( Part sebelumnya.... Ve tak menyangka, akhirnya dia bisa ngobrol dengan
cowok idamannya, walau insiden awal yg mendasari. Sedang Shania.... dia
mulai merasa ada rasa.....yg tak biasa terhadap saudara kembar yg
terlihat 'lebih' dibanding dirinya ).
***
Tuhan, aku yakin tau
Rasanya sakit hati
Kenyataan yang menyakitkan
Membuat mata tak ingin ku buka
Nyatanya dunia tidak adil
Jika tak pernah dihargai
Hidup tak ada artinya lagi
Jika telah mengerti sakit hati
Mengapa aku bertahan seperti ini?
Rasanya sakit hati
Kenyataan yang menyakitkan
Membuat mata tak ingin ku buka
Nyatanya dunia tidak adil
Jika tak pernah dihargai
Hidup tak ada artinya lagi
Jika telah mengerti sakit hati
Mengapa aku bertahan seperti ini?
***
Pulang sekolah kali ini, pikiran Shania masih dibayangi tentang Ve yg
selalu 'lebih' darinya. Shania nampak tak bersemangat, wajah cantiknya
agak pucat. VeNal dan Dhike bingung melihat kondisi Shania yg lain dari
biasanya.
"Shania, loe kenapa? Sakit?!". Tanya Ve cemas.
Namun Shania hanya diam dan geleng kepala.
"Tapi wajah loe pucat Shan?".
Kinal dan Dhike saling pandang. Kini bus tuyul langganan mereka sudah nangkring di halte bus.
"Emm gue, gue gak jadi pulang bareng kalian. Gue pulang sama Boby aja ya...".
Ucap Shania saat mereka bersiap akan menaiki bus.
"Beneran nih, loe gak papa?!
"Hmm yaudah kita duluan ya.... hati2". Ujar Ve yg langsung naek ke pintu bus diikuti oleh Kinal dan Dhike.
**
"Ayo anak2... semuanya berdiri!!".
Bu intan, guru piket hari ini yg tiba2 masuk kelas XI. 4 tanpa permisi.
Saat ini masih berlangsung pelajaran kimia. Sontak para murid kaget,
saling pandang, ada yg heboh, panik, pucat dan ada juga yg biasa2 aja.
"Ayo! Cepat semua berdiri!! Dan ingat, jangan sampe ada barang2 yg disembunyikan!"
Namun, para murid masih syok dan beberapa di antara mereka belum semuanya berdiri. Bu Intan masih menatap tajam ke arah murid2 itu.
Bu Hani, guru kimia itu kini mulai bersuara.
"Ayo anak2, kalian semua berdiri ya..tak apa, tidak usah takut. Ini hanya pemeriksaan biasa". Ujarnya lembut.
Perlahan para murid mulai berdiri semua, walau masih ada beberapa yg terlihat panik.
Bu Intan kini berjalan dan mulai memeriksa tas semua murid.
Saat buka isi tas Shania, yg terlihat hanya buku2 modul, panduan buku pintar dan buku2 lainnya. Isi tas Dhike tak jauh berbeda. Dan hampir semua isi tas para murid standar perlengkapan sekolah.
Kini giliran tas ransel Kinal yg di periksa. Bu Intan mendengus. Di dalam tas itu ada beberapa buku dan sepatu olah raga yg kotor bercampur dengan baju basket yg sudah dipakai tadi. Tampak berantakan dan bau. Kinal nyengir.
Terakhir, giliran tas Ve yg diperiksa. Isi tas itu benar2 penuh. Nampak bu Intan kerepotan mengeluarkan apa saja yg ada di dalamnya. Ada bedak, lipsgloss, sisir, blass on, penjepit bulu mata, eyeliner, maskara, sabun cuci muka dan hanya 1 buku tulis.
Bu Intan benar2 kaget.
"Ini apa!!". Gertak bu Intan.
"Eh, ro..kok bu?". Balas Ve polos.
"Iya tau! Maksudnya kenapa bisa ada di tas!! Kamu merokok?!".
