekolah!". Potong Dhike, seolah tahu pertanyaan apa yg akan di lontarkan Kinal.
"Ini dah jam tujuh lewat, dan perjalanan menuju ke SMA Gesrek masih setengah jam lagi. Lagian bus ini memang bukan ke arah sekolah, loe". Jelasnya enteng.
"Ah, kok loe tahu sekolah gue?!".
"Tuh". Dhike menunjuk bet nama sekolah di seragamnya Kinal.
"Oh?". Nyengir, Kinal.
"Emm kalo loe sekolah dimana, Key?". Basa-basinya.
"Gue di SMA Bodor".
"Hah?! Itu kan, arahnya bukan kesini?". Heran Kinal, lagi.
Dhike tak menjawab, hanya menyunggingkan senyum tipis. Sedang Kinal pasrah dan menyenderkan punggungnya.
"Terus, kita mau kemana. Key?".
@@@
Tahun berganti, sekarang Kinal berada di kelas XI. Di SMA Gesrek, Kinal menjadi ketua genk yg di takuti seantero sekolah. Bahkan para guru2 pun kewalahan untuk menghentikan kejahilan2 yg di lakukan 'Kinal the genk'.
.
.
"Haloooo kak Ve?!". Kinal tiba2 duduk di sebelah kakak kelasnya itu.
Ve, gadis itu selalu memakai kaca mata bulat tebal dan tak lepas dari buku pelajaran di genggamannya. Meskipun terlihat culun, tapi tak mengurangi paras cantiknya. Ve duduk sendirian di bangku taman sekolah. Sebelum 'Kinal the genk' mulai menjalankan aksinya........
"Wow! Apa nih?!". Kinal merebut buku Ve, kasar.
"Ki..Kinal, please...baliki n
buku aku, aku mau belajar". Ve memelas dan terlihat ketakutan. Dia
melihat di sekitarnya, teman2 yg lain hanya memandang ke arah meteka,
tanpa bisa betbuat apa2.
"Guys, tangkap!!". Kinal melempar buku itu ke arah Jeje, teman se-genknya.
"Hahaaa... ayo kak Ve, sini ambil...". Jeje sengangaja mengibas2kan buku itu di depan muka Ve. Saat akan meraihnya, tiba2....
"Tangkap!!". Kini giliran Shania yg mengambil alih.
Begitulah, Ve selalu menjadi bulan2an Kinal. Dan masih banyak lagi siswi lain yg terkena imbasnya. Rutinitas itu, bullyan, dan tindakan2 lainnya yg mengganggu hampir semua siswi2 di sana adalah hal yg biasa.
'Kuroi Tenshi' adalah sebutan mereka. Seolah tak pernah puas untuk membuat onar. Mereka tak pernah jera meskipun sudah beberapa kali kena peringatan dan hukuman dari para guru.
***
.
.
*Duagh! Plakk! Bruukk!*
"Aaarrrgggh! Sialaaan!! Beraninya keroyokan!! Dasar b*nci!!!".
Perkelahian yg benar2 tak seimbang. 3 pria kekar melawan seorang gadis, Di sudut sebuah gang buntu, senja hari. Tapi gadis itu tak pantang menyerah, meskipun terdapat luka memar di sudut bibir dan tulang pipinya.
*Braaakkk!!*
Keras, gadis itu terlempar membentur tiang listrik di sisi jalan. Kondisinya sangat memprihatinkan.
"Uhuk!!". Dari mulutnya keluar darah segar. Pandangan matanya sayu.
"Heh! Jadi cewek jangan belagu, loe!! Masih sekolah dah bikin masalah!!". Salah satu pria itu mencengkram erat, kerah baju si gadis.
"Cuih, siapa sih loh?! Gue gak kenal kalian!!". Dalam kondisi babak belur, gadis itu masih memberontak dalam teriakan. Tapi, fisiknya sudah tak punya daya untuk melawan.
"Hahahaaaa". Teriakan ketiga pria itu, memuakkan.
"Heh!! Loe kenal gadis yg pake kaca mata? Yg sering loe kerjain di sekolah, hah!!". Bentak pria itu, masih mencengkram kerahnya.
"Ve...". Lirih gadis itu, tampak ragu.
"Iya!! Dia adalah pacar bos kami, kalo loe masih macam2 dengannya. Itu berarti loe berurusan dengan si bos!!hahahaaa". Ancam pria itu dengan seringai tawanya.
