“1...2...3”
teriak seorang wasit memberi aba-aba dalam suatu pertandingan. Terlihat seorang
cewek berambut hitam panjang dengan wajah khas indonesia asli di sebelah kiri wasit
dan seorang cewek yang berada dihadapannya sebagai lawannya yang berparas
oriental dengan tubuh yang sedikit lebih tinggi. Mendengar aba-aba sang wasit
kedua cewek itu sudah siap memasang kuda-kuda untuk bertanding dalam suatu
ajang final karate tingkat nasional.
“Melody....Melody...Melody...!!”---“Andela...Andela...Andela...!!”
teriak penonton menyerukan nama mereka mencoba menyemangatinya.
“Mendingan
loe mundur sekarang aja deh, daripada loe babak belur di tangan gue, gue
kasihan aja sama loe, pengkhianat...!!” ucap seseorang yang dielukan dengan
sebutan 'Melody' kapada lawannya 'Andela'.
Andela
hanya tersenyum mendengar perkataan Melody, “Terserah loe mau ngomong apa,
Mel. Gue berdiri disini bukan sebagai PECUNDANG yang belum bertanding sudah
menyerah, gue adalah PEMENANG, kita buktikan di ajang ini siapa yang lebih kuat,
loe atau gue...!!”
“Sombong
banget loe, loe kira loe sudah lebih jago dari gue, gue tau loe Ndel, loe itu
...”
***
“Huuu....PECUNDANG,
nggak pantes loe berada di klub karate ini, loe itu LEMAH..!!” olok sebagian
siswa yang melihat kawan satu klubnya, Andela, jatuh tersungkur hanya
karena satu pukulan yang menurut mereka sangat mudah untuk di hindari. “Maafin
gue, sini gue bantu” ucap Melody, seseorang yang menjadi lawan Andela yang tak
sengaja memukul Andela hingga tersungkur. Melody mengulurkan tangannya, dan
Andela pun menyambutnya, “Makasih”, ucap Andela yang sudah bisa berdiri dan
langsung meninggalkan Melody, “Loe mau kemana?” tanya Melody bingung. Andela
memberhentikan langkahnya dan menegok ke arah Melody, “Gue nggak pantes berada
di klub ini, bener kata mereka kalau gue adalah PECUNDANG, gue LEMAH, gue sadar
akan kemampuan gue”
“Kata
siapa loe PECUNDANG? Loe hanya belum menguasai teknik dan jurus-jurus dalam
karate aja kok, loe hanya butuh waktu buat BELAJAR, gue yakin loe bisa, gue
bisa liat SEMANGAT loe itu”
“ah...itu
cuma MIMPI, SEMANGAT itu sudah menghilang” sangkal Andela yang melanjutkan
langkahnya yang terhenti.
“Nggak...!!
SEMANGAT itu masih ada, gue bisa bantu loe mempelajari ilmu karate ini” teriak
Melody yang sukses membuat Andela menghentikan langkahnya untuk kedua kalinya,
Andela kembali menoleh ke arah Melody dan bertanya “Serius loe mau bantu gue?”.
Melody berjalan mendekati Andela, “Seratus rius malah. Gue Melody. Loe?”
“Gue
Andela”
“Gimana
kalau kita sahabatan?” ajak Melody tersenyum dengan mengulur kelingkingnya.
Walaupun agak sedikit bingung dengan teman yang baru dikenalnya, Andela
mengiyakan dengan mengaitkan kelingkingnya dengan kelingking Melody, seraya
tersenyum. “Boleh”.
---
Keesokan
harinya dengan telaten Melody mengajari SAHABAT BARUnya berlatih karate. “Gini
nih, cara memukul yang baik. Kepalkan tangan, kumpulkan tenaga di tangan loe
itu, lalu tarik nafas dalam-dalam keluarkan bersamaan dengan pukulan itu,
Haaaa...!!!” jelas Melody sembari mempraktikannya.
“Sekarang
loe coba pukul bantalan yang ada di dada gue ini, coba yang keras. Loe
bisa kan Ndel?” perintah Melody dan Andela pun mengangguk seolah mengerti.
Tiba-tiba seorang cowok, bernama Dillah, cowok yang telah satu tahun ini
menjadi incaran Melody lewat di depan ruangan tempat Melody dan Andela berlatih
karate. Sontak membuat Melody lengah, menurunkan bantalan yang ada di dadanya,
‘Buggg’ pukulan yang seharusnya mendarat di bantalan, karena kecerobohan Melody
malah mengenai dadanya, “aww...” rintih Melody sembari memegangi dadanya yang
agak sakit, “Maafin gue, Mel. Gue nggak sengaja” ucap Andela merasa bersalah
karena salah sasaran. “Gue nggak apa-apa kok, gue juga yang salah, tiba-tiba aja gue nurunin bantalan ini. By the way, Gue nggak nyangka tenaga loe
LUAR BIASA gini, gue yakin cukup dengan satu pukulan itu jika tepat mengenai
bagian vital seperti RAHANG atau ULU HATI, bisa melumpuhkan lawan loe” puji
Melody.
“Ah.
loe Mel, kalau lawannya loe, gue bisa apa? Yang ada gue malah BONYOK” canda
Andela.
“Nggak
BONYOK lagi, Ndel. Loe tinggal pilih aja mau masuk ICU atau KUBURAN langsung?” Melody
tertawa terbahak-bahak dalam candaannya.
---
Di
sebuah bangku berukuran 2x1 meter di bawah pohon dekat lapangan basket mereka
duduk-duduk dan bercanda seperti biasanya. “Gue liat loe semakin hebat, Ndel”
ucap Melody mengawali pembicaraan. “Gurunya siapa dulu dong, Melody gitu lho. Gue
berterima kasih banget sama loe, berkat loe gue nggak dapet olokan temen di
klub lagi”
“Itu
juga karena USAHA loe lagi, Ndel. Eh...loe liat cowok yang nggak terlalu tinggi
itu?” ucap Melody menunjuk cowok mungil yang sedang mendrible bola. “Dillah
maksud loe? Kenapa emangnya?” ucap Andela berbalik tanya. “Loe kenal dia? Ah. Lupakan
pertanyaan ini. Ehmm. Gue CINTA sama dia dari kelas 7, Ndel” curhat Melody.
“Dari
kelas 7? Kenapa nggak loe nyatain perasaan loe itu?” tanya Andela sedikit
kaget.
“Gue
malu. Lagian nggak ada sejarahnya cewek nembak cowok lagi”
“Yee.
Sekarang jamannya emansipasi wanita, jaman sudah kebalik, wanita bisa melakukan
hal-hal yang dilakukan oleh pria. Termasuk ini, harusnya loe bisa nyatain cinta
loe ke dia”
“Nanti
aja lah. Gue nunggu waktu yang tepat. Gue harap dia punya perasaan yang sama ke
gue”
‘Tenang
Mel. Gue akan buat Dillah , sahabat kecil gue jatuh cinta sama loe. Ini sebagai
bentuk rasa terima kasih gue ke loe, karena loe sudah berbaik hati menerima gue
menjadi sahabat loe’ ucap batin Andela.
---
Dillah
yang tengah berada di ruang ganti mendadak mendengar hand phone nya bergetar, ternyata ada sebuah pesan masuk dari
Andela, “Dil, nanti sore loe ada waktu kan? Ketemuan yuk di Cafe Giez deket
sekolah, ada hal PENTING yang mau gue bicarakan ke loe”. Dengan singkat
Dillah menjawabnya “Ok”
---
Di
Cafe Giezz...
“Loe
mau pesen apa? Gue pesenin sekalian” tawar Dillah kepada Andela.
“Loe
sudah berapa lama jadi sahabat gue, masak loe masih lupa aja makanan kesukaan
gue” jawab Andela manja.
“Ya
elah Ndel, gue tau banget lah makanan kesukaan loe apa. Tapi di sini kagak ada
BAKPAO, adanya BURGER. Gimana?”
