Aku
tak percaya lagi dengan apa yang kau beri
aku
terdampar disini tersudut menunggu mati
aku
tak percaya lagi akan guna matahari
yang
dulu mampu terangi sudut gelap hati ini
Aku
berhenti berharap dan menunggu datang gelap
sampai
nanti suatu saat tak ada cinta yang ku dapat.
Kenapa
ada derita bila bahagia tercipta?
Kenapa
ada sang hitam bila putih menyenangkan?
Sebulan setelah Ve keluar dari panti
rehabilitasi, dia kembali ke bangku sekolah. Seperti layaknya orang pacaran,
Kiky tak sungkan untuk menjemput Ve untuk berangkat sekolah bersama. Hari ini
adalah hari pertama Ve menginjakan kakinya di sekolah, namun ada perasaan aneh,
semua pasang mata tertuju padanya yang berjalan bebarengan dengan Kiky.
Bisik-bisik yang menanyakan bagaimana bisa seorang Ve yang terkenal di
sekolahnya sebagai cewek cupu mampu menaklukan hati Kiky seorang cowok populer?
Bukannya Ve juga pernah hampir terkena kasus kriminalitas? Apakah Ve sudah
sembuh? Pertanyaan-pertanyaan inilah tak ayal membuat Ve agak bingung dengan
pribadinya, dengan apa yang sebenarnya terjadi kepadanya sebelum ini, dia
benar-benar lupa.
“Ki, apa yang sebenarnya terjadi padaku?
Kenapa mereka bertanya seperti itu?” tanya Ve tiba-tiba kepada Kiky.
“Kamu nggak perlu mendengarkan
ocehan-ocehan orang tentang kamu ataupun kita. Yang perlu kamu tau aku akan
selalu di sampingmu. Yakini itu, Ve. Udah sekarang kamu masuk kelas dulu, kalau
ada apa-apa cepat SMS aku. Ok?” jawab Kiky dan Ve hanya mengangguk dan menuruti
Kiky yang kemudian langsung masuk kelas.
.
.
Di kelas, Ve juga merasakan keanehan
terjadi pada teman-teman kelasnya yang berubah menjadi baik kepadanya. “Silahkan duduk Miss Badai”
ujar Sendy merapikan bangku Ve dan mempersilahkannya untuk duduk. Ve menatap
teman-temannya termasuk Dhike, dari tatapannya seolah dia ingin bertanya ‘Sebenarnya
apa yang terjadi padaku?’. Ve membuka tasnya dan mengambil sebuah buku
bertuliskan “Fisika”, kemudian dia berjalan menghampiri Dhike. Dhike trauma
dengan kejadian waktu itu, ‘apa yang akan loe lakukan Ve? Maafin gue atas
kesalahan gue dulu’ ucapnya dalam hati, Dhike benar-benar merasa takut sampai-sampai
dia memejamkan matanya ‘Ya Tuhan, tolonglah hamba’
“Ini bukumu” ucap Ve menyodorkan buku
itu ke Dhike.
“Buku?” Dhike terkejut dan membuka
matanya kembali.
“Iya, maaf kalau terlalu lama. Ini tugasmu.
Maaf juga kalau tulisanku jelek nggak seperti biasanya. Tanganku tiba-tiba kaku
untuk menulis” ucap Ve yang kemudian langsung kembali ke tempat duduknya. “Dia
lupa? Aneh, kenapa dia malah mengingat kejadian sebelum dia hampir merenggut
nyawa gue? Hmm...Gue bisa simpulkan kalau dia sudah menjadi Ve yang dulu”
senyum licik kembali menghiasi wajah Dhike. Dhike membuka lembar demi lembar
buku tugas itu, ternyata benar yang Ve kerjakan adalah tugas waktu itu. ‘Dasar
CUPU, loe emang ditakdirkan buat gue manfaatin. Ehmm....kayaknya gue bisa tekan
dia lagi, gue bisa suruh dia putus dengan Kiky dan gue bisa jadian sama Kiky
deh’ pikir Dhike. Tiba-tiba...
“AAA.....!!!” teriak Dhike seketika
melihat tulisan berdarah ‘Nyawa loe di tangan gue kalau loe berani ngrebut Kiky
dari gue dan manfaatin kakak gue’ Dhike melemparkan buku itu, keringat
bercucuran terlihat sekali dari wajahnya yang kembali ketakutan. “Loe kenapa,
Key?” tanya Sendy.