Ternyata orang2 itu adalah preman2 suruhan pacarnya Ve. Dan gadis itu terlihat sangat kesal, setelah mengetahui tindakan licik yg di lakukan oleh seorang pria, benar2 b*nci!! Umpatnya dalam hati.
"Hah!! Sialan!! Si bos hanya nyuruh kita buat ngasih pelajaran ma loe!! Kalo gak, loe pasti sudah kita....".
Mata2 itu menunjukkan mata yg mengisyaratkan arti lain, mata penuh nafsu, menjijikan.
"Ayo, kita cabut!! Tugas kita sudah selesai!!". Dengan kasar, pria itu langsung menghempaskan tubuh gadis yg sudah tak berdaya.
.
.
"Aaah...". Pekik gadis yg terbaring di ruangan yg asing. Pandangan yg tadinya gelap, kini mulai terlihat.
"Aduuuh...sssst t". Ringisan itu terdengar begitu ngilu(?). Karena luka di sudut bibirnya, bersentuhan dengan kain hangat basah.
Yups, gadis yg terbaring dengan luka di hampir sekujur tubuhnya adalah Kinal. Waktu pulang sekolah, dia di cegat oleh pria tak di kenal yg menyeretnya ke jalanan yg sepi dan buntu.
Sempat terjadi perkelahian, karena Kinal sedikit bisa ilmu bela diri. Tapi, bagaimanapun seorang gadis. Dia tetap kalah melawan 3 orang yg berperawakan dan berbadan lebih besar darinya. Setelah dia pingsan dari insident itu, kini ia berada di sebuah kamar. Dan itu bukan kamarnya.
"Loe lagi". Enteng, gadis itu berucap sambil mengobati luka Kinal.
"Dhike...?!". Kaget Kinal, saat mengamati dengan jelas siapa gadis yg telah menolongnya.
Ada kerinduan mendalam yg tersirat di raut wajah mereka. Setahun berlalu, setelah menjalin hubungan pertemanan, singkat. Kini, mereka di pertemukan kembali untuk yg kedua kalinya.
"Tadi pas gue mo mampir ke rumah sodara, gue nemuin loe tergeletak dengan muka ancur gitu. Loe habis di gebukin massa? Maling apa loe?!". Ada nada gurauan di raut Dhike yg nampak cuek.
"Ahahaaaaa, aduuuuh!!!". Kinal terbahak, tapi langsung meringis karena merasakan nyeri di perut dan di sudut bibirnya.
"Gue habis di keroyok sama preman suruhan!". Tampak raut serius Kinal. Dhike menegang, tapi hanya sesaat.
"Ck!! Ternyata ada yg gak suka dengan ulah gue, ciih!! Beraninya main belakang, lagi! Sialaaan!!". Geram Kinal. Tangannya mengepal, lalu mengarahkan pandangannya ke Dhike yg sedari tadi hanya diam.
"Key, loe gak kaget? Kenapa sekarang gue seperti ini?!". Heran. Yah, selalu Kinal heran dengan sikap Dhike. Dan Dhike hanya menunjukkan senyum khasnya, senyum tipis.
"Gue tau loe kok". Santai Dhike. Mata Kinal melotot.
*tok tok tok*
Pintu kamar terbuka, muncul gadis manis yg lumayan tak asing bagi Kinal. Membawakan minuman dan bubur.
"Hai Kak, Kinal". Sapanya ragu2.
"Elaine? Loe...".
"Iya, dia adik sepupu gue dan adik kelas loe". Potong Dhike.
"Elaine banyak cerita ke gue, kalo ada kakak kelasnya yg selalu bikin onar. Dan itu loe".
Mereka bertiga kini terdiam, hening.
"Loe tahu? Kenapa gue berubah jadi cewek si pembuat onar?!". Suara Kinal memecah keheningan.
Dhike dan Elaine sama2 mengerutkan alis.
"Itu karena loe, Key!!". Kinal menatap Dhike, tajam.
Dhike terdiam.
"Loe ingat? Dulu, gue malu banget ada orang lain yg tahu kelemahan gue. Dan semenjak kita ketemu waktu itu, loe bawa gue ke danau". Mata Kinal menerawang, mengingat masa lalunya.
"Gue kira, loe orang yg acuh. Tsundere. Tapi gue salah. Loe orang yg sangat perhatian. Loe ngasih tau gue cara melawan rasa takut. Saat itu, gue bener2 semangat. Loe seperti memberi kekuatan di hidup gue. Tapi.... kenapa loe tiba2 menghilang?!". Kinal tak bisa menyembunyikan kemarahan dan kecewanya.