“Gue
ngikut loe aja deh” Dillah pun memesan makanan untuk mereka berdua, tak butuh
waktu lama Dillah membawa dua burger plus dua jus alpukat. “Wah...kayaknya enak
nih?” ucap Andela langsung menyerobot Burger yang baru saja Dillah letakan ke
meja, namun tangan Andela tertahan oleh Dillah, “Eitsss...sabar bu, loe mau
ngomong apa? Penting banget kayaknya, sampe loe ngajak ketemuan gini?”.
“Okelah.
Loe kenal dengan anak kelas 8 B ini?” tanya Andela menujukan foto Melody.
“Ehmm...ini
Melody kan? Cewek yang sudah lama gue kagumi. Kok loe punya fotonya? Bukannya
loe anak 8 E yah?” tanya Dillah bingung. “Wah...loe BERUNTUNG banget, loe tembak
dia besok, gue yakin 100% loe bakalan di terima oleh Melody” ucap Andela
kegirangan yang makin membuat Dillah bingung. “Maksudnya loe apaan sih? Nyuruh-nyuruh
gue nembak dia segala? Yakin banget gue bakal diterima”
“Melody
itu sahabat gue, dia suka sama loe dari kelas 7, jadi gue yakin dong kalau loe
bakalan diterima kalau loe nembak dia. Ya nggak?....ya nggak?” ujar Andela
sembari menaikan turunkan alisnya.
“Seriusan
loe???”
“
Satu juta rius gue kasih loe, Dil, kalau bisa”
“Loe
punya rencana nggak gimana biar gue bisa nembak dia secara romantis gitu?” tanya
Dillah antusias.
“Kalau
ini sudah gue pikirin, gue tau loe bakalan tanyain ini ke gue, secara loe nggak
ada romantis-romantisnya sama sekali ke cewek”
“bla
... bla ... bla” Andela mendekatkan mulutnya ke telinga Dillah guna membisikan
rencananya itu.
Di
waktu dan tempat yang sama, Melody juga berada di sana hendak membeli burger kesukaannya.
Belum sempat memesan Burger, Melody sudah di suguhkan pemandangan yang tak
enak. Dia melihat Andela mencium Dillah (eitss...readers jangan salah paham
seperti Melody, Andela hanya membisikan sesuatu ke Dillah, mungkin karena
terlalu dekat dan Melody melihatnya dari kejauhan jadi terkesan Andela mencium
Dillah). Sontak membuat Melody murka dan menge-CAP Andela sebagai PENGKHIANAT .
---
Persahabatan
Melody dan Andela merenggang, Melody
tidak memberikan KESEMPATAN Andela untuk menjelaskan apa yang sebenarnya
terjadi, yang Melody tau Andela sudah mengkhianati persahabatan mereka. Rencana
Dillah yang akan menembak Melody pun GAGAL karena Dillah tak enak hati dengan
mereka, karenanya persahabatan mereka HANCUR. Mereka pun berjalan
sendiri-sendiri, sampai Melody berkomit untuk TIDAK satu sekolahan lagi dengan
Andela. Dia memutuskan untuk pindah keluar kota, Bandung. Tempat kediaman
eyangnya.
.
.
Tiga tahun berlalu, Melody dan Andela sama-sama tengah mengenakan putih abu-abu. Di
sekolahnya masing-masing mereka sama-sama menjadi wakil ajang karate tingkat
Nasional. Shock, Melody rasakan
manakala dia harus bertemu Andela dalam babak final, babak dimana memperebutkan
siapa yang layak mendapatkan juara pertama sekaligus layak mewakili Indonesia
ke tingkat Internasional. Dendam Melody, membuatnya bergelora api
semangatnya untuk mengalahkan Andela dalam pertandingan ini, “Gue akan beri
pelajaran ke loe, mengajari loe bagaimana caranya berterima kasih, gue akan
membuat loe kapok berurusan dengan yang namanya MELODY NURRAMDHANI LAKSANI”
***
‘Ehm,,
ternyata loe masih mengingatnya, Mel. Gue juga nggak bakalan lupa dengan orang
yang telah membawa gue sampai di sini. Gue nggak akan mengalah dari loe, tapi
gue nggak akan membuat guru gue celaka di tangan gue sendiri’ batin Andela
mencoba menenangkan diri sendiri.
“Fighhtt...!!!”
teriak wasit memberi aba-aba bahwa pertandingan berlangsung. Dengan sigap
Melody mengarahkan pukulan tepat pada tulang rusuk Andela, namun Andela mampu
menangkis dan menghindarinya. Beberapa kali Andela mampu menghindar dari
serangan-serangan Melody yang terkesan membabi buta. Andela lengah. Serangan
tendangan Melody mengenai perutnya, membuat Andela jatuh tak berdaya.
“Masih
perlu kita lanjutkan pertandingan kita?” tanya Melody dengan sombongnya. Andela
yang kesakitan memegangi perutnya mencoba untuk bangkit, namun Melody melakukan
serangan lagi, kali ini Andela mampu menghindarinya, namun reflek dia
meluncurkan serangan balik berupa pukulan yang menjadi andalannya dalam setiap
pertandingan dan itu mengenai ULU HATI Melody yang membuatnya tergeletak.
Andela yang tak bisa menahan rasa sakit di perutnya juga ikutan tergeletak,
pingsan. Akhirnya pertandingan di anggap SERI karena tidak ada yang menang. Keduanya
pun dilarikan ke Rumah Sakit.
---
Sejam
berlalu, Andela siuman dari pingsannya. Dilihatnya seorang cowok menungguinya.
Yap Dia Dillah. “Dil, keadaan Melody gimana?” tanya Andela dengan suara sedikit
parau. “Dia ada di kamar sebelah, belum sadarkan diri” jawab Dillah.
“Tolong
antarin gue, gue ingin ngeliatnya. Please”
pinta Andela yang diiyakan Dillah. Dengan Sabar, Dillah mendorong kursi Roda
Andela sampai di ruangan Melody dan dekat di samping Melody. Tangis Andela tak
terbendung lagi, “Gue emang sahabat yang nggak tau caranya berterima kasih. Tega, gue ngebuat loe tergeletak di kasur putih ini. Maafin gue, Mel” perlahan namun pasti Melody
menggerakan jemarinya membuka matanya sedikit demi sedikit sampai ia menemukan
sutau cahaya yang terpancar dari arah luar masuk ke dalam matanya. Dilihatnya
seseorang di sampingnya, Andela, menangis tersedu-sedu melihat keadaannya. “Gue
nggak apa-apa kok, Ndel. Gue yang seharusnya minta maaf sama loe, nggak
seharusnya gue membabi buta seperti tadi, sampai membuat loe tergeletak dan
harus duduk di kursi roda itu”
“Udah,
Mel, Udah. Gue udah maafin loe. Yang terpenting saat ini kita bisa sahabatan
lagi kan? Oia, ini Dillah, dia bukan kekasih atau cowok yang gue cintai, dia
sahabat kecil gue. Gue mau jodohin loe dengan dia setelah gue tau loe sangat
menyukainya, tapi ...”
“Tapi,
gue malah salah paham dan menganggap loe sebagai pengkhianat?? Maafin gue Ndel.
Gue nyesel nggak mau dengerin penjelasan loe”
“Yang
lalu biarlah berlalu, kita buka lembaran baru. Gue mau detik ini juga cinta
kalian bisa bersatu” ucap Andela yang menyatukan tangan Dillah dengan tangan
Melody.
-The
End-
Gaje?
Ini karya buatanku sekitar tahun 2011-2012an, jamannya alay-alaynya aku..*lol.
Oia, cerita ini terinspirasi dari kartun Naruto lho, partnya Ino dan Sakura
waktu lagi ujian cunin...:)
Writer : Hanifah
Argubie
Twitter : @HanBie_48
Tidak ada komentar:
Posting Komentar