“Buku itu Sen” Sendy mengambil buku itu,
“Buku ini? Kenapa?” tanya Sendy menunjukan buku itu.
“Please jangan liatin ke gue”
“Sebenarnya, ada apa sih, Key?” Sendy
makin bingung, kemudian membuka-buka buku itu. “Ini cuma tugas doang, Key? Apa
yang loe takutkan?”
“Coba loe buka halaman sesudah itu?”
perintah Dhike dan Sendy pun menurutinya.
“Nggak ada tulisan apa-apa kok, Key”
“Sumpah loe?” Dhike tak percaya.
“Loe bisa liat sendiri” Sendy
memperlihatkan lembaran itu ke Dhike, “Kok nggak ada? Tapi, tadi ada tulisan
berdarah disini, Sen. Sumpah gue nggak bohong”. Sendy meletakkan punggung
tangannya ke jidat Dhike, “apa-apaan sih loe?”
“Loe kayaknya sakit deh, jadi ngigo
gini. Gue antar ke UKS yah?”
“Nggak perlu, gue Ngga sakit, Sendy
Ariani” Tolak Dhike
“Okeh, terserah loe aja deh” Sendy
menyerah.
---
“Gimana hati pertama loe masuk sekolah
lagi?” tanya Kiky kepada Ve di tengah perjalanan pulang ke rumah Ve.
“Kenapa semua jadi aneh gini ya, Ki?” Ve
berbalik tanya.
“Ceritanya panjang, Ve. Nanti aku
ceritain kalau kita sudah sampai di rumah” jawab Kiky yang masih fokus
mengendarai mobil yaris putihnya.
.
.
Sesampainya di rumah..
“Masuk, Ki. Kamu duduk dulu yah, aku mau
ke kamar dulu, mau ngambil sesuatu” Kiky duduk di ruang tamu, sementara Ve
manaiki anak tangga ke kamarnya. Ketika dia melewati kamar Jeje, ada suara yang
memanggil namanya dari dalam kamar itu, “Ve...Veranda...” langkah Ve terhenti,
dia menempelkan daun telinganya tepat pada pintu kamar itu. Makin jelas
panggilan itu, “Jeje, kamu di dalam??” tanya Ve yang langsung membuka pintu
kamar Jeje, “Je...Jeje???” mata Ve menyusuri tiap sudut kamar Jeje namun Ve tak
mendapati sosok Jeje. Dia terduduk di depan cermin, dia melihat buku agak lusuh
berwarna coklat tua sepertinya itu buku diary Jeje. ‘fyuh...!!’ Ve
membersihkan diary yang penuh debu itu, kemudian membukanya. Tiap lembaran buku
itu terpasang foto seseorang mirip Kiky.
Love
you, Ki. Aku tau cintamu bukan untukku.
Jika
aku tak bisa memilikimu,
maka
tak seorang pun juga berhak mendapat cintamu.
Mungkin
ini saat yang tepat untuk mengakhiri hidupku yang sudah tak berarti lagi,
setidaknya
di alam lain aku bisa bertemu dengan Mama dan Papa.
Kakakku,
Veranda.
Aku
yakin kamu lebih mampu menjalani kehidupanmu meski tanpa kita.
Karena
disini kita akan selalu mengintai dan menjagamu
‘Astaga, Jadi Jeje meninggal karena
....’ Ve membungkam mulutnya rapat-rapat. Otaknya teringat akan kejadian
beberapa bulan lalu.
.
.
‘Tok...tok...tok’ Ve mengetuk kamar Jeje
namun tak ada sahutan, Ve pun memanggilnya. “Je, sudah waktunya makan, kamu nggak
makan? Nanti kamu sakit lho” Namun tetap saja tak ada sahutan dari Jeje. Ve
memainkan (?) gagang pintu, ternyata tak dikunci. Ve memberanikan diri
memasukinya. Terlihat seorang wanita tergeletak dengan buih dimulutnya, dan
obat tercecer di dekatnya. “Ya Ampun, Je?? Kamu kenapa?” Ve memeluk dan
menepuk-nepuk pipi adiknya itu. “Je, bangun. Je...!!” Ve mencoba mencari denyut
nadi di pergelangan tangan dan di lehernya. Namun denyut nadi Jeje sudah tak
terasa. “Jeje...!!!!” Ve menangis sejadinya setelah mendapati bahwa adiknya
telah meninggal.
.
.
“Ve kok lama banget yah? semoga tidak
terjadi apa-apa dengan dia” Kiky mendadak gelisah.