Dhike menunduk mendengar curhatannya Kinal. Tak berani menatap mata Kinal yg sedang menatapnya.
"Gue nyari loe kemana2". Lanjut Kinal.
"Tiap berangkat, gue nyempetin ke halte itu. Pulang sekolah gue juga ke danau tempat kita dulu. Tapi kenapa? Loe menghilang tanpa kabar! Tanpa ucapan!". Lagi, Dhike hanya terdiam mencerna keluhan Kinal.
"Gue bener2 marah, Key, gue kesel sama loe!! Loe yg numbuhin sikap keberanian gue, tapi loe gak ngasih tau gimana cara sikap berani yg benar!!". Emosi Kinal masih menggebu2, tak di pedulikan rasa sakit yg mendera tubuhnya. Karena rasa sakit di hatinya lebih dominan(?).
"Ahahaaa, gue jadi semena2 sekarang!". Tawa Kinal terdengar memilukan.
"Karena sikap berani gue. Gue selalu menindas mereka yg lemah!!". Dalam pengakuannya, air mata itu mengalir deras.
Dhike tak sanggup berdiam diri melihat dan mendengar itu semua. Kini mereka, Dhike dan Kinal berpelukan. Erat.
"Maafin gue, Nal. Maaf". Suara Dhike bergetar. Sedang Elaine terharu dan ikut menangis di pojokan(?).
********
"Dah lama ya, kita gak ke danau ini". Dhike mengawali percakapan setelah mereka berdua hening hampir setengah jam. Tenggelam dalam pikiran dan kenangan masing2.
"Kenapa loe gak ngasih tahu gue, Key?". Kinal menoleh ke arah kiri, menatap Dhike yg duduk memeluk lutut.
Berdua, mereka duduk di tepian danau. Rumput pagi yg basah karena embun, tak menyurutkan mereka untuk mendudukinya.
"Maaf Nal, gue pindah karena gue lebih milih nyokap gue saat ortu bercerai. Waktu itu, gue sebenarnya nungguin loe di danau ini, untuk salam perpisahan. Tapi loe gak datang2. Nyokap dah nyuruh gue cepet2, karena keberangkatan gue ke Palembang tinggal setengah jam lagi. Akhirnya, gue gak bisa nunggu loe lebih lama lagi". Dhike menatap lurus ke depan, menatap hamparan air danau yg tak beriak. Tenang.
Dalam hati, Kinal merutuki diri sendiri. Karena waktu itu, dia ketiduran di kelas sampe sore menjelang. Mereka terdiam, kembali.
.
*
.
"Dah sore nih, balik yuk". Lagi, Dhike mengawali obrolan.
Mereka berdua berbaring di atas rerumputan, pinggir danau. Kedua nafas mereka naik turun tak beraturan. Keringat juga menghiasi wajah cantik masing2 yg melepas lelah sambil memandang langit yg sama. Seharian ini mereka menghabiskan waktu bersama, bermain bersama dan berbagi cerita2 tentang pengalaman mereka selama setahun terakhir.
"Besok, kita kesini lagi kan?". Antusias Kinal dengan senyum yg mengembang.
Lama, Kinal tak mendengar respon dari Dhike. Setelah menghela nafas panjang, Dhike beranjak dari tidurnya dan duduk bersila.
"Key?". Panggil Kinal karena merasa ada sesuatu yg mengganjal.
"Loe, gak akan ninggalin gue lagi kan?!". Ucap Kinal takut, dalam keraguan. Dan Dhike hanya terdiam menunduk.
"Ah, shitt!!!". Kinal langsung berdiri dan memandang danau yg terhampar luas dalam kesunyian.
"Loe mau kabur lagi, iya!!!". Geram Kinal. Lalu mengambil batu kecil dan melemparnya ke arah danau.
"Key, jawab!!!". Kinal menghampiri Dhike yg masih duduk dan mengguncang kedua bahunya. Tapi Dhike hanya terdiam, mengisyaratkan kalo omongan Kinal benar.
"Please Key, di sekolah gue dah berubah! Gue gak buat onar lagi! Gue lakuin itu demi loe! Loe sendiri kan yg bilang?! Kalo kelakuan gue selama ini gak baik dan harus berubah!!". Kinal mengambil nafas dalam emosinya.
"Tapi apa? Kenapa? Setelah gue dah lakuin semua itu. Loe maen kabur aja, iya!!". Teriak Kinal, frustasi.
.
.
Senja itu, akhir dari pertemuan mereka. Tapi, sebelum mereka benar2 berpisah. Dhike menghadiahkan Kinal gelang persahabatan berinisial "DK" dan sebuah ucapan.....
"Nal, gue pengen. Loe jadi diri loe sendiri. Loe gak boleh bergantung sama gue. Semua tindakan loe, baik/buruk akan nerdampak pada diri loe sendiri. Kalo loe masih bergantung sama gue atau siapapun. Loe gak akan berkembang. Loe gak akan bisa tahu tindakan loe itu sudah benar atau belum. Please.... Nal, loe harus bisa! Loe pasti bisa!! Maaf, dah bikin loe jadi seperti ini. Dan terima kasih banyak, loe mau nganggep gue temen". Dhike menangis, Kinal baru pertama kali melihat seorang tsundere menangis.
Kinal langsung memeluk Dhike, erat. Sangat erat.
"Key, terima kasih buat semuanya. My best friens, Tsundere!!".
*********
(END)
Eh, belum.....heeee ee, peace!!! Lanjut!
Hujan di pagi itu, di sertai dengan badai. Terdengar suara2 petir yg saling menyambar. Membuat Kinal merasakan kembali apa yg dinamakan dengan 'ketakutan'. Tapi kali ini, dia bersusah payah menahan rasa itu. Meskipun wajahnya pucat dan tangannya gemetaran. Kinal berusaha tak memperlihatkan ketakutannya di depan teman2 sekelasnya.
Yah, Kinal pagi ini sudah berada di dalam kelas. Semenjak pertemuan terakhir bersama Dhike tahun lalu, Kinal sekarang berada di kelas XII. Kinal berubah menjadi sosok yg pendiam, teman2nya tak berani menanyakan apa yg terjadi. Karena walaupun Kinal sudah menjadi lebih baik. Mereka tetap tak berani dengannya.
Di bangku pojok kiri paling belakang, Kinal menyembunyikan ketakutannya dengan memasang aerphone di kedua telinganya. Dia membuka buku di depan mukanya yg sama sekali tak di baca. Jantung Kinal berdegup kencang, dalam diam ia berdoa agar hujan badai itu segera berakhir.
*Teet!!!*
Semua siswi berhamburan masuk kelas. Dan menduduki bangku mereka masing2. Di dalam kelas, yg duduk sendirian hanyalah Kinal.
Bu Melody, guru muda yg cantik itu memasuki kelas bersama dengan seorang gadis yg tak kalah cantiknya. Dia adalah siswi baru, perkenalan di depan kelas pun sudah di lakukan. Kinal sama sekali tak memperhatikan.
"Hai, boleh duduk di sini?". Sapa suara lembut yg berdiri di samping Kinal.
Tapi tak ada respon, karena ternyata sedari tadi Kinal tertidur sambil menutupi mukanya dengan buku. Gadis itu hanya tersenyum dan langsung duduk di sebelahnya.
*jeddaaarrrr!*
Suara petir itu mengalahkan suara musik yg sedang mengalun di kedua telinganya. Sontak Kinal terbangun. Saat merasa ada sosok yg duduk di sebelahnya, Kinal menoleh dan mengerjapkan mata. Tanpa aling2 Kinal langsung berteriak keras.
"Dhikeeeeee!!!! ".
"BYE"
Di halte itu, sepi. Sangat sepi. Namun dia tak sendirian. Di sebelahnya ada sosok, seorang gadis manis yg rambutnya pun hampir sama. Bedanya tubuh gadis itu lebih pendek dan terkesan, dingin.
*grrrrkk*
Bunyi gemeretak gigi yg saling menghentak, terdengar jelas. Wajah gadis yg duduk memeluk ransel itu begitu pucat.
*jeddarrrr!!*
"Aaaaarrrggghh!
Namun, gadis di sebelahnya hanya cuek. Dia lagi ngemil kacang(?). Sekilas, ia merasa terusik akan jeritan di sebelahnya. Tapi mulutnya masih asik mengunyah dan tetap melanjutkan sisa cemilannya. Setelah habis, bungkusnya langsung di buang, sembarangan.
"Eh, loe ngapain sih? Dari tadi merem2 sambil teriak2 gak jelas". Ucapnya melirik sinis.
"Oey!!". Di tepuknya tubuh gadis sebelahnya yg nampak jelas bergetar.
Perlahan, kelopak mata gadis itu membuka. Menoleh ke arah orang yg menepuk pundaknya.
"Ha..hai..ma..m
"Gu..gue, ta..takut, hujan pet..petir!". Lanjutnya, dengan gagap.
"Ma..af, nam..nama gue, Kin..Kinal, loe?!". Dalam ketakutannya itu, masih sempat2nya untuk mengenalkan diri.
"Dhike!". Sambil membalas uluran tangan Kinal yg pucat, basah.
"Eh-eh, tuh busnya dah datang, ayo!!". Tanpa di duga, tangan Kinal langsung di tarik oleh Dhike menuju bus.
Hujan kini mulai bersahabat. Namun, cuaca masih nampak gelap. Meski waktu menunjukkan pukul 07.10 WIB.
"Apaaa!!!".
"Ih, apaan sih, loe teriak2 mulu!". Sungut Dhike yg duduk di sebelah Kinal.
"Ah, Dhike-Dhike...i
"Loh....kok? Ini kan bukan jalan ke arah sekolah?!". Panik Kinal saat melihat jalanan dari kaca jendela bus itu.
"Pak..mmmphh!!"
"Sssst, diem!!". Tatapan Dhike sangat tajam. Di tatap seperti itu, Kinal tak berkutik. Setelah tenang, tangan Dhike baru di lepaskan.
"Hah!hah!...". Kinal menarik nafas, tersengal.
"Kok...?". Heran, Kinal.
"Percuma ke Sekolah!". Potong Dhike, seolah tahu pertanyaan apa yg akan di lontarkan Kinal.
"Ini dah jam tujuh lewat, dan perjalanan menuju ke SMA Gesrek masih setengah jam lagi. Lagian bus ini memang bukan ke arah sekolah, loe". Jelasnya enteng.
"Ah, kok loe tahu sekolah gue?!".
"Tuh". Dhike menunjuk bet nama sekolah di seragamnya Kinal.
"Oh?". Nyengir, Kinal.
"Emm kalo loe sekolah dimana, Key?". Basa-basinya.
"Gue di SMA Bodor".
"Hah?! Itu kan, arahnya bukan kesini?". Heran Kinal, lagi.
Dhike tak menjawab, hanya menyunggingkan senyum tipis. Sedang Kinal pasrah dan menyenderkan punggungnya.
"Terus, kita mau kemana. Key?".
@@@
Tahun berganti, sekarang Kinal berada di kelas XI. Di SMA Gesrek, Kinal menjadi ketua genk yg di takuti seantero sekolah. Bahkan para guru2 pun kewalahan untuk menghentikan kejahilan2 yg di lakukan 'Kinal the genk'.
.
.
"Haloooo kak Ve?!". Kinal tiba2 duduk di sebelah kakak kelasnya itu.
Ve, gadis itu selalu memakai kaca mata bulat tebal dan tak lepas dari buku pelajaran di genggamannya. Meskipun terlihat culun, tapi tak mengurangi paras cantiknya. Ve duduk sendirian di bangku taman sekolah. Sebelum 'Kinal the genk' mulai menjalankan aksinya........
"Wow! Apa nih?!". Kinal merebut buku Ve, kasar.
"Ki..Kinal, please...baliki
"Guys, tangkap!!". Kinal melempar buku itu ke arah Jeje, teman se-genknya.
"Hahaaa... ayo kak Ve, sini ambil...". Jeje sengangaja mengibas2kan buku itu di depan muka Ve. Saat akan meraihnya, tiba2....
"Tangkap!!". Kini giliran Shania yg mengambil alih.
Begitulah, Ve selalu menjadi bulan2an Kinal. Dan masih banyak lagi siswi lain yg terkena imbasnya. Rutinitas itu, bullyan, dan tindakan2 lainnya yg mengganggu hampir semua siswi2 di sana adalah hal yg biasa.
'Kuroi Tenshi' adalah sebutan mereka. Seolah tak pernah puas untuk membuat onar. Mereka tak pernah jera meskipun sudah beberapa kali kena peringatan dan hukuman dari para guru.
***
.
.
*Duagh! Plakk! Bruukk!*
"Aaarrrgggh! Sialaaan!! Beraninya keroyokan!! Dasar b*nci!!!".
Perkelahian yg benar2 tak seimbang. 3 pria kekar melawan seorang gadis, Di sudut sebuah gang buntu, senja hari. Tapi gadis itu tak pantang menyerah, meskipun terdapat luka memar di sudut bibir dan tulang pipinya.
*Braaakkk!!*
Keras, gadis itu terlempar membentur tiang listrik di sisi jalan. Kondisinya sangat memprihatinkan.
"Uhuk!!". Dari mulutnya keluar darah segar. Pandangan matanya sayu.
"Heh! Jadi cewek jangan belagu, loe!! Masih sekolah dah bikin masalah!!". Salah satu pria itu mencengkram erat, kerah baju si gadis.
"Cuih, siapa sih loh?! Gue gak kenal kalian!!". Dalam kondisi babak belur, gadis itu masih memberontak dalam teriakan. Tapi, fisiknya sudah tak punya daya untuk melawan.
"Hahahaaaa". Teriakan ketiga pria itu, memuakkan.
"Heh!! Loe kenal gadis yg pake kaca mata? Yg sering loe kerjain di sekolah, hah!!". Bentak pria itu, masih mencengkram kerahnya.
"Ve...". Lirih gadis itu, tampak ragu.
"Iya!! Dia adalah pacar bos kami, kalo loe masih macam2 dengannya. Itu berarti loe berurusan dengan si bos!!hahahaaa".
Ternyata orang2 itu adalah preman2 suruhan pacarnya Ve. Dan gadis itu terlihat sangat kesal, setelah mengetahui tindakan licik yg di lakukan oleh seorang pria, benar2 b*nci!! Umpatnya dalam hati.
"Hah!! Sialan!! Si bos hanya nyuruh kita buat ngasih pelajaran ma loe!! Kalo gak, loe pasti sudah kita....".
Mata2 itu menunjukkan mata yg mengisyaratkan arti lain, mata penuh nafsu, menjijikan.
"Ayo, kita cabut!! Tugas kita sudah selesai!!". Dengan kasar, pria itu langsung menghempaskan tubuh gadis yg sudah tak berdaya.
.
.
"Aaah...". Pekik gadis yg terbaring di ruangan yg asing. Pandangan yg tadinya gelap, kini mulai terlihat.
"Aduuuh...sssst
Yups, gadis yg terbaring dengan luka di hampir sekujur tubuhnya adalah Kinal. Waktu pulang sekolah, dia di cegat oleh pria tak di kenal yg menyeretnya ke jalanan yg sepi dan buntu.
Sempat terjadi perkelahian, karena Kinal sedikit bisa ilmu bela diri. Tapi, bagaimanapun seorang gadis. Dia tetap kalah melawan 3 orang yg berperawakan dan berbadan lebih besar darinya. Setelah dia pingsan dari insident itu, kini ia berada di sebuah kamar. Dan itu bukan kamarnya.
"Loe lagi". Enteng, gadis itu berucap sambil mengobati luka Kinal.
"Dhike...?!". Kaget Kinal, saat mengamati dengan jelas siapa gadis yg telah menolongnya.
Ada kerinduan mendalam yg tersirat di raut wajah mereka. Setahun berlalu, setelah menjalin hubungan pertemanan, singkat. Kini, mereka di pertemukan kembali untuk yg kedua kalinya.
"Tadi pas gue mo mampir ke rumah sodara, gue nemuin loe tergeletak dengan muka ancur gitu. Loe habis di gebukin massa? Maling apa loe?!". Ada nada gurauan di raut Dhike yg nampak cuek.
"Ahahaaaaa, aduuuuh!!!". Kinal terbahak, tapi langsung meringis karena merasakan nyeri di perut dan di sudut bibirnya.
"Gue habis di keroyok sama preman suruhan!". Tampak raut serius Kinal. Dhike menegang, tapi hanya sesaat.
"Ck!! Ternyata ada yg gak suka dengan ulah gue, ciih!! Beraninya main belakang, lagi! Sialaaan!!". Geram Kinal. Tangannya mengepal, lalu mengarahkan pandangannya ke Dhike yg sedari tadi hanya diam.
"Key, loe gak kaget? Kenapa sekarang gue seperti ini?!". Heran. Yah, selalu Kinal heran dengan sikap Dhike. Dan Dhike hanya menunjukkan senyum khasnya, senyum tipis.
"Gue tau loe kok". Santai Dhike. Mata Kinal melotot.
*tok tok tok*
Pintu kamar terbuka, muncul gadis manis yg lumayan tak asing bagi Kinal. Membawakan minuman dan bubur.
"Hai Kak, Kinal". Sapanya ragu2.
"Elaine? Loe...".
