( Part sebelumnya....Ve benar2 kaget, ternyata perasaannya pada Bara tak terbalas. Terpuruk? Jelas. Tapi Ve mencoba bertahan )
**
Saat semua terasa menyakitkan
Aku ingin meneteskan air mata
Saatku coba tuangkan segalanya
Tak sedikitpun yang mampu mengalir dari kesedihan di mataku
Aku tak mampu mengerti
Mengapa semua ini terjadi?
Begitu perih menyayat hati.
**
Jam menunjukkan pukul 17.00 WIB.
Malam nanti sepertinya bakal menjadi malming aneh buat seorang Veranda, secara... Ve jadi jones kayak author*loh?
Ve masih di rundung kesedihan. Kemarin dia begitu semangat ngejar2 cowok idamannya, karena Ve berprinsip usaha keras itu tak akan menghianati. Tapi, kini....? Sudahlah.
Shania masih pulas di tempat tidur, mungkin dia lelah.
Sementara Kinal sedang seru2nya main basket dengan teman2 cowok yg tinggal sekompleks dengan kosnya. Kinal memang tak pernah pergi kemana2 karena memang jojoba(jomblo2 bahagia).
Meski sering di ejek sama Ve, Kinal cuek aja tuh? Baginya...ini adalah dunia yg ia suka, masih muda tak perlu pusing mikirin cinta2an yg bikin galau saja..hahay. kalau emang belum butuh pacar, buat apa di paksakan?
"Kinallll....".
Suara teriakan itu mengagetkannya.
*Dukkk*
"Aaaarrrrgghhhh
(hahaaaa karma loe Nal, dulu kan loe pernah ngelempar bola basket sampe kena kepala sang bidadari*tawaib
"Ahahaaahaa". Teman2nya tertawa.
Kinal celingukan mencari siapa yg memanggilnya, ternyata dia melihat cowok itu melambai2 ke arahnya.
"Eh, bentar bro...".
"Gue nemuin teman sekolah gue dulu". Ujar Kinal.
Kinal berlari menghampirinya.
"Eh, sory Nal gara2 gue kepala loe jadi kejedut..heee".
"Ah, gue dah kebal kali, santai aja". Ucap Kinal sok kuat, tapi sambil meringis mengelus jidat lebarnya.
Boby menahan tawa.
"Oh ya, Shania ada?".
"Ada noh di kos! Kenapa gak langsung samperin aja sih!". Ketus Kinal.
"Heeee gak papa, gue cuma mau mastiin aja"
"Gue mau jalan ma Shania, gue bawa mobil tuh...".
Tunjuk Boby pada sebuah mobil BMW hitamnya yg di parkir agak jauh dari lapangan.
"Yaudah gue ke kos dulu ya, byeeee".
Kinal melengos.
"Diiih, cowok kok sok pamer!!". Gerutu Kinal saat Boby dah menghilang lalu Kinal melanjutkan main basketnya.
*
"Permisiiii....
*ceklek*
"Ya...kamu siapa dan cari siapa". Ujar bu Dwi dengan tampang agak jutek.
"Eh, permisi bu... saya Boby yg biasa kesini". Jawab Boby dengan senyum takut.
Memang, Boby dah lumayan sering main ke kos dan ngajak Shania jalan. Tapi bu Dwi belum pernah lihat Boby secara langsung. Karena tiap Shania minta ijin ke luar tak pernah bilang jalan sama cowok.ck!
"Heee biasa bu, saya mau jemput Shania.."
Bu Dwi mengerutkan dahinya.
"Hmm... kamu siapanya?"
"Eh, Boby...!!".
Belum sempat Boby menjawab, Ve tiba2 muncul di belakangnya bu Dwi. Melihat Ve menyapa cowok itu, bu Dwi memutuskan untuk kembali ke atas kamarnya*biasal
"Cieeee rapi bener?"
"Mau ngapel aja kayak mo ngajak jalan ke mall, heeee".
Boby mengerungkan alisnya.
"Gu, gue emang mo ke mall kok. Mau nonton malam nih jam 7".
"Hah! Nonton? Bukannya Shania masih tidur ya?". Batin Ve.
Ve melihat jam dinding di ruang tamu itu menunjukkan pukul 17.30 WIB.
"Ehmm.. tunggu bentar ya, gue panggilin Shania dulu".
Cepat2 Ve kembali ke kamarnya.
"Shaniaaaa...!!
Ve langsung melompat ke atas tempat tidur Shania dan mengguncang2 tubuh bongsor kembarannya itu.
"Bangun Shan, banguuuun!!". Teriak Ve.
Namun, tubuh sekseh itu tak bergeming sedikitpun. Shania benar2 pulas. Tapi Ve tak pantang menyerah. Ve terus berusaha membangunkannya
"Halooo...Shan,
"Apaan sih! Ah!!!". Suara parau Shania keluar dengan mata masih terpejam.
Tanpa sadar Shania mendorong tubuh Ve yg berada di atasnya hingga bidadari itu jatuh dari khayangan*eh.
"Aaauuuwh". Jerit Ve meringis kesakitan.
Tampaknya usaha Ve sia2, Shania tetap tertidur pulas.
Sementara di ruang tamu, Boby masih menunggu sambil membaca majalah di atas meja tamu itu. IYKWIM majalah yg berisi tentang gadis2 venomenal. *Kayaknya yg punya kos wots deh?
"Loh, Shanianya mana?".
Ve sempat bingung, akhirnya...
"Hmm..mm..Shani
"Shania, tidur dari jam 4 sore tadi".
"Tidur dari jam 4!!". Boby membelalakkan matanya, kaget. Ve mengangguk.
"Ah, padahal gue dan Shania dah janjian lama kalo malming ini kita mau nonton"
"Kok lupa gitu aja sih. Tega banget!!". Kesal Boby.
"Ah, Bob...atau gini aja gue bangunin Shania lagi ya". Saat mau beranjak Boby mencegah.
"Gak, gak usah! Percuma Ve, jalanan nanti pasti macet. Mallnya juga lumayan jauh". Kecewa Boby.
"Yaaah gak jadi nonton dong?"
"Gak papa, minggu depan juga masih main filmnya". Balas Boby dengan nada pahit.
Ve terdiam, tak bisa berbuat apa2. Tapi ia merasa harus melakukan sesuatu. Ve takut hubungan adik kembarnya itu bermasalah hanya gara2 hal sepele.
"Gue bangunin Shania lagi deh, tunggu bentar ya".
Boby menggeleng.
"Gak perlu, gue pulang Ve!". Ucap Boby dingin.
*
Saat menuju gerbang kos, Boby berpapasan dengan Kinal.
"Loh, Shania mana?". Bingung Kinal sambil mengelap keringatnya dengan handuk kecil.
"Tidur!!kata Ve dari jam 4 tadi". Datarnya.
"Tidur? Kok malah tidur sih?!".
Boby mengangkat kedua bahunya.
"Gak tau lah, lupa kali".
"Wah, gak bisa gitu dong. Loe minta Shania dibangunin aja". Sewot Kinal sambil menarik Boby agar mau balik lagi ke kos, tapi Boby menepis tangan kinal.
"Gak usah!!gue dah males!!".
**
"HAH!! Udah jam berapa nih?!(MV Shania di Heavy Rotation saat bangun tidur*wkwk)
Shania sangat kaget saat melihat jarum jam menunjukkan pukul 10 malam, bukan 10 pagi loh ya? Kalo itu sih kebiasaan Ayana*loh?lanju
Ve yg berada di tempat tidur sebelah langsung terbangun.
"Duuh, Shania. Dah malem nih! Jangan teriak2 dong. Gangguin aja....". Sewot Ve dengan wajah orang mengantuk, rambut awut2an dan matanya setengah melek.
Shania tak menggubris, ia langsung bangkit.
"Bego! Bego! Bego! Aaaahhh...!!". Teriak Shania seperti orang stress.
Akhirnya Ve baru menyadari apa yg terjadi.
"Oh ya Shan, tadi sore Boby kesini mau jemput loe
Katanya mau nonton...".
"Terus!!". Panik Shania.
"Ya gue bilang loe lagi tidur, gue sempat bangunin loe. Tapi loe susah banget di bangunin kayak kebo...akhirnya
"Sebenarnya gimana sih?". Sambung Ve.
Shania menghela nafas sesal.
"Huuuft... kemarin2 sebenernya kita dah janjian mau nonton bareng malam ini.
"Gue emang dah niat mau tidur dari jam 4 karena gue capek banget dan gue gak nyangka bakal kebablasan"
"Gue pikir jam setengah 6 juga gue dah bangun, tapi ternyata.....".
