Cinta
ini membodohkan aku, merusak akal sehatku.
Andai
engkau tak di sisi,mati rasa hasratku.
Love
you more, Mr.Q..
Senyum-senyum malu terlukis di wajahku
seketika ku ukir tulisan indah itu dalam buku diaryku. Aku menyukai seorang
cowok, namun diri ini tak mampu untuk mengungkapkannya. Menjadi pengagum
rahasianya pun sudah cukup membuatku bahagia. Oia, perkenalkan namaku Jessica
Veranda biasa dipanggil Ve. Eits. aku bukan si
‘Badai Gebetan Nasional’
salah satu member idol grup terkenal, JKT48 yang mempunyai paras cantik menawan.
Bertolak dari dia, aku hanya seorang cewek berkacamata tebal yang selalu
mendapat BULLY-an dari teman-teman sekelas. Entah kenapa aku selalu mendapat
perlakuan tidak enak, apa karena aku BERBEDA dengan mereka yang terlihat
SEMPURNA di mata pria? Aku tak tau...
---
-Auhor-
“Hey CUPU, loe uda ngerjain tugas FISIKA
gue belum?” tanya seorang siswi bernama
‘Dhike’ kepada seorang siswi berkacamata tebal, Ve. Namun Ve yang asyik menulis
diarynya, tak mendengar pertanyaan yang Dhike lontarkan. Sontak hal ini membuat Dhike geram dan menghampiri meja Ve,
seketika itu pula dia menggebrak meja Ve, ‘Brkkk..!!'
“Loe BUDEG atau TULI sih? Ditanya nggak
ngejawab?” bentak Dhike.
“Maaf Key, aku nggak denger. SUMPAH”
jawab Ve ketakutan sembari menutup buku diarynya dan menyembunyikannya dibalik
punggungnya.
“Buku apa itu?” tanya Dhike saat melihat
gelagat Ve yang aneh.
“Bu..bukan Bu..ku apa-apa kok Key, nggak
penting banget buat kamu kok” jawab Ve terbata-bata, dia takut kalau Dhike
mengetahui isi buku diary itu, karena di dalamnya tersimpan sebuah rahasia yang
sangat besar. Ve menyukai gebetan Dhike, Kiky.
“Kasih liat gue nggak...!!” perintah Dhike
memaksa, namun Ve tetap kekeh tidak memberikannya, “Nggak..!!” Dhike pun merebutnya
kasar. “Key, aku mohon kembalikan buku itu” rengek Ve memohon.
“Sepenting apa sih buku ini??” Gumam
Dhike membuka lembar demi lembar, dan melihat sebuat goresan pena berisi sebuah
curahan perasaan Ve. “Cinta ini membodohkan
aku , ...” Dhike membaca dengan lantang isi diary itu, membuat Ve tertunduk
malu, “Ahaha, ternyata selain loe jago ngitung, loe jago buat kalimat puitis
yah?” ujar Dhike sambil menepuk-nepuk pundak Ve, sedangkan Ve hanya tersenyum
kecut. Dhike melanjutan membaca buku itu, dia kaget ketika melihat tulisan 'Love you More, Mr. Q'
“Mr. Q?? Jangan bilang kalau Mr. Q ini
....” ucap Dhike dengan tatapan mata tajam ke arah Ve membuat Ve tak berani
menatapnya. Dhike menjinjing kerah baju Ve, “Siapa Mr. Q ini, Ve???” tanyanya
dengan nada membentak. Ve makin takut, “Bu....bu..kan, Kiky kok Key”
“Yakin loe?” tatapan Dhike makin tajam, Ve
hanya menganggukan kepala. Perlahan Dhike melepaskan tangannya dari kerah baju Ve,
Ve pun sedikit bernafas lega.
“Kali ini gue percaya, tapi kalau bener
loe suka dengan Kiky, gue akan ngelakuin hal yang lebih parah dari ini” ancam Dhike
yang seketika itu langsung pergi. Sementara Ve terduduk di kursinya, menelan
ludah mengingat kata-kata terakhir Dhike. ‘BODOH. Harusnya aku nggak seceroboh
tadi, kalau Dhike berbuat nekat bagaimana? Ya Tuhan, apa aku salah mempunyai
perasaan ini?’
---
Sesampainya di rumah, Ve berjalan lunglai
menapaki tiap anak tangga menuju kamar adiknya yang telah tiada, Jeje. ‘Ceklek’
Ve membuka pintu kamar Jeje, memandangi tiap sudut kamar Jeje yang terlihat
masih sangat rapi, masih pula ia merasakan aura Jeje di kamar itu. Tak ayal, ketika
dia kangen dengan adiknya, dia memilih untuk berdiam sejenak di tempat ini.
Di depan sebuah cermin duduk terpajang
foto Ve bersama Jeje. Ve pun mengambilnya dan memeluknya erat. “Kakak kangen
sama kamu, Je. Andai kakak seberani kamu, kakak akan memperjuangkan cinta
kakak. Nggak takut dan pasrah dengan keadaan ini” ucap Ve lirih. Tiba-tiba sesosok wanita remaja
berjubah putih berparas cantik dan mempunyai kemiripan dengan Ve namun tak
berkacamata, terlihat dalam cermin itu. ‘Astaga Jeje??’ Ve kaget dan langsung
menengok ke belakang, namun sosok itu ternyata tidak ada, tiba-tiba saja
menghilang dan meninggalkan sebuah liontin hati. ‘liontin hati?? Bukannya ini
milik almh. Mama? Maksudnya apa?’ tanya batinnya sembari memungut liontin itu
dengan wajah yang masih teramat bingung.
---
Malam kian larut, Ve mencoba memejamkan
matanya dan tak butuh waktu lama Ve masuk dalam alam bawah sadarnya. Dia berada
dalam suatu pemandangan yang serba putih, dia melihat dua sosok wanita yang tak
asing, dia mendekatinya perlahan dan memanggilnya “Mama?? Jeje??” Mereka pun
menoleh ke arah Ve memberikan senyumannya. Ve berlari menghampirinya dan
memeluk mereka erat. “Mama, Jeje. Jangan tinggalin Ve. Ve ingin ikut dengan
kalian” ucap Ve dalam pelukannya.
“Veranda sayang, belum saatnya kamu
bersama Mama dan Jeje, Nak. Masih banyak sesuatu yang perlu kamu lakukan di
dunia ini” Jelas Mama.
“Tapi, Ma. Ve sudah nggak sanggup hidup
di dunia ini. Satu-satunya orang yang membuat Ve bertahan hidup di dunia ini,
nggak pernah menganggap Ve ada”
“Kak Ve aneh. Emang kakak sudah pernah
menyatakan cinta kakak ke Kiky?” Goda Jeje.
“Belum sih Je, lebih tepatnya belum
berani”
“Come on lah kak..!!! Jangan takut. Jeje
yakin, Kiky juga punya perasaan yang sama kok”
“Ah. Sok tau kamu. Andai itu benar,
kakak tetep nggak bisa memiliki Kiky”
“Hanya karena Dhike, kakak menjadi pasrah
seperti ini?” Ve mengangguk.
“Sayang, kamu nggak perlu merasa takut
dengan siapa pun. Mama dan Jeje akan selalu menjaga dan membantumu. Ambil
liontin ini” ucap Mama sembari memberikan liontin hati. “Liontin, Ma? Untuk apa??”
tanya Ve bingung.
“Pakailah. Jika kau merasakan ketakutan
atau ada sesuatu yang mengancam nyawamu, genggam erat liontin ini, pejamkan
mata rasakan kehadiran Mama dan Jeje. Kita akan membuatmu kuat” Petuah sang Mama.
“Ya udah Nak, waktumu disini sudah hampir
habis. Kembalilah ke duniamu” Mama melepaskan pelukannya.
“Tapi Ve masih kangen sama Mama dan Jeje”
“Ma...!!!” Mama dan Jeje menghilang.
---
“Mama, Jeje..!!” teriak Ve yang
terbangun dari mimpi panjangnya. Ve yang ternyata masih menggenggam liontin itu,
langsung melakukan petuah dari Mamanya. Dia mengalungkan liontin itu ke
lehernya.
.
.
Tak sadar jam sudah hampir menunjukan
jam 06.30, Ve cepat-cepat bersiap diri untuk berangkat sekolah.
Tepat pukul 07.00 Ve sampai di depan gerbang
yang hampir ditutup, dengan gesit Ve menerobosnya. Tak peduli satpam itu
berteriak-teriak memanggil namanya, Ve tetap berlari agar tak terlambat masuk
kelas.
Tiba-tiba...
‘Brukkk’ Ve menabrak sosok cowok yang ia
kagumi, namun dia tak menyadarinya.
“Maaf, aku buru-buru” ucap Ve sekenanya.
Liontin itu terjatuh, ketika Ve mau mengambilnya ternyata cowok itu juga mau
mengambilkannya untuk Ve. Tak sengaja tangannya menggenggam tangan Ve dan mata
mereka saling bertemu, bertatapan agak lama. ‘Deg...deg...deg’ detak jantung Ve
tak karuan saat menyadari bahwa cowok dihadapannya adalah Kiky. Mereka seolah
terjebak dalam pandangan itu,, sampe suatu suara mengagetkan mereka, “Ehem,
enak nih yang pegangan tangan sambil bertatap-tatapan” Kiky langsung menjadi
salah tingkah dan melepaskan gengamannya. Sementara Ve langsung menoleh ke arah
itu, ‘Dhike? Mampuslah aku hari ini. Ya Tuhan, apakah hari ini akhir dari
hidupku??’ucap batin Ve, Dhike memandangi Ve dengan tatapan penuh emosi.
---
Di dalam toilet sekolah, Dhike bersama Sendy
merencanakan untuk mencelakakan Ve. Ve terlebih dahulu masuk ke toilet itu
hanya untuk sekedar mencuci tangan. Awalnya dia tidak merasa ada keganjalan,
sampai tiba-tiba masuk dua orang cewek, Dhike dan Sendy yang kemudian menutup
toilet itu. “Dhike??” Ve mendadak ketakutan. “Sen, loe pegangin dia” perintah Dhike
kepada Sendy, dan Sendy pun langsung memegangi Ve, “Sen, aku mohon lepasin aku”
ucap Ve memberontak, Dhike makin mendekatinya membuat Ve makin ketakutan, “Key,
sumpah demi TUHAN, aku nggak suka dengan Kiky”
‘Plak’ Dhike menampar pipi Ve hingga sudut
bibirnya berdarah.
“Bulshit loe...!!” bentak Dhike
kemudian.
“Emangnya aku salah punya perasaan ini?”
tanya Ve menangis.
“Sen, lepasin dia, Gue sendiri yang
akan menghabisi dia” perintah Dhike kembali. “Loe berani bermain api sama gue,
Ve. Gue uda memperingatkan ini sebelumnya sama loe. Sekarang nyawa loe di
tangan gue” ucap Dhike dengan nada keras sambil mencekik leher Ve. ‘Uhuk-uhuk’ Ve
terbatuk-batuk nafasnya tersendat. Ve teringat akan perkataan Mamanya semalam,
dia menggenggam erat liontin itu dan
mencoba merasakan aura Mama dan Jeje. Tiba-tiba ada arwah Mama dan Jeje bersatu
masuk ke tubuh Ve memberi kekuatan. Seketika itu, Ve mampu melepaskan cekikan
tangan Dhike dan mendorong Dhike sampai terjatuh. “Aw. kok tiba-tiba dia sekuat
ini?” Dhike bingung. Dhike bangkit kemudian mengeluarkan sebilah pisau dan
diulurkan tepat ke tubuh Ve. Namun Ve mampu menangkis dan merebut pisau itu. Ve
yang berbalik mengancam Dhike, diarahkan pisau itu tepat di depan wajah Dhike. Kini Dhike yang
ketakutan, nyawanya sekarang berada di tangan Ve. Dhike mencoba berjalan
melangkah ke belakang menghindari itu, sampai mentok pojok dinding, dia tak
mampu menghindarinya lagi. Ve siap-siap menancapkan pisau itu pada wajah Dhike,
namun Ve yang tengah sadar bahwa dirinya dirasuki arwah Mama dan adiknya,
mencoba menghentikan dirinya sendiri yang akan mencelakakan Dhike, “Mama, Jeje,
keluarlah dari tubuhku, aku nggak mau seperti ini”
‘Jlep’ pisau itu tertusuk ke tembok
tepat disebelah kiri kepala Dhike. Yah...meleset, arwah Mama dan Jeje telah
keluar dari tubuh Ve, Ve mampu membelokan tangannya itu, dan akhirnya tidak
mengenai Dhike. Ve pun terjatuh tak sadarkan diri. Sedangkan Dhike mendadak
keringat dingin, langsung terduduk lemah mengalami kejadian siang ini yang hampir saja mati ditangan Ve.
---
Dalam suatu persidangan, jaksa menuntut Ve
tiga tahun penjara karena telah mencoba melakukan tindak kriminalitas yang
hampir saja mencelakakan nyawa seseorang. Namun berdasarkan saksi kunci Sendy, Ve
diringankan tuntutannya. Ve dikirim ke sebuah panti rehabilitasi penyandang
penyakit kepribadian ganda. “Sejak kapan anda merasakan ada seseorang lain
dalam tubuh anda dan anda menjadi seseorang itu” tanya Dokter kepada pasien
barunya, Ve. Ve pun hanya menggeleng kepalanya pertanda tidak tau. “Anda perlu
pengobatan satu bulan di panti ini” ucap dokter itu, lagi-lagi Ve hanya
mengangguk.
.
.
Tak di sangka, semenjak pertemuannya
dengan Ve, Kiky mempunyai perasaan kepada Ve. Dia merasa iba melihat keadaan Ve,
dia mencari tau alasan Ve seperti itu. dan ia pun mendapatkan jawabannya
setelah membaca buku diary Ve, itu makin mempertegas bahwa Ve bukanlah psikopat
atau sejenisnya, dia hanya tertekan dalam sebuah keadaan dan ia berusaha
menjadi orang lain, tak ingin terus terbelenggu dalam itu. Tiap hari, Kiky
menjenguk Ve memberikan perhatiannya, berharap Ve sembuh menjadi pribadinya
yang tunggal.
“Sebenarnya kamu cantik banget tau, Ve”
gombal Kiky. Ve hanya tersenyum. Kiky mencoba melepaskan kacamata yang Ve
kenakan, “Ini nih pacar Kiky yang paling cantik” sambil memberikan cermin kecil
kepada Ve, namun “Aaaa....!!!” teriak Ve, “Ki, dia..!!! Aku nggak mau menjadi
dia. Jauhkan dia dari sini..!!” ucap Ve melemparkan cermin itu, seketika itu
pula Kiky memeluk Ve guna menenangkannya, “Tenang Ve, dia nggak ada di sini, itu cuma
ilusi kamu aja. Jangan takut ada aku yang selalu di sampingmu yang menerima
keadaanmu. Aku mencintaimu”. Dua kata terakhir yang Kiky lontarkan, mampu
memberikan kekuatan untuk Ve agar bisa sembuh dari penyakit psikologisnya. Ve
yakin tanpa menjadi sosok pemberani, ia mampu mendapatkan cinta yang ia
harapkan dari dulu.
-The End-
Cerpen ini terinspirasi horror Korea “A
Tale of Two Sister” kombinasi film Indonesia “panggil namaku 3 kali” plus ide
dari aku. Thanks for ( Sampe ke Ujung Dunia_Dirly ) buat liriknya.
Writer : Hanifah
Argubie
Twitter : @HanBie_48
Tidak ada komentar:
Posting Komentar