"Iya, dia adik sepupu gue dan adik kelas loe". Potong Dhike.
"Elaine banyak cerita ke gue, kalo ada kakak kelasnya yg selalu bikin onar. Dan itu loe".
Mereka bertiga kini terdiam, hening.
"Loe tahu? Kenapa gue berubah jadi cewek si pembuat onar?!". Suara Kinal memecah keheningan.
Dhike dan Elaine sama2 mengerutkan alis.
"Itu karena loe, Key!!". Kinal menatap Dhike, tajam.
Dhike terdiam.
"Loe ingat? Dulu, gue malu banget ada orang lain yg tahu kelemahan gue. Dan semenjak kita ketemu waktu itu, loe bawa gue ke danau". Mata Kinal menerawang, mengingat masa lalunya.
"Gue kira, loe orang yg acuh. Tsundere. Tapi gue salah. Loe orang yg sangat perhatian. Loe ngasih tau gue cara melawan rasa takut. Saat itu, gue bener2 semangat. Loe seperti memberi kekuatan di hidup gue. Tapi.... kenapa loe tiba2 menghilang?!". Kinal tak bisa menyembunyikan kemarahan dan kecewanya.
Dhike menunduk mendengar curhatannya Kinal. Tak berani menatap mata Kinal yg sedang menatapnya.
"Gue nyari loe kemana2". Lanjut Kinal.
"Tiap berangkat, gue nyempetin ke halte itu. Pulang sekolah gue juga ke danau tempat kita dulu. Tapi kenapa? Loe menghilang tanpa kabar! Tanpa ucapan!". Lagi, Dhike hanya terdiam mencerna keluhan Kinal.
"Gue bener2 marah, Key, gue kesel sama loe!! Loe yg numbuhin sikap keberanian gue, tapi loe gak ngasih tau gimana cara sikap berani yg benar!!". Emosi Kinal masih menggebu2, tak di pedulikan rasa sakit yg mendera tubuhnya. Karena rasa sakit di hatinya lebih dominan(?).
"Ahahaaa, gue jadi semena2 sekarang!". Tawa Kinal terdengar memilukan.
"Karena sikap berani gue. Gue selalu menindas mereka yg lemah!!". Dalam pengakuannya, air mata itu mengalir deras.
Dhike tak sanggup berdiam diri melihat dan mendengar itu semua. Kini mereka, Dhike dan Kinal berpelukan. Erat.
"Maafin gue, Nal. Maaf". Suara Dhike bergetar. Sedang Elaine terharu dan ikut menangis di pojokan(?).
********
"Dah lama ya, kita gak ke danau ini". Dhike mengawali percakapan setelah mereka berdua hening hampir setengah jam. Tenggelam dalam pikiran dan kenangan masing2.
"Kenapa loe gak ngasih tahu gue, Key?". Kinal menoleh ke arah kiri, menatap Dhike yg duduk memeluk lutut.
Berdua, mereka duduk di tepian danau. Rumput pagi yg basah karena embun, tak menyurutkan mereka untuk mendudukinya.
"Maaf Nal, gue pindah karena gue lebih milih nyokap gue saat ortu bercerai. Waktu itu, gue sebenarnya nungguin loe di danau ini, untuk salam perpisahan. Tapi loe gak datang2. Nyokap dah nyuruh gue cepet2, karena keberangkatan gue ke Palembang tinggal setengah jam lagi. Akhirnya, gue gak bisa nunggu loe lebih lama lagi". Dhike menatap lurus ke depan, menatap hamparan air danau yg tak beriak. Tenang.
Dalam hati, Kinal merutuki diri sendiri. Karena waktu itu, dia ketiduran di kelas sampe sore menjelang. Mereka terdiam, kembali.
.
*
.
"Dah sore nih, balik yuk". Lagi, Dhike mengawali obrolan.
Mereka berdua berbaring di atas rerumputan, pinggir danau. Kedua nafas mereka naik turun tak beraturan. Keringat juga menghiasi wajah cantik masing2 yg melepas lelah sambil memandang langit yg sama. Seharian ini mereka menghabiskan waktu bersama, bermain bersama dan berbagi cerita2 tentang pengalaman mereka selama setahun terakhir.
"Besok, kita kesini lagi kan?". Antusias Kinal dengan senyum yg mengembang.
Lama, Kinal tak mendengar respon dari Dhike. Setelah menghela nafas panjang, Dhike beranjak dari tidurnya dan duduk bersila.