Tiba-tiba...
‘Pyarrr’ terdengar suara pecahan kaca
dari arah atas. Spontan membuat Kiky berlari menuju ke atas. Dilihatnya sebuah
kamar tengah terbuka, dan ia pun memasukinya. Dia melihat Ve ketakutan sekali sambil menunjuk-nunjuk cermin yang ia
pecahkan, “Dasar pengkhianat, telah merebut Kiky dari aku”. Kiky datang dan langsung
memeluknya, “Siapa yang pengkhianat, Ve?”
“Dia..!! Dia yang ada dalam cermin itu”
cara bicara Ve mulai ngelantur lagi.
“Ve, tenangin diri kamu, di sana nggak
ada siapa-siapa”
“Ve? Aku bukan Ve” Ve mendorong Kiky
dengan kasar.
“Kamu Ve, bukan Jeje. Sadarkan diri
kamu, Ve...”
“Kamu?? Kamu yang membuat aku bunuh
diri” tatapan Ve menjadi berbeda.
‘Auuwww...’ kepala Ve mendadak pusing
dan kemudian dia menjadi pingsan.
“Ya Tuhan, Ve. Kenapa kamu seperti ini
lagi? Apa yang kamu pikirkan sebenarnya?” tanya Kiky sambil membopong tubuh Ve ke
kamarnya. Di baringkannya di kasurnya. Dengan sabar Kiky menunggunya siuman.
‘Aku masih bingung kenapa kamu bilang
aku yang membuat kamu bunuh diri? Apa benar Jeje meninggal karena bunuh diri?? Kenapa harus
aku yang di salahkan, Ve??’ Mendadak memori otak Kiky di paksa menyusuri
kejadian beberapa waktu silam saat ia menolak cinta Jeje.
.
.
“Ki,
aku mau bilang sesuatu sama kamu” ujar Jeje kepada Kiky yang tengah asyik
membaca buku. “Aku sibuk, Je” jawab Kiky cuek. “Sebentar aja, Please” ucap Jeje
sedikit manja. “Apa?” tanya Kiky tanpa menoleh sedikitpun ke arah Jeje. “Jujur,
sejak pertama kali aku melihat kamu, aku langsung mengagumimu”
“Lalu??” tanya Kiky yang ingin
cepat-cepat mengakhiri pembicaraannya dengan Jeje. “Aku...ehmm....aku cinta
sama kamu, Ky”
‘Uhuk-uhuk’ Kiky tersedak “kamu cinta
sama aku?” tanya Kiky dan Jeje pun hanya mengangguk, “Maaf Je, aku nggak bisa.
Aku mencintai orang lain”
“Siapa?” tanya Jeje dengan suara agak
bergetar menahan tangisnya.
“Kamu sangat mengenalnya, tapi sayangnya
aku belum berani berkenalan dengannya, apalagi menyatakan perasaanku padanya”
‘hhmmm’ Jeje mencoba untuk tetap
tersenyum, “Nyatakan perasaanmu padanya sebelum dia dimiliki orang lain” ucap Jeje
berusaha tegar. “Pasti, Je. tapi aku rasa ini belum saatnya untuk aku nyatakan
perasaanku padanya”
“Ganbantte...!!” Jeje menyemangati Kiky
walaupun hatinya sudah hancur berkeping-keping.
.
.
“Oh,
My God. Jadi Jeje bunuh diri karena aku tolak cintanya? Aku harus meluruskan
ini semua sebelum semuanya terlambat” ujar Kiky yang baru teringat masa
lalunya.
“Enghhmmm...” Ve mulai sadar dari
pingsannya.
“Jangan banyak gerak dulu, Ve. Kamu
istirahat aja, sudah malam juga” Ucap Kiky yang bangkit dari duduknya. “Kamu
mau kemana?” tanya Ve.
“Aku mau pulang, besok aku kesini lagi”
jawab Kiky.
“Ky?” panggil Ve.
“Iyah, Ve. Ada apa??”
“Aku mau putus dari kamu”
“Putus?? Kamu nggak lagi ngigo kan Ve?” Ve
menggelengkan kepalanya.
“Ya udah kita bicarakan ini besok aja.
Mama sudah menyuruh aku pulang” dusta Kiky yang langsung meninggalkan Ve,
sebelumnya dia mengecup kening Ve pertanda dia tidak mau putus dengan Ve.