Ve menggeleng pelan, menundukkan kepala. Takut melihat raut bu Intan yg merah padam dan matanya membulat maksimal.
Tubuh Ve mulai gemetar, jantung berdetak kencang dan wajahnya memucat.
"Heh! Ayo jawab! Jangan diam!!". Emosi bu Intan makin menjadi.
"Be..benar bu, sa..saya gak ngerokok". Mulut Ve bergetar dan matanya mulai berkaca2.
"Lalu ini apa!! Kenapa bisa di tas kamu, hah!!". Sambil menyacungkan bungkus rokok di depan muka Ve.
"Kalo itu di tas saya, bukan berarti itu punya saya dong bu!". Bantah Ve mulai berani.
Seisi kelas tegang, tak menyangka akan melihat kejadian seperti ini. Namun mereka juga tak bisa berbuat apa2, hanya diam dan mengamati.
"Ayo ikut! Kita ke ruang KepSek sekarang!!".
"Gak! Emang salah saya apa bu?!!". Ve masih berkelit dan mencoba melawan.
"Salah kamu adalah.... terlalu badai*eh.
"Heh!! Jelas2 salah, pake nanya lagi!! Ayo...cepat!". Bentak bu Intan dengan mencengkram tangan kiri Ve, tapi Ve masih berusaha mengelak dengan tangan kanan memegang meja untuk bertahan.
Semua murid memusatkan perhatian pada mereka yg sedang tarik tambang*ck.
"Ve... kamu harus ikut ke ruang KepSek tidak apa2 jangan takut, semuanya bisa kamu jelasin nduk". Ujar bu Hani memegang bahu Ve lembut.
"Apa yg harus saya jelaskan bu? Saya gak salah!".
Namun Ve lengah, bu Intan langsung mengambil kesempatan itu dengan menarik kasar lengan Ve. Alhasil, mau gak mau Ve terpaksa mengikuti bu Intan menuju ruang KepSek.
"Nal, sebenarnya apa yg terjadi?". Bisik Dhike.
Kinal hanya mengangkat kedua bahu. Cuek.
Dalam pikirannya masih tak percaya. Selama ini hampir setiap waktu mereka selalu bersama, walau dihabiskan dengan bertengkar. Tak pernah sekalipun Kinal melihat/
Semua murid mulai berbisik2. Insiden itu mulai menyebar cepat sampe seantero sekolah. Banyak anggapan negatif yg bermunculan dan mencerca sosok bidadari tanpa sayap itu.
Shania, Dhike dan Kinal akhirnya pulang duluan. Mereka kecewa melihat kejadian tadi.
**
Sore harinya...
Ve baru saja pulang, nampak wajahnya berbeda. Saat Ve hendak memasuki kamar kosnya. Ada yg menarik lengan Ve dengan kasar.
"Sini sebentar!".
Ve berbalik dan mendapati Kinal yg berdiri tegap dengan wajah garangnya.
"Ada apa sih Nal?!". Tanya Ve malas.
"Di skors berapa hari!". Ucap Kinal to the point dengan berkacak pinggang.
Ve mengerutkan kening, lalu...
"Hahahaaa gue gak di skors tuh?". Jawab Ve enteng.
Kinal heran bercampur kaget. Mata tajamnya masih menyelidik sedang Ve nampak biasa2 saja, padahal tadi di sekolah dia ketahuan bawa rokok di dalam tasnya.
$flashback$
*tok..tok..tok*
"Permisi pak". Sapa bu Intan yg memasuki ruang KepSek. Dia masih mencengkram erat tangan halus Ve.
Ruangan itu luas, di dekat pintu terlihat ruang tamu, di sebelahnya terdapat meja kerja KepSek dan lemari besar yg berisi deretan2 piala serta penghargaan yg telah di raih SMA48.
"Ayo Veranda, jelaskan semuanya di depan pak Septiadi!!".
"Tapi bu, apa yg harus saya jelaskan?".
"Sudah tau salah masih mengelak juga!!". Bu Intan melotot.