"Key?". Panggil Kinal karena merasa ada sesuatu yg mengganjal.
"Loe, gak akan ninggalin gue lagi kan?!". Ucap Kinal takut, dalam keraguan. Dan Dhike hanya terdiam menunduk.
"Ah, shitt!!!". Kinal langsung berdiri dan memandang danau yg terhampar luas dalam kesunyian.
"Loe mau kabur lagi, iya!!!". Geram Kinal. Lalu mengambil batu kecil dan melemparnya ke arah danau.
"Key, jawab!!!". Kinal menghampiri Dhike yg masih duduk dan mengguncang kedua bahunya. Tapi Dhike hanya terdiam, mengisyaratkan kalo omongan Kinal benar.
"Please Key, di sekolah gue dah berubah! Gue gak buat onar lagi! Gue lakuin itu demi loe! Loe sendiri kan yg bilang?! Kalo kelakuan gue selama ini gak baik dan harus berubah!!". Kinal mengambil nafas dalam emosinya.
"Tapi apa? Kenapa? Setelah gue dah lakuin semua itu. Loe maen kabur aja, iya!!". Teriak Kinal, frustasi.
.
.
Senja itu, akhir dari pertemuan mereka. Tapi, sebelum mereka benar2 berpisah. Dhike menghadiahkan Kinal gelang persahabatan berinisial "DK" dan sebuah ucapan.....
"Nal, gue pengen. Loe jadi diri loe sendiri. Loe gak boleh bergantung sama gue. Semua tindakan loe, baik/buruk akan nerdampak pada diri loe sendiri. Kalo loe masih bergantung sama gue atau siapapun. Loe gak akan berkembang. Loe gak akan bisa tahu tindakan loe itu sudah benar atau belum. Please.... Nal, loe harus bisa! Loe pasti bisa!! Maaf, dah bikin loe jadi seperti ini. Dan terima kasih banyak, loe mau nganggep gue temen". Dhike menangis, Kinal baru pertama kali melihat seorang tsundere menangis.
Kinal langsung memeluk Dhike, erat. Sangat erat.
"Key, terima kasih buat semuanya. My best friens, Tsundere!!".
*********
(END)
Eh, belum.....heeee
Hujan di pagi itu, di sertai dengan badai. Terdengar suara2 petir yg saling menyambar. Membuat Kinal merasakan kembali apa yg dinamakan dengan 'ketakutan'. Tapi kali ini, dia bersusah payah menahan rasa itu. Meskipun wajahnya pucat dan tangannya gemetaran. Kinal berusaha tak memperlihatkan ketakutannya di depan teman2 sekelasnya.
Yah, Kinal pagi ini sudah berada di dalam kelas. Semenjak pertemuan terakhir bersama Dhike tahun lalu, Kinal sekarang berada di kelas XII. Kinal berubah menjadi sosok yg pendiam, teman2nya tak berani menanyakan apa yg terjadi. Karena walaupun Kinal sudah menjadi lebih baik. Mereka tetap tak berani dengannya.
Di bangku pojok kiri paling belakang, Kinal menyembunyikan ketakutannya dengan memasang aerphone di kedua telinganya. Dia membuka buku di depan mukanya yg sama sekali tak di baca. Jantung Kinal berdegup kencang, dalam diam ia berdoa agar hujan badai itu segera berakhir.
*Teet!!!*
Semua siswi berhamburan masuk kelas. Dan menduduki bangku mereka masing2. Di dalam kelas, yg duduk sendirian hanyalah Kinal.
Bu Melody, guru muda yg cantik itu memasuki kelas bersama dengan seorang gadis yg tak kalah cantiknya. Dia adalah siswi baru, perkenalan di depan kelas pun sudah di lakukan. Kinal sama sekali tak memperhatikan.
"Hai, boleh duduk di sini?". Sapa suara lembut yg berdiri di samping Kinal.
Tapi tak ada respon, karena ternyata sedari tadi Kinal tertidur sambil menutupi mukanya dengan buku. Gadis itu hanya tersenyum dan langsung duduk di sebelahnya.
*jeddaaarrrr!*
Suara petir itu mengalahkan suara musik yg sedang mengalun di kedua telinganya. Sontak Kinal terbangun. Saat merasa ada sosok yg duduk di sebelahnya, Kinal menoleh dan mengerjapkan mata. Tanpa aling2 Kinal langsung berteriak keras.
"Dhikeeeeee!!!!
"BYE"
-The End-
Tidak ada komentar:
Posting Komentar