"Yaaah, loe gak bilang sih sama gue. Tau gitu kan loe bisa gue bangunin sebelum Boby datang?!"
"Hmm... gini aja, sekarang loe telpon si Boby, bilang kalo loe ketiduran, bukannya lupa". Saran Ve.
"Tapi... jam segini Boby dah tidur belum ya?".
"Helooooo.... sekarang kan malming, baru juga jam 10.. benc*ng aja masih pada dandan kali. Jadi, Boby pasti belum tidur lah". Kata Ve dengan polosnya(apahub
"Uuhh, gue ke dapur dulu ah, mau bikin susu. Gara2 loe nih jadi susah tidur lagi".
"Oh ya, loe mau juga gak?"
"Gak ah, yaudah sana gih".
Saat menuju dapur, Ve melihat ruang tv masih menyala. Dan terlihat Bara masih menonton bola.
*Deg*
Jantung Ve bergejolak, saat Bara menoleh dan tersenyum padanya. Ingin rasanya Ve membalas dengan senyum termanisnya. Tapi ia sadar cowok idamannya itu jelas2 tak punya hati terhadapnya. Akhirnya, Ve melewati tanpa senyum dan saat kembalipun Ve sama sekali tak melirik cowok ganteng itu.
Ve memasuki kamarnya, dan melihat wajah murung Shania.
"Kenapa Shan?"
"Boby marah sama gue". Lirih Shania.
"Dia gak mau terima penjelasan gue"
"Yaaa gue sadar kalo dia marah, gue emang pantes nerima kemarahan Boby".
Ve memeluk Shania hangat.
"Gak, semua itu gak pantes loe terima. Loe berani jujur dan loe orang baik Shania". Hibur Ve.
*
Sudah tengah malam, Ve sudah kembali tidur sementara Shania masih terjaga. Mendadak Shania terngiang2 lagu favoritnya...
Malam ketika tidak bisa tidur
Ku selalu minum susu
Ku pejamkan mata di tempat tidur
Mulai menghitung domba
Saat kau suka seseorang
Kau tak bisa katakan tidak!
Keegoisan dirimu selalu ku trima
Ku bagaikan tersihir
Marrionate...
***
Senin pagi di sekolah.
Bel istirahat pertama. Kinal langsung berlari ke luar kelas. Biasalah...
Sedang Shania menghampiri Ve untuk mengajak ke kantin bareng, namun Ve menolak halus dan Ve bilang menyusul nanti. Jadi, Shania ke kantin duluan bareng Dhike.
Ve beranjak dari bangkunya dan mengejar Eza yg akan berjalan ke luar kelas. Di cegatnya cowok blasteran itu.
"Za, maafin gue". Ucap Ve tiba2.
"Gue sadar waktu itu gue keterlaluan".
Ve mengulurkan tangan meminta maaf. Eza hanya memandang tangan halus Ve tanpa berniat menyambutnya. Tapi, di tatapnya mata sendu Ve. Eza merasakan, mata itu benar2 tulus namun dia tak peduli. Dan bersiap melangkah pergi.
"Za...!!". Teriak Ve.
"Gue benar2 minta maaf, ini tulus dari hati gue".
"Kenapa?". Tanya Eza santai.
"Oke, gue mau jujur sama loe, cowok yg jadi alasan gue putusin loe ternyata sama sekali gak suka sama gue"
"Gu, gue emang gak berniat balikan sama loe, tapi jujur...loe cowok paling baik di antara semua mantan2 gue"
"Kalaupun loe marah, gue terima. Karena gue dah dapat balasannya...".
"Oh".
Ve melongo, kaget mendengar jawaban Eza yg cuma kata 'oh'. Tapi Ve tak mau menyerah.
"Za, kita putus bukan berarti gak bisa berteman lagi kan?"
Eza tak menjawab, kedua tangan masih berada di saku celana abu2nya. Ve masih menunggu reaksi Eza selanjutnya.
Sudah 4 menit berlalu, tak ada reaksi apapun. Dengan santainya Eza berjalan meninggalkan Ve tanpa sepatah katapun.
Ve merasa sakit. Kecewa. Dirinya seperti tak di hargai. Tapi ia sadar ini balasan yg pantas untuknya.
Air mara Ve mulai berjatuhan, ia melangkahkan kakinya dengan gontai. Saat akan menyeka air matanya. Bahu Ve tersenggol dari belakang dan....
*Brugh*
"Frieska". Ucap Ve pelan yg jatuh terduduk kemudian bangkit berdiri.
Frieska, gadis itu sampai sekarang masih memendam amarahnya terhadap Ve.
Ve pun resah dan gelisah memikirkan keadaan ini.
Frieska memandang sinis Ve dari bawah ke atas, lalu mendekatkan bibir seksinya ke telinga kiri Ve.
"Kalo jalan yg bener!!!". Teriak Frieska keras.
Membuat Ve terperanjat kaget dan merasakan sakit di telingannya.
"Fries, sebenarnya mau loe apa?!"
"Gue dah jelasin semuanya"
"Demi Tuhan! Sms waktu itu bukan gue yg ngirim"
"Loe gak bisa seenaknya nuduh gue hanya karena itu terkirim dari Hp gue"
"Itu namanya gak adil buat gue, tapi adil buat pelakunya!".
Ve meluapkan isi hatinya, nafasnya terengah-engah dan air matanya mulai mengalir deras.
"Gue capek Fries, kalo harus nampung kemarahan loe yg seharusnya gak gue tampung"
"Loe harus percaya gue, Fries...pleasee
"Mana buktinya!!?"
"Gak usah banyak ngomong deh loe!"
"Kalo emang terbukti bukan loe pelakunya, gue baru mau berubah sikap!!!". Bentak Frieska yg langsung berlalu pergi meninggalkan sang bidadari.
Ve benar2 tak tau harus gimana lagi. Ia ingin mencoba melepas semua bebannya. Akhirnya Ve memutuskan untuk menyusul Shania ke kantin.
Namun, langkahnya terhenti saat melihat Boby sedang duduk di bangku panjang dekat lapangan basket.
"Boby....". Ve menghampiri cowok imut berlesung pipit itu dan duduk di sebelahnya.
"Ehm... Bob, loe dah baikan sama Shania?". Ucap Ve hati2.
"Belum". Ketus Boby.
"Emmm sebenarnya ini semua salah gue"
"Loe gak seharusnya marah sama Shania".
Ve berusaha mencari alasan untuk membela kembarannya.
"Maksud loe apa?!"
"Ah, emm jadi begini..."
"Shania bilang sama gue kalo dia mau tidur dulu sebentar dan minta di bangunin jam setengah 6 soalnya kata Shania loe mau ngajak malmingan"
"Tapi ternyata...emmm
Ve memberi alasan semasuk akal mungkin.
"Masa sih?!". Ragu Boby.
Ve mengangguk pelan sambil menelan ludah. Dalam hati Ve berdoa semoga Boby percaya dengan alasannya.
"Tapi kenapa loe kemarin gak bilang!". Kesal Boby.
"Oh, iya... emmm... waktu loe kemarin pulang , gue... gue baru baru sadar kalo gue dah di pesenin Shania buat bangunin dia"
"Gue benar2 lupa...". Ucap Ve menundukkan kepala.
"Tapi kemarin malam pas Shania nelpon gue, dia bilang tidur kebablasan... gue jadi bingung?!"
"Sebenarnya gimana sih, Ve?"
Ve sempat bingung mau cari alasan apa lagi. Dan akhirnya...
"Yaaa karena gue, gara2 gue Shania jadi kebablasan"
"Coba kalo gue bangunin Shania sebelum loe dateng"
"Pasti kalian jadi nonton bareng kan?"
"So....gue benar2 minta maaf ya Bob".
Boby menggeleng.
"Udahlah, gak papa kok. Tapi bener kan?!"
"Ya...iyalah!! Pokoknya loe percaya deh sama gue"
"Loe gak seharusnya benci sama Shania, karena kesalahan gue"
"Gue tau loe sayang banget sama Shania, begitupun sebaliknya"
"Jadi.... gue harap loe baikan sama Shania, oke!". Ujar Ve dengan senyuman termanisnya.
Tanpa mereka sadari, ada seseorang yg sedang duduk di pinggir lapangan membelakangi mereka. Orang itu cukup mendengar semua yg mereka bicarakan.
To be continued
2 komentar:
owh my oshi mpriis galak bner, ntar klo bandung di terpa badai baru tw rasa hehehehe
nah lho?? panggilin teteh aja dek...:)
Posting Komentar