"Bukan salah saya! Saya gak salah! Itu... bukan rokok saya! Kalau ibu tidak percaya, terserah!!".
Ve mamberontak, meronta agar genggaman tangan yg menyakitkan itu bisa segera terlepas.
"Sudah2 hentikan!!". Pak Septiadi mulai angkat bicara. Beliau ikut2an marah melihat dua gadis bertengkar di hadapan dan di ruang kerjanya.
"Hmm oke, sekarang tolong nak Veranda jelaskan apa yg sebenarnya terjadi". Ujar pak KepSek yg berubah kalem.
"Pak, please.... bapak harus percaya sama saya".
"Saya gak pernah merokok, saya juga gak tau kenapa rokok itu bisa ada di tas saya". Ve mengiba, matanya mulai berkaca2 lagi.
"Kamu!!!". Lirik bu Intan geram.
"Pak, mana mungkin sih... saya tega merusak tubuh saya sendiri dengan barang itu". Ve mulai meneteskan air matanya.
Melihat itu, pak Septiadi berfikir sejenak. Hening.
"Baik-baik, saya percaya. Untuk masalah ini kamu tidak saya hukum. Tapi, saya akan menghukum jika memang kamu tertangkap basah sedang merokok".
"Sekarang saya persilahkan kamu kembali ke kelas".
"Hah! Makasih pak, makasih banyak sudah mempercayai saya, bapak benar2 sangat baik deh". Ucap Ve menyeka air matanya.
"Kalau begitu saya permisi pak". Ve tersenyum lega.
"Eh iya satu lagi". Cegah pak KepSek.
"Belajar yg rajin, jangan sampe merusak masa depan kamu dengan rokok, oke?!".
Ve mengedipkan satu matanya dan pergi meninggalkan ruangan itu dengan suka cita. Sedang bu Intan benar2 berang. Kok bisa sih, pak KepSek dengan gampangnya percaya sama anak itu? Apa jangan2 beliau Wota?!ck.
$flashback of$
"Jangan bercanda!!". Bentak Kinal masih tak percaya.
"Terserah kalo loe gak percaya!".
"Yg pasti, pak Septiadi percaya kalo rokok itu bukan rokok gue!".
"Mungkin aja ada orang iseng yg masukin tuh rokok ke dalam tas gue". Jawab Ve masih dengan santai.
"Orang iseng?! Gak mungkin!!".
"Itu pasti rokok loe kan?!".
"Loe mau coba2 ngerusak diri loe, iya!!!".
Ve menghentakkan satu kakinya.
"Kok loe nuduh2 gue sih! Kalo gak percaya ya udah!!".
"Oh.... atau jangan-jangan..
"Eh, apa!!".
"Huh, gue emang gak ada bukti mergoki loe sedang ngerokok, tapi bisa aja kan loe frustasi karena ngejar2 cowok idaman loe tapi cowok itu gak pernah nganggep loe!!".
"Apa!!".
"Maksud loe apa, hah!!".
"Gue emang belum bisa dapetin Bara, tapi gue akan selalu berusaha!".
"Dan satu lagi, gue emang centil, pemarah, sok cantik, agresif atau apapun penilaian loe".
"Tapi gue gak mungkin dan gak akan mungkin merusak tubuh gue sendiri!!"
"Loe pegang kata2 gue!!!".
*Brakkk*
Ve langsung menutup pintu kamarnya dengan keras. Dan Kinal hanya diam menanggapi kata2 dari kembarannya itu, lalu masuk ke sebelah kamarnya Ve.
"Hiks...hiks...
"Dia nuduh gue yg enggak2".
"Loe pasti dengar sendirikan barusan?!".
Shania sedang duduk santai membaca novel, lalu memandang Ve dengan wajah polos tanpa suara.
Tak lama kemudian, Ve langsung bergegas mengambil baju dan handuk, lalu keluar menuju kamar mandi.
Setelah Ve pergi, akhirnya Shania membuka lemari pakaian, tangannya bergerak ke arah tumpukan baju paling ujung dan meraih sebuah buku.
***
"Ve, yg mana nih??".
