Senin, 09 Februari 2015

DUAL PERSONALITY ( Bagian I )





Cinta ini membodohkan aku, merusak akal sehatku.
Andai engkau tak di sisi,mati rasa hasratku.
Love you more, Mr.Q..

Senyum-senyum malu terlukis di wajahku seketika ku ukir tulisan indah itu dalam buku diaryku. Aku menyukai seorang cowok, namun diri ini tak mampu untuk mengungkapkannya. Menjadi pengagum rahasianya pun sudah cukup membuatku bahagia. Oia, perkenalkan namaku Jessica Veranda biasa dipanggil Ve. Eits. aku bukan si  ‘Badai Gebetan Nasional’ salah satu member idol grup terkenal, JKT48 yang mempunyai paras cantik menawan. Bertolak dari dia, aku hanya seorang cewek berkacamata tebal yang selalu mendapat BULLY-an dari teman-teman sekelas. Entah kenapa aku selalu mendapat perlakuan tidak enak, apa karena aku BERBEDA dengan mereka yang terlihat SEMPURNA di mata pria? Aku tak tau...

---

-Auhor-

“Hey CUPU, loe uda ngerjain tugas FISIKA gue belum?” tanya seorang siswi  bernama ‘Dhike’ kepada seorang siswi berkacamata tebal, Ve. Namun Ve yang asyik menulis diarynya, tak mendengar pertanyaan yang Dhike lontarkan. Sontak hal ini membuat Dhike geram dan menghampiri meja Ve, seketika itu pula dia menggebrak meja Ve, ‘Brkkk..!!'
“Loe BUDEG atau TULI sih? Ditanya nggak ngejawab?” bentak Dhike.
“Maaf Key, aku nggak denger. SUMPAH” jawab Ve ketakutan sembari menutup buku diarynya dan menyembunyikannya dibalik punggungnya.
“Buku apa itu?” tanya Dhike saat melihat gelagat Ve yang aneh.
“Bu..bukan Bu..ku apa-apa kok Key, nggak penting banget buat kamu kok” jawab Ve terbata-bata, dia takut kalau Dhike mengetahui isi buku diary itu, karena di dalamnya tersimpan sebuah rahasia yang sangat besar. Ve menyukai gebetan Dhike, Kiky.  
“Kasih liat gue nggak...!!” perintah Dhike memaksa, namun Ve tetap kekeh tidak memberikannya, “Nggak..!!” Dhike pun merebutnya kasar. “Key, aku mohon kembalikan buku itu” rengek Ve memohon.
“Sepenting apa sih buku ini??” Gumam Dhike membuka lembar demi lembar, dan melihat sebuat goresan pena berisi sebuah curahan perasaan Ve. “Cinta ini membodohkan aku , ...” Dhike membaca dengan lantang isi diary itu, membuat Ve tertunduk malu, “Ahaha, ternyata selain loe jago ngitung, loe jago buat kalimat puitis yah?” ujar Dhike sambil menepuk-nepuk pundak Ve, sedangkan Ve hanya tersenyum kecut. Dhike melanjutan membaca buku itu, dia kaget ketika melihat tulisan 'Love you More, Mr. Q'
“Mr. Q?? Jangan bilang kalau Mr. Q ini ....” ucap Dhike dengan tatapan mata tajam ke arah Ve membuat Ve tak berani menatapnya. Dhike menjinjing kerah baju Ve, “Siapa Mr. Q ini, Ve???” tanyanya dengan nada membentak. Ve makin takut, “Bu....bu..kan, Kiky kok Key”
“Yakin loe?” tatapan Dhike makin tajam, Ve hanya menganggukan kepala. Perlahan Dhike melepaskan tangannya dari kerah baju Ve, Ve pun sedikit bernafas lega.
“Kali ini gue percaya, tapi kalau bener loe suka dengan Kiky, gue akan ngelakuin hal yang lebih parah dari ini” ancam Dhike yang seketika itu langsung pergi. Sementara Ve terduduk di kursinya, menelan ludah mengingat kata-kata terakhir Dhike. ‘BODOH. Harusnya aku nggak seceroboh tadi, kalau Dhike berbuat nekat bagaimana? Ya Tuhan, apa aku salah mempunyai perasaan ini?’