‘Ya Tuhan, aku nggak mau putus dari dia yang begitu
mencintaiku. Tapi apa daya, aku tak ingin rasa bersalah ini terus menghantuiku.
Tolong aku Tuhan’ Doa Ve dalam hatinya.
---
Ve kembali memejamkan matanya,
mengembalikannya ke dunia lain yang asing bagi dirinya. Lagi-lagi dia bertemu
dengan adiknya, Jeje. Tak seperti biasanya Jeje mengenakan jubah putih, kali
ini dia mengenakan jubah hitam bak malaikat pencabut nyawa.
“Maafin aku, Je. Kalau aku tau kamu
mencintai Kiky, aku nggak mungkin menyukainya” ucap Ve kepada Jeje
“Tak perlu ada yang di maafkan, yang aku
mau tak seorangpun mendapatkan cintanya Kiky”
“Maksudmu?”
“Kamu juga harus mati di tanganku” Jeje
mencekik leher Ve.
Rasanya nafas ini hampir terputus.
“Bangunlah, Nak...Tinggalkan dunia ini” Bisik seseorang wanita paruh baya, Mama
Ve, Ve pun menurutinya. Dia terbangun dari mimpinya, ternyata Ve sendirilah
yang mencekik dirinya sendiri.
"Ternyata semua ini cuma mimpi.
Syukurlah..." ucap Ve sedikit lega.
Ve melihat jam dinding ternyata sudah
menunjukan jam 6, dia harus bersiap-siap ke sekolah.
Dia merapikan dirinya di depan cermin,
namun tiba-tiba dia kembali ketakutan melihat dirinya sendiri dalam cermin, Ve
kembali berlagak seperti Jeje. “Kamu??? Pengkhianat itu???” Ve menunjuk bayangannya
yang menunjuk dirinya. “Jadi?? Aku pengkhianat itu?? Kamu harus mati..!!!” Ve
memukul-mukul tubuhnya sendiri, dia melihat ada sebuah silet di atas meja
hiasnya, lalu ia goreskan ke nadi di
pergelangan tangannya. “Aku akan membunuh pengkhianat ini, Je. Dan kamu
bisa tersenyum puas karena nggak akan ada seseorang yang memiliki Kiky” ucap Ve
yang hampir tak sadarkan diri karena hampir kehabisan darah.
.
.
Kiky mempunyai firasat buruk, secepat
kilat dia menancapkan gas mobilnya ke rumah Ve. Makin tidak karuan perasaan
Kiky manakala pintu luar rumahnya tidak terkunci. “Ve???” Panggil Kiky sambil
memasuki rumah Ve, namun tak ada sahutan. Kiky berlari ke arah kamar Ve, sama
seperti malam kemarin pintu kamar juga tak terkunci. Kiky masuk dan mendapati Ve
sudah bersimbah darah tak sadarkan diri. “Ve..!!” teriak Kiky Histeris, “Ya
tuhan, kenapa bisa seperti ini???”
“Ki?” panggil Ve lirih bahkan hampir tak
terdengar.
“Ve??”
“A...Aku mohon kita putus aja”
“Nggak bisa, Ve. Aku nggak bisa putus
dari kamu”
“Demi aku, Ki. Tolong kabulkan
permintaan terakhirku ini”
“Nggak. Ve bertahanlah” ucap Kiky yang
kekeh walau air matanya sudah tak dapat ia tahan.
“Jeje...!!! dimana pun kamu berada,
urusanmu sama aku. Bukan sama Ve. Ve nggak ada salah apapun sama kamu. Please
maafin aku. Jika kamu menginginkan aku putus dari Ve itu bisa membuatmu tenang
di sana, aku akan putusin dia sekarang juga. Tapi aku mohon jangan sakitin Ve
lagi dengan cara seperti ini” Teriak Kiky seperti orang gila berbicara sendiri.
‘Glomprang’ Foto Ve-Jeje terjatuh, entah itu pertanda Jeje mendengar
permintaan maaf Kiki atau apa yang pasti ini memberi pertanda keberadaan Jeje
di sini.
“Ki...” panggil Ve terakhir kalinya
karena detik selanjutnya mata Ve terpejam, Ve sudah tak kuat menahan rasa
sakitnya ini.
“Ve...!!!!” teriak Kiky dan tangisnya pun
pecah
-The End-
Thanks for ( Berhenti Berharap_Sheila on 7 ) atas lirik lagunya.
Writer : Hanifah
Argubie
Twitter : @HanBie_48
Tidak ada komentar:
Posting Komentar