Shania sibuk memilah2 baju yg akan di belinya. Hari sabtu ini bertepatan dengan tanggal merah, jadi sekolah libur. Siang ini, Ve dan Shania berada di salah satu mall dan mereka nampak sedang bershopping ria.
Malam ini, Shania janjian untuk malmingan bersama Boby ke sebuah restoran yg terkenal. Dan Shania ingin mempersiapkan semuanya dengan baik, jadi dia ingin beli baju dll dan mengajak Ve untuk membantu memilihkan yg cocok untuknya.
"Ini, bagus gak Ve?".
Shania menunjuk blus lengan panjang berwarna merah dan berkerah lebar. Ve mengamati sebentar.
"Kalo gue jadi loe, gue bakal cari baju lain yg modelnya lebih bagus".
Shania berjalan ke arah lain. "Eh, gimana kalo ini?".
"Jangan Shan, warnanya pucat".
Shania mendengus, lalu nyari baju lagi.
"Hmm... Shania, gambar anjing lucu, lebih cocok deh buat loe".
Ujar Ve saat melihat Shania memegang baju bergambar kucing anggora.
Tak lama kemudian, Shania melihat blus yg menarik hatinya. Blus itu berada di pojok atas tergantung di jejeran baju2 yg lainnya.
Blus berwarna hijau tua dengan lengan 3/4. Namun Ve menggeleng.
"Lengannya kependekan, cari yg panjangan dikit".
Lagi2 Shania mendengus, melepaskan blus itu untuk mencari baju lain yg lebih bagus. Hampir 2 jam mereka menjelajahi mall itu, tapi tak satupun pilihan Shania yg di setujui oleh Ve.
Lalu, Shania memutuskan untuk melihat2 tas dulu.
"Kalo gue jadi loe Shan, gue lebih milih yg motifnya garis2". Komentar Ve lagi saat melihat Shania memegang tas bermotif polkadot.
Shania meletakkan tas itu kembali ke tempatnya. Lalu Shania menemukan tas yg nampak imut dan lucu.
"Kalo gue jadi loe Shan, gue lebih milih tas yg ukurannya lebih besar".
Sudah berulang kali Ve berkomentar. Shania makin kesal, pusing juga lama2 dengerin ocehan kembaran yg katanya fashionable itu.
Lalu Shania memandang wajah Ve lekat2.
"Kalo gue jadi loe Ve, gue bakal diem!!!!".
**
Malam minggu tiba...
Ve duduk melamun di tempat tidur sendirian. Malming ini ia tak ada acara kencan dengan Eza. Sedang Shania, sudah berangkat bareng Boby sehabis maghrib.
Akhirnya Shania memakai kaos biru berlapis sweeter pink, celana jins biru, sepatu cats biru dan tas warna pink.
Ve membayangkan Shania yg saat ini pasti lagi happy2 karena bisa pergi dengan cowok yg benar2 di sayanginya. Sedang dirinya?
Impian kencan bareng Bara hanya shinkirou semata.
Selama ini, cowok2 yg pernah jadi pacarnya hanya sekedar status. Tanpa ada rasa di dalamnya.
*Maafkan aku, ku bersumpah kepada prinsip.....*
Suara Hp milik Ve membuyarkan lamunannya.
"Halooo..". Ucap Ve malas.
"Hay Ve, sorry kalo aku ganggu". Terdengar suara cowok di seberang.
"Gak papa kok Za, ada apa yank?".
"Emm.. Ve, ehm.. aku mau tanya.... ehm... soal, rokok itu..ehm...".
Ve membulatkan matanya, cepat2 ia menjawab.
"Eza, kamu gak percaya kan sayank?".
"Rokok itu bukan punyaku".
Ve cemas, gelisah dan takut Eza marah.
"Ehm... gak sih?"
"Soalnya aku emang gak pernah lihat kamu merokok".
"Tapi..... gak menutup kemungkinan kan?".
"Maksud kamu?!". Ve tak menyangka mendengar pernyataan Eza.
"Yah, maaf Ve...bisa aja kan? Kamu mau coba2...... mungkin?".
"Gak, itu gak bener!!".
"Dan aku gak akan pernah mencobanya!!!".
Bentak Ve dengan kesalnya, Ve kecewa kenapa Eza punya pemikiran yg sama dengan Kinal.
"Oh, Ve... maaf. Jangan marah ya...".
"Aku juga berharap itu bukan rokok kamu".
"Iya aku percaya, jangan sampe ngerusak diri kamu ya Ve... aku sayang banget sama kamu".
*tut...tut...tu
Tiba2 Hp mati, Ve bingung. Tapi dia berfikiran Hp Eza mungkin lowbat atau gak ada sinyal.
Ve melamun lagi.
Baru kali ini Ve menyadari bahwa Eza begitu perhatian padanya. Dari sekian cowok2 yg di pacarinya, Eza cowok yg paling baik dan peduli. Tapi..
Tetap saja, hati Ve cuma buat Bara.
Ve mulai bosan lama2 di kamar. Dia berjalan menuju ruang tengah. Betapa kagetnya Ve melihat 3orang yg sedang duduk santai di depan tv. Mereka Dhike, Ghaida dan....... Bara.
Ve masih terdiam mengamati pandangan yg menarik hati itu. Jantungnya mulai bergejolak.
"Ah, kenapa gak dari tadi sih gue gabung sama mereka". Gumam Ve.
Segera Ve berjalan cantik menuju ke arah mereka. Senyumnya makin mengembang ketika dilihatnya sebelah tempat duduk Bara kosong. Gak perlu lama, Ve langsung menempatinya.
"Hay Bara". Sapa khas centil Ve.
Cowok itu sempat mengalihkan pandangan dari tv menoleh ke arah Ve.
"Oh, hay.....ehmmm Ve?". Balas Bara agak ragu.
Tapi Ve langsung senyum lebar, ternyata Bara ingat siapa dirinya.
Sejenak Bara fokus kembali ke arah tv. Ve menghela nafas, agak kesal juga di cuekin.
"Ehm... kak Bara lagi nonton apa sih?". Tanya Ve basa-basi.
"Suami yg tertukar". Singkat Bara.
Ve manggut2. Gadis itu menggigit bibir bawahnya, ingin sekali ngobrol panjang lebar untuk mencuri perhatiannya. Namun......
*Jey...Key...Ty
Tiba2 Hp milik bara berdering. Dhike yg duduk paling dekat dengan meja di depannya itu, kini meraih hp kakaknya.
"Kak, nih telepon dari..... Melody". Ucap Dhike dengan kerutan di keningnya.
Cepat2 Bara langsung menyambar hp itu.
"Hay Mel?".
"Iya....".
"Minggu depan?"
"Jadi dong...". Bara asik ngobrol dengan hpnya.
Ve terdiam melihat Bara yg begitu antusias. Tubuh Ve memanas, ada rasa sesak di hatinya. Mengingat yg nelpon si Bara adalah seorang gadis bernama Melody. Siapa dia? Ada hubungan apa dengan Bara?
Pikiran2 itu berkecamuk di otak Ve. Setengah jam kemudian Bara baru mengakhiri ngobrol dengan hpnya. Dan kembali duduk di tempat semula, sebelah Ve.
"Ehm.. kak, kalo boleh tau yg nelpon tadi emm Melody ya? Itu siapa?". Kepo Ve.
Bara memandang ke arah Ve, sorot matanya mengandung banyak arti.
"Oh, ehm.. dia... temen gue".
"Temen?!".
"Iya, temen...".
"Oh". Ve menanggapi dengan canggung.
Ve merasa Bara ada sesuatu dengan gadis yg bernama Melody itu. Hening sesaat.
"Eh iya, gue ke atas dulu ya".
Bara pamitan dengan wajah sumpringahnya meninggalkan Ve yg terdiam kecewa melihat tingkah aneh cowok idamannya itu.
Dhike dan Ghaida yg melihat perubahan raut Ve hanya diam dalam pikirannya masing2.
To be continued
Tidak ada komentar:
Posting Komentar