---

Sesampainya di rumah, Ve berjalan lunglai menapaki tiap anak tangga menuju kamar adiknya yang telah tiada, Jeje. ‘Ceklek’ Ve membuka pintu kamar Jeje, memandangi tiap sudut kamar Jeje yang terlihat masih sangat rapi, masih pula ia merasakan aura Jeje di kamar itu. Tak ayal, ketika dia kangen dengan adiknya, dia memilih untuk berdiam sejenak di tempat ini.
Di depan sebuah cermin duduk terpajang foto Ve bersama Jeje. Ve pun mengambilnya dan memeluknya erat. “Kakak kangen sama kamu, Je. Andai kakak seberani kamu, kakak akan memperjuangkan cinta kakak. Nggak takut dan pasrah dengan keadaan ini” ucap  Ve lirih. Tiba-tiba sesosok wanita remaja berjubah putih berparas cantik dan mempunyai kemiripan dengan Ve namun tak berkacamata, terlihat dalam cermin itu. ‘Astaga Jeje??’ Ve kaget dan langsung menengok ke belakang, namun sosok itu ternyata tidak ada, tiba-tiba saja menghilang dan meninggalkan sebuah liontin hati. ‘liontin hati?? Bukannya ini milik almh. Mama? Maksudnya apa?’ tanya batinnya sembari memungut liontin itu dengan wajah yang masih teramat bingung.

---

Malam kian larut, Ve mencoba memejamkan matanya dan tak butuh waktu lama Ve masuk dalam alam bawah sadarnya. Dia berada dalam suatu pemandangan yang serba putih, dia melihat dua sosok wanita yang tak asing, dia mendekatinya perlahan dan memanggilnya “Mama?? Jeje??” Mereka pun menoleh ke arah Ve memberikan senyumannya. Ve berlari menghampirinya dan memeluk mereka erat. “Mama, Jeje. Jangan tinggalin Ve. Ve ingin ikut dengan kalian” ucap Ve dalam pelukannya.
“Veranda sayang, belum saatnya kamu bersama Mama dan Jeje, Nak. Masih banyak sesuatu yang perlu kamu lakukan di dunia ini” Jelas Mama.
“Tapi, Ma. Ve sudah nggak sanggup hidup di dunia ini. Satu-satunya orang yang membuat Ve bertahan hidup di dunia ini, nggak pernah menganggap Ve ada”
“Kak Ve aneh. Emang kakak sudah pernah menyatakan cinta kakak ke Kiky?” Goda Jeje.
“Belum sih Je, lebih tepatnya belum berani”
Come on lah kak..!!! Jangan takut. Jeje yakin, Kiky juga punya perasaan yang sama kok”
“Ah. Sok tau kamu. Andai itu benar, kakak tetep nggak bisa memiliki Kiky”
“Hanya karena Dhike, kakak menjadi pasrah seperti ini?” Ve mengangguk.
“Sayang, kamu nggak perlu merasa takut dengan siapa pun. Mama dan Jeje akan selalu menjaga dan membantumu. Ambil liontin ini” ucap Mama sembari memberikan liontin hati. “Liontin, Ma? Untuk apa??” tanya Ve bingung.
“Pakailah. Jika kau merasakan ketakutan atau ada sesuatu yang mengancam nyawamu, genggam erat liontin ini, pejamkan mata rasakan kehadiran Mama dan Jeje. Kita akan membuatmu kuat” Petuah sang Mama.
“Ya udah Nak, waktumu disini sudah hampir habis. Kembalilah ke duniamu” Mama melepaskan pelukannya.
“Tapi Ve masih kangen sama Mama dan Jeje”
“Ma...!!!”  Mama dan Jeje menghilang.

---

“Mama, Jeje..!!” teriak Ve yang terbangun dari mimpi panjangnya. Ve yang ternyata masih menggenggam liontin itu, langsung melakukan petuah dari Mamanya. Dia mengalungkan liontin itu ke lehernya.
.
.
Tak sadar jam sudah hampir menunjukan jam 06.30, Ve cepat-cepat bersiap diri untuk berangkat sekolah.

Tepat pukul 07.00 Ve sampai di depan gerbang yang hampir ditutup, dengan gesit Ve menerobosnya. Tak peduli satpam itu berteriak-teriak memanggil namanya, Ve tetap berlari agar tak terlambat masuk kelas.

Tiba-tiba...

‘Brukkk’ Ve menabrak sosok cowok yang ia kagumi, namun dia tak menyadarinya.

“Maaf, aku buru-buru” ucap Ve sekenanya. Liontin itu terjatuh, ketika Ve mau mengambilnya ternyata cowok itu juga mau mengambilkannya untuk Ve. Tak sengaja tangannya menggenggam tangan Ve dan mata mereka saling bertemu, bertatapan agak lama. ‘Deg...deg...deg’ detak jantung Ve tak karuan saat menyadari bahwa cowok dihadapannya adalah Kiky. Mereka seolah terjebak dalam pandangan itu,, sampe suatu suara mengagetkan mereka, “Ehem, enak nih yang pegangan tangan sambil bertatap-tatapan” Kiky langsung menjadi salah tingkah dan melepaskan gengamannya. Sementara Ve langsung menoleh ke arah itu, ‘Dhike? Mampuslah aku hari ini. Ya Tuhan, apakah hari ini akhir dari hidupku??’ucap batin Ve, Dhike memandangi Ve dengan tatapan penuh emosi.

---

Di dalam toilet sekolah, Dhike bersama Sendy merencanakan untuk mencelakakan Ve. Ve terlebih dahulu masuk ke toilet itu hanya untuk sekedar mencuci tangan. Awalnya dia tidak merasa ada keganjalan, sampai tiba-tiba masuk dua orang cewek, Dhike dan Sendy yang kemudian menutup toilet itu. “Dhike??” Ve mendadak ketakutan. “Sen, loe pegangin dia” perintah Dhike kepada Sendy, dan Sendy pun langsung memegangi Ve, “Sen, aku mohon lepasin aku” ucap Ve memberontak, Dhike makin mendekatinya membuat Ve makin ketakutan, “Key, sumpah demi TUHAN, aku nggak suka dengan Kiky”
‘Plak’ Dhike menampar pipi Ve hingga sudut bibirnya berdarah.
“Bulshit loe...!!” bentak Dhike kemudian.
“Emangnya aku salah punya perasaan ini?” tanya Ve menangis.
“Sen, lepasin dia, Gue sendiri yang akan menghabisi dia” perintah Dhike kembali. “Loe berani bermain api sama gue, Ve. Gue uda memperingatkan ini sebelumnya sama loe. Sekarang nyawa loe di tangan gue” ucap Dhike dengan nada keras sambil mencekik leher Ve. ‘Uhuk-uhuk’ Ve terbatuk-batuk nafasnya tersendat. Ve teringat akan perkataan Mamanya semalam, dia menggenggam erat liontin itu  dan mencoba merasakan aura Mama dan Jeje. Tiba-tiba ada arwah Mama dan Jeje bersatu masuk ke tubuh Ve memberi kekuatan. Seketika itu, Ve mampu melepaskan cekikan tangan Dhike dan mendorong Dhike sampai terjatuh. “Aw. kok tiba-tiba dia sekuat ini?” Dhike bingung. Dhike bangkit kemudian mengeluarkan sebilah pisau dan diulurkan tepat ke tubuh Ve. Namun Ve mampu menangkis dan merebut pisau itu. Ve yang berbalik mengancam Dhike, diarahkan pisau itu tepat di depan wajah Dhike. Kini Dhike yang ketakutan, nyawanya sekarang berada di tangan Ve. Dhike mencoba berjalan melangkah ke belakang menghindari itu, sampai mentok pojok dinding, dia tak mampu menghindarinya lagi. Ve siap-siap menancapkan pisau itu pada wajah Dhike, namun Ve yang tengah sadar bahwa dirinya dirasuki arwah Mama dan adiknya, mencoba menghentikan dirinya sendiri yang akan mencelakakan Dhike, “Mama, Jeje, keluarlah dari tubuhku, aku nggak mau seperti ini”
‘Jlep’ pisau itu tertusuk ke tembok tepat disebelah kiri kepala Dhike. Yah...meleset, arwah Mama dan Jeje telah keluar dari tubuh Ve, Ve mampu membelokan tangannya itu, dan akhirnya tidak mengenai Dhike. Ve pun terjatuh tak sadarkan diri. Sedangkan Dhike mendadak keringat dingin, langsung terduduk lemah mengalami kejadian siang ini yang hampir saja mati ditangan Ve.

---   

Dalam suatu persidangan, jaksa menuntut Ve tiga tahun penjara karena telah mencoba melakukan tindak kriminalitas yang hampir saja mencelakakan nyawa seseorang. Namun berdasarkan saksi kunci Sendy, Ve diringankan tuntutannya. Ve dikirim ke sebuah panti rehabilitasi penyandang penyakit kepribadian ganda. “Sejak kapan anda merasakan ada seseorang lain dalam tubuh anda dan anda menjadi seseorang itu” tanya Dokter kepada pasien barunya, Ve. Ve pun hanya menggeleng kepalanya pertanda tidak tau. “Anda perlu pengobatan satu bulan di panti ini” ucap dokter itu, lagi-lagi Ve hanya mengangguk.
.
.

Tak di sangka, semenjak pertemuannya dengan Ve, Kiky mempunyai perasaan kepada Ve. Dia merasa iba melihat keadaan Ve, dia mencari tau alasan Ve seperti itu. dan ia pun mendapatkan jawabannya setelah membaca buku diary Ve, itu makin mempertegas bahwa Ve bukanlah psikopat atau sejenisnya, dia hanya tertekan dalam sebuah keadaan dan ia berusaha menjadi orang lain, tak ingin terus terbelenggu dalam itu. Tiap hari, Kiky menjenguk Ve memberikan perhatiannya, berharap Ve sembuh menjadi pribadinya yang tunggal.

“Sebenarnya kamu cantik banget tau, Ve” gombal Kiky. Ve hanya tersenyum. Kiky mencoba melepaskan kacamata yang Ve kenakan, “Ini nih pacar Kiky yang paling cantik” sambil memberikan cermin kecil kepada Ve, namun “Aaaa....!!!” teriak Ve, “Ki, dia..!!! Aku nggak mau menjadi dia. Jauhkan dia dari sini..!!” ucap Ve melemparkan cermin itu, seketika itu pula Kiky memeluk Ve guna menenangkannya, “Tenang Ve, dia nggak ada di sini, itu cuma ilusi kamu aja. Jangan takut ada aku yang selalu di sampingmu yang menerima keadaanmu. Aku mencintaimu”. Dua kata terakhir yang Kiky lontarkan, mampu memberikan kekuatan untuk Ve agar bisa sembuh dari penyakit psikologisnya. Ve yakin tanpa menjadi sosok pemberani, ia mampu mendapatkan cinta yang ia harapkan dari dulu.

-The End-


Cerpen ini terinspirasi horror Korea “A Tale of Two Sister” kombinasi film Indonesia “panggil namaku 3 kali” plus ide dari aku. Thanks for ( Sampe ke Ujung Dunia_Dirly ) buat liriknya.

Writer  : Hanifah Argubie
Twitter : @HanBie_48



Tidak ada komentar: