Senin, 09 Februari 2015

DUAL PERSONALITY ( Bagian II )





Aku tak percaya lagi dengan apa yang kau beri
aku terdampar disini tersudut menunggu mati
aku tak percaya lagi akan guna matahari
yang dulu mampu terangi sudut gelap hati ini

Aku berhenti berharap dan menunggu datang gelap
sampai nanti suatu saat tak ada cinta yang ku dapat.
Kenapa ada derita bila bahagia tercipta?
Kenapa ada sang hitam bila putih menyenangkan?

Sebulan setelah Ve keluar dari panti rehabilitasi, dia kembali ke bangku sekolah. Seperti layaknya orang pacaran, Kiky tak sungkan untuk menjemput Ve untuk berangkat sekolah bersama. Hari ini adalah hari pertama Ve menginjakan kakinya di sekolah, namun ada perasaan aneh, semua pasang mata tertuju padanya yang berjalan bebarengan dengan Kiky. Bisik-bisik yang menanyakan bagaimana bisa seorang Ve yang terkenal di sekolahnya sebagai cewek cupu mampu menaklukan hati Kiky seorang cowok populer? Bukannya Ve juga pernah hampir terkena kasus kriminalitas? Apakah Ve sudah sembuh? Pertanyaan-pertanyaan inilah tak ayal membuat Ve agak bingung dengan pribadinya, dengan apa yang sebenarnya terjadi kepadanya sebelum ini, dia benar-benar lupa.

“Ki, apa yang sebenarnya terjadi padaku? Kenapa mereka bertanya seperti itu?” tanya Ve tiba-tiba kepada Kiky.
“Kamu nggak perlu mendengarkan ocehan-ocehan orang tentang kamu ataupun kita. Yang perlu kamu tau aku akan selalu di sampingmu. Yakini itu, Ve. Udah sekarang kamu masuk kelas dulu, kalau ada apa-apa cepat SMS aku. Ok?” jawab Kiky dan Ve hanya mengangguk dan menuruti Kiky yang kemudian langsung masuk kelas.
.
.
Di kelas, Ve juga merasakan keanehan terjadi pada teman-teman kelasnya yang berubah menjadi baik kepadanya. “Silahkan duduk Miss Badai” ujar Sendy merapikan bangku Ve dan mempersilahkannya untuk duduk. Ve menatap teman-temannya termasuk Dhike, dari tatapannya seolah dia ingin bertanya ‘Sebenarnya apa yang terjadi padaku?’. Ve membuka tasnya dan mengambil sebuah buku bertuliskan “Fisika”, kemudian dia berjalan menghampiri Dhike. Dhike trauma dengan kejadian waktu itu, ‘apa yang akan loe lakukan Ve? Maafin gue atas kesalahan gue dulu’ ucapnya dalam hati, Dhike benar-benar merasa takut sampai-sampai dia memejamkan matanya ‘Ya Tuhan, tolonglah hamba’
“Ini bukumu” ucap Ve menyodorkan buku itu ke Dhike.
“Buku?” Dhike terkejut dan membuka matanya kembali.
“Iya, maaf kalau terlalu lama. Ini tugasmu. Maaf juga kalau tulisanku jelek nggak seperti biasanya. Tanganku tiba-tiba kaku untuk menulis” ucap Ve yang kemudian langsung kembali ke tempat duduknya. “Dia lupa? Aneh, kenapa dia malah mengingat kejadian sebelum dia hampir merenggut nyawa gue? Hmm...Gue bisa simpulkan kalau dia sudah menjadi Ve yang dulu” senyum licik kembali menghiasi wajah Dhike. Dhike membuka lembar demi lembar buku tugas itu, ternyata benar yang Ve kerjakan adalah tugas waktu itu. ‘Dasar CUPU, loe emang ditakdirkan buat gue manfaatin. Ehmm....kayaknya gue bisa tekan dia lagi, gue bisa suruh dia putus dengan Kiky dan gue bisa jadian sama Kiky deh’ pikir Dhike. Tiba-tiba...
“AAA.....!!!” teriak Dhike seketika melihat tulisan berdarah ‘Nyawa loe di tangan gue kalau loe berani ngrebut Kiky dari gue dan manfaatin kakak gue’ Dhike melemparkan buku itu, keringat bercucuran terlihat sekali dari wajahnya yang kembali ketakutan. “Loe kenapa, Key?” tanya Sendy.
“Buku itu Sen” Sendy mengambil buku itu, “Buku ini? Kenapa?” tanya Sendy menunjukan buku itu.
“Please jangan liatin ke gue”
“Sebenarnya, ada apa sih, Key?” Sendy makin bingung, kemudian membuka-buka buku itu. “Ini cuma tugas doang, Key? Apa yang loe takutkan?”
“Coba loe buka halaman sesudah itu?” perintah Dhike dan Sendy pun menurutinya.
“Nggak ada tulisan apa-apa kok, Key”
“Sumpah loe?” Dhike tak percaya.
“Loe bisa liat sendiri” Sendy memperlihatkan lembaran itu ke Dhike, “Kok nggak ada? Tapi, tadi ada tulisan berdarah disini, Sen. Sumpah gue nggak bohong”. Sendy meletakkan punggung tangannya ke jidat Dhike, “apa-apaan sih loe?”
“Loe kayaknya sakit deh, jadi ngigo gini. Gue antar ke UKS yah?”
“Nggak perlu, gue Ngga sakit, Sendy Ariani” Tolak Dhike
“Okeh, terserah loe aja deh” Sendy menyerah.

---

“Gimana hati pertama loe masuk sekolah lagi?” tanya Kiky kepada Ve di tengah perjalanan pulang ke rumah Ve.
“Kenapa semua jadi aneh gini ya, Ki?” Ve berbalik tanya.
“Ceritanya panjang, Ve. Nanti aku ceritain kalau kita sudah sampai di rumah” jawab Kiky yang masih fokus mengendarai mobil yaris putihnya.
.
.
Sesampainya di rumah..

“Masuk, Ki. Kamu duduk dulu yah, aku mau ke kamar dulu, mau ngambil sesuatu” Kiky duduk di ruang tamu, sementara Ve manaiki anak tangga ke kamarnya. Ketika dia melewati kamar Jeje, ada suara yang memanggil namanya dari dalam kamar itu, “Ve...Veranda...” langkah Ve terhenti, dia menempelkan daun telinganya tepat pada pintu kamar itu. Makin jelas panggilan itu, “Jeje, kamu di dalam??” tanya Ve yang langsung membuka pintu kamar Jeje, “Je...Jeje???” mata Ve menyusuri tiap sudut kamar Jeje namun Ve tak mendapati sosok Jeje. Dia terduduk di depan cermin, dia melihat buku agak lusuh berwarna coklat tua sepertinya itu buku diary Jeje. ‘fyuh...!!’ Ve membersihkan diary yang penuh debu itu, kemudian membukanya. Tiap lembaran buku itu terpasang foto seseorang mirip Kiky.

Love you, Ki. Aku tau cintamu bukan untukku.
Jika aku tak bisa memilikimu,
maka tak seorang pun juga berhak mendapat cintamu.
Mungkin ini saat yang tepat untuk mengakhiri hidupku yang sudah tak berarti lagi,
setidaknya di alam lain aku bisa bertemu dengan Mama dan Papa.
Kakakku, Veranda.
Aku yakin kamu lebih mampu menjalani kehidupanmu meski tanpa kita.
Karena disini kita akan selalu mengintai dan menjagamu

‘Astaga, Jadi Jeje meninggal karena ....’ Ve membungkam mulutnya rapat-rapat. Otaknya teringat akan kejadian beberapa bulan lalu.
.
.
‘Tok...tok...tok’ Ve mengetuk kamar Jeje namun tak ada sahutan, Ve pun memanggilnya. “Je, sudah waktunya makan, kamu nggak makan? Nanti kamu sakit lho” Namun tetap saja tak ada sahutan dari Jeje. Ve memainkan (?) gagang pintu, ternyata tak dikunci. Ve memberanikan diri memasukinya. Terlihat seorang wanita tergeletak dengan buih dimulutnya, dan obat tercecer di dekatnya. “Ya Ampun, Je?? Kamu kenapa?” Ve memeluk dan menepuk-nepuk pipi adiknya itu. “Je, bangun. Je...!!” Ve mencoba mencari denyut nadi di pergelangan tangan dan di lehernya. Namun denyut nadi Jeje sudah tak terasa. “Jeje...!!!!” Ve menangis sejadinya setelah mendapati bahwa adiknya telah meninggal.
.
.
“Ve kok lama banget yah? semoga tidak terjadi apa-apa dengan dia” Kiky mendadak gelisah.

Tiba-tiba...

‘Pyarrr’ terdengar suara pecahan kaca dari arah atas. Spontan membuat Kiky berlari menuju ke atas. Dilihatnya sebuah kamar tengah terbuka, dan ia pun memasukinya. Dia melihat Ve ketakutan sekali  sambil menunjuk-nunjuk cermin yang ia pecahkan, “Dasar pengkhianat, telah merebut Kiky dari aku”. Kiky datang dan langsung memeluknya, “Siapa yang pengkhianat, Ve?”
“Dia..!! Dia yang ada dalam cermin itu” cara bicara Ve mulai ngelantur lagi.
“Ve, tenangin diri kamu, di sana nggak ada siapa-siapa”
“Ve? Aku bukan Ve” Ve mendorong Kiky dengan kasar.
“Kamu Ve, bukan Jeje. Sadarkan diri kamu, Ve...”
“Kamu?? Kamu yang membuat aku bunuh diri” tatapan Ve menjadi berbeda.
‘Auuwww...’ kepala Ve mendadak pusing dan kemudian dia menjadi pingsan.
“Ya Tuhan, Ve. Kenapa kamu seperti ini lagi? Apa yang kamu pikirkan sebenarnya?” tanya Kiky sambil membopong tubuh Ve ke kamarnya. Di baringkannya di kasurnya. Dengan sabar Kiky menunggunya siuman.
‘Aku masih bingung kenapa kamu bilang aku yang membuat kamu bunuh diri? Apa benar Jeje meninggal karena bunuh diri?? Kenapa harus aku yang di salahkan, Ve??’ Mendadak memori otak Kiky di paksa menyusuri kejadian beberapa waktu silam saat ia menolak cinta Jeje.
.
.
“Ki, aku mau bilang sesuatu sama kamu” ujar Jeje kepada Kiky yang tengah asyik membaca buku. “Aku sibuk, Je” jawab Kiky cuek. “Sebentar aja, Please” ucap Jeje sedikit manja. “Apa?” tanya Kiky tanpa menoleh sedikitpun ke arah Jeje. “Jujur, sejak pertama kali aku melihat kamu, aku langsung mengagumimu”
“Lalu??” tanya Kiky yang ingin cepat-cepat mengakhiri pembicaraannya dengan Jeje. “Aku...ehmm....aku cinta sama kamu, Ky”
‘Uhuk-uhuk’ Kiky tersedak “kamu cinta sama aku?” tanya Kiky dan Jeje pun hanya mengangguk, “Maaf Je, aku nggak bisa. Aku mencintai orang lain”
“Siapa?” tanya Jeje dengan suara agak bergetar menahan tangisnya.
“Kamu sangat mengenalnya, tapi sayangnya aku belum berani berkenalan dengannya, apalagi menyatakan perasaanku padanya”
‘hhmmm’ Jeje mencoba untuk tetap tersenyum, “Nyatakan perasaanmu padanya sebelum dia dimiliki orang lain” ucap Jeje berusaha tegar. “Pasti, Je. tapi aku rasa ini belum saatnya untuk aku nyatakan perasaanku padanya”
“Ganbantte...!!” Jeje menyemangati Kiky walaupun hatinya sudah hancur berkeping-keping.
.
.
“Oh, My God. Jadi Jeje bunuh diri karena aku tolak cintanya? Aku harus meluruskan ini semua sebelum semuanya terlambat” ujar Kiky yang baru teringat masa lalunya.
“Enghhmmm...” Ve mulai sadar dari pingsannya.
“Jangan banyak gerak dulu, Ve. Kamu istirahat aja, sudah malam juga” Ucap Kiky yang bangkit dari duduknya. “Kamu mau kemana?” tanya Ve.
“Aku mau pulang, besok aku kesini lagi” jawab Kiky.
“Ky?” panggil Ve.
“Iyah, Ve. Ada apa??”
“Aku mau putus dari kamu”
“Putus?? Kamu nggak lagi ngigo kan Ve?” Ve menggelengkan kepalanya.
“Ya udah kita bicarakan ini besok aja. Mama sudah menyuruh aku pulang” dusta Kiky yang langsung meninggalkan Ve, sebelumnya dia mengecup kening Ve pertanda dia tidak mau putus dengan Ve.
‘Ya Tuhan, aku nggak mau putus dari dia yang begitu mencintaiku. Tapi apa daya, aku tak ingin rasa bersalah ini terus menghantuiku. Tolong aku Tuhan’ Doa Ve dalam hatinya.

---

Ve kembali memejamkan matanya, mengembalikannya ke dunia lain yang asing bagi dirinya. Lagi-lagi dia bertemu dengan adiknya, Jeje. Tak seperti biasanya Jeje mengenakan jubah putih, kali ini dia mengenakan jubah hitam bak malaikat pencabut nyawa.
“Maafin aku, Je. Kalau aku tau kamu mencintai Kiky, aku nggak mungkin menyukainya” ucap Ve kepada Jeje
“Tak perlu ada yang di maafkan, yang aku mau tak seorangpun mendapatkan cintanya Kiky”
“Maksudmu?”
“Kamu juga harus mati di tanganku” Jeje mencekik leher Ve.
Rasanya nafas ini hampir terputus. “Bangunlah, Nak...Tinggalkan dunia ini” Bisik seseorang wanita paruh baya, Mama Ve, Ve pun menurutinya. Dia terbangun dari mimpinya, ternyata Ve sendirilah yang mencekik dirinya sendiri.
"Ternyata semua ini cuma mimpi. Syukurlah..." ucap Ve sedikit lega.
Ve melihat jam dinding ternyata sudah menunjukan jam 6, dia harus bersiap-siap ke sekolah.
Dia merapikan dirinya di depan cermin, namun tiba-tiba dia kembali ketakutan melihat dirinya sendiri dalam cermin, Ve kembali berlagak seperti Jeje. “Kamu??? Pengkhianat itu???” Ve menunjuk bayangannya yang menunjuk dirinya. “Jadi?? Aku pengkhianat itu?? Kamu harus mati..!!!” Ve memukul-mukul tubuhnya sendiri, dia melihat ada sebuah silet di atas meja hiasnya, lalu ia goreskan ke nadi di  pergelangan tangannya. “Aku akan membunuh pengkhianat ini, Je. Dan kamu bisa tersenyum puas karena nggak akan ada seseorang yang memiliki Kiky” ucap Ve yang hampir tak sadarkan diri karena hampir kehabisan darah.
.
.
Kiky mempunyai firasat buruk, secepat kilat dia menancapkan gas mobilnya ke rumah Ve. Makin tidak karuan perasaan Kiky manakala pintu luar rumahnya tidak terkunci. “Ve???” Panggil Kiky sambil memasuki rumah Ve, namun tak ada sahutan. Kiky berlari ke arah kamar Ve, sama seperti malam kemarin pintu kamar juga tak terkunci. Kiky masuk dan mendapati Ve sudah bersimbah darah tak sadarkan diri. “Ve..!!” teriak Kiky Histeris, “Ya tuhan, kenapa bisa seperti ini???”
“Ki?” panggil Ve lirih bahkan hampir tak terdengar.
“Ve??”
“A...Aku mohon kita putus aja”
“Nggak bisa, Ve. Aku nggak bisa putus dari kamu”
“Demi aku, Ki. Tolong kabulkan permintaan terakhirku ini”
“Nggak. Ve bertahanlah” ucap Kiky yang kekeh walau air matanya sudah tak dapat ia tahan.
“Jeje...!!! dimana pun kamu berada, urusanmu sama aku. Bukan sama Ve. Ve nggak ada salah apapun sama kamu. Please maafin aku. Jika kamu menginginkan aku putus dari Ve itu bisa membuatmu tenang di sana, aku akan putusin dia sekarang juga. Tapi aku mohon jangan sakitin Ve lagi dengan cara seperti ini” Teriak Kiky seperti orang gila berbicara sendiri.
‘Glomprang’ Foto Ve-Jeje  terjatuh, entah itu pertanda Jeje mendengar permintaan maaf Kiki atau apa yang pasti ini memberi pertanda keberadaan Jeje di sini.
“Ki...” panggil Ve terakhir kalinya karena detik selanjutnya mata Ve terpejam, Ve sudah tak kuat menahan rasa sakitnya ini.
“Ve...!!!!” teriak Kiky dan tangisnya pun pecah

-The End-

Thanks for ( Berhenti Berharap_Sheila on 7 ) atas lirik lagunya.

Writer  : Hanifah Argubie
Twitter : @HanBie_48





Tidak ada komentar: