“Daniel, buka mulutmu dong, sayang” perintah
seorang cewek yang duduk dihadapannya tengah bersiap menyuapkan makanan ke
mulut pacarnya yang bernama ’Daniel’, namun Daniel enggan-engganan membuka
mulutnya. Bagaimana tidak? Saat ini mereka sedang berada di kantin, berada di
tengah kerumunan orang. Sangat memalukan bagi Daniel mengumbar kemesraan
seperti itu didepan khalayak. Meski itu dengan pacarnya sendiri.
“Ga ah, Nal” Tolak Daniel masih membungkam
mulutnya rapat-rapat. Tapi Cewek yang bernama asli ‘Kinal’ itu tetap
memaksanya. Alhasil makanan itu berhasil masuk ke dalam mulut Daniel meski
harus banyak ‘tamu’ makanan berada disudut bibir Daniel yang belum ia
persilahkan masuk.
“Ya ampun, Kinal. Lu masih ajah nganggep pacar lu
kayak anak kecil? Pake di suapin segala” ucap seorang tiba-tiba duduk menyatu
dimeja yang dihuni sepasang kekasih tadi.
“Haha. Ini lagi Daniel. Masih blepotan makannya.
Pantas saja Kinal masih nganggep Lu anak kecil” Imbuhnya disertai tawa kecil,
yang kemudian mengambil tisu dari dalam tasnya guna membersihkan sisa-sisa
makanan di sekitar bibir Daniel.
Baru sedetik cewek itu menempelkan tisu di sudut
bibir Daniel, tak diduga Daniel mengunci pergelangan tangan cewek itu. Lalu
menatapnya dengan tatapan penuh arti (?) “Makasih Veranda”.
Veranda berusaha memberontaknya. Namun tatapan Daniel
makin menghanyutkannya dalam ilusi yang Daniel ciptakan.
Kejadian itu berlangsung cukup lama. Mereka tak
sadar ada sepasang mata yang melihatnya dengan pandangan yang aneh serta
perasaan curiga, namun berusaha ditepisnya karena dia masih mempercayai apa
yang dia lihat itu merupakan sesuatu kewajaran yang dilakukan oleh sang sahabat
dengan sang kekasihnya.
*Terkadang manusia hanya melihat apa yang
ingin mereka lihat. Dan manusia hanya akan percaya terhadap apa yang ingin
mereka percayai. Karena manusia dikarunia oleh Tuhan sebuah hati nurani.
Sehingga apa yang terlihat dimatanya jika itu tidak sesuai dengan hati nuraninya,
mereka tidak akan mempercayainya dan memastikan apa yang mereka lihat itu
salah. Meski kenyataannya yang mereka lihat itu adalah sebuah kebenaran*
“Ehem” sengaja Kinal mengeluarkan suara deheman
untuk menghentikan scene yang diperlihatkan Veranda dan Daniel. Mereka menjadi
salah tingkah. Daniel langsung melepaskan pergelangan tangan Veranda. Sementara
Veranda langsung menarik tangannya sambil berkata “Sorry, Nal. Niel. Gue cabut
dulu, sepuluh menit lagi ada kelasnya pak Wahyono. Bye” Veranda melangkah pergi
dengan perasaan tak enak hati kepada sang sahabat. Anehnya, Daniel masih
memakukan pandangannya pada Veranda yang makin lama makin terlihat menjauh dari
mereka. ‘Andai Lu mau menjadi kekasih gue, Ve. Senangnya hati gue bisa
mempunyai pacar yang dewasa dan lembut seperti Lu’ Begitu piciknya Daniel
mempunyai pemikiran seperti itu. Menduakan sang pacar yang teramat
mencintainya.
“Sayang?” Kinal mengibas-ngibaskan kelima jarinya
didepan mata Daniel. “Aku tau Veranda memang cantik badai, tapi ngeliatnya
jangan segitunya juga dong, sayang? Sampai-sampai pacar sendiri dicuekin gini?”
ucap Kinal yang berhasil mengalihkan pandangan Daniel kembali bertatapan dengan
Kinal.
“Ah. Kamu apaan sih, sayang? Bicaranya kok kayak
gitu? Cantikan kamu lah, karena kamu pacar aku yang sangat aku cintai“
Gombal Daniel mengacak lembut rambut Kinal.
***
“Veranda tunggu...!!” Teriak seorang cowok
diparkiran menghentikan langkah Veranda yang sedang membuka pintu mobilnya. Veranda
menoleh ke arah sumber suara, yang kemudian seseorang itu berjalan
mendekatinya. Inginnya bersikap tak acuh, akan tetapi rasa tak enak hati pada
sang sahabat membuatnya terpaksa mengacuhkannya.
“Nanti malam lu ada acara nggak? Jalan yuk..!!”
Ajak seseorang itu yang langsung mendapat penolakan dari Veranda. “Sorry Niel.
Gue nggak bisa”.
“Apa karena Kinal, Lu nolak ajakan gue?” Tebak Daniel.
“Pokoknya gue bilang nggak bisa ya nggak bisa.
Sorry” Veranda bersiap untuk masuk kedalam mobilnya. Namun usahanya lagi-lagi
dapat dihentikan oleh Daniel.
“Jawab, Ve..!!!” Dengan kasarnya Daniel
membalikan tubuh Veranda berhadapan dengannya.
“Gue nggak bisa mengkhianati persahabatan gue
dengan cara seperti ini” Mantapnya Veranda berbicara.
“Tapi lu mengkhianati perasan lu” Sanggah Daniel
membuat Veranda tercengang mendengar pernyataan itu. Bagaimana Daniel bisa tau
perasaan Veranda kepadanya?
“Gue nggak suka sama lu, Daniel Eka Putra” Veranda
berusaha menutupinya.
“Bibir lu bisa berbohong Ve Tapi hati dan mata Lu
nggak bisa berbohong. Sekarang tatap mata gue. Bilang kalau lu nggak punya
perasaan apa-apa ke gue...!!” Perintah Daniel yang yakin kalau Veranda juga
mempunyai perasaan yang sama dengannya. Namun itu dulu, sebelum Veranda menjadi
ilfeel dengan kelakuannya saat ini
yang benar-benar tega akan menduakan Kinal, serta menjadikan Veranda sebagai
selingkuhannya.
Veranda menatap mata Daniel dengan tatapan benci,
“Gue nggak suka dengan lu yang seperti ini...!!!” Ujarnya tegas sembari masuk
kedalam mobilnya.
“Gue akan putusin Kinal, Demi mendapatkan
lu, Veranda...!! Ancam Daniel setengah berteriak, yang masih bisa Veranda
dengar meski mobil yang ia kendarai telah melaju terlebih dahulu.
*Apa yang menjadi tujuan kita, capailah itu
dengan usaha kita sendiri. Meski demikian bukan berarti kita dihalalkan untuk
menggunakan segala cara untuk menggapai tujuan itu. Hanya seorang pecundanglah
yang mampu berbuat seperti itu, mengorbankan kebahagiaan orang lain hanya untuk
dirinya pribadi*
***
Malam pun tiba, sesaat Veranda sedang merebahkan
tubuhnya di atas ranjangnya, terdengar klarkson mobil dari lantai bawah
rumahnya. Enggan sekali Veranda menengoknya. Pikirannya masih terngiang-ngiang
akan perkataan terakhir Daniel.
‘Gue nggak akan biarin lu nyakitin Kinal, Niel’
tekad Veranda dalam hati.
‘tapi bagaimana caranya? Arrgghh’ gusarnya
kemudian.
'tok.tok.tok'
“Sayang, ada temen kamu dibawah, katanya kalian
udah janjian untuk jalan malam ini?” ucap seorang wanita paruh baya dibalik
kamar Veranda.
‘temen?’
‘janji?’
‘jalan?’
‘siapa?’
Pertanyaan-pertanyaan kecil terlintas dalam otak Veranda.
Perasaan Veranda tidak ada janji malam ini dengan siapapun.
“Siapa, Mah?” sahutnya bergegas membuka pintu
kamarnya.
“Aduh. Mama lupa nggak tanyain itu, Sayang. Ya
udah gih, cepetan temuin dia. Pamali nganggurin tamu sendirian” perintah sang
Mama, dan Veranda pun tak bisa menolaknya. Segera mungkin Veranda menghampiri
‘tamu tak diundang’ nya itu. Seketika pijakan kakinya sampai pada anak tangga
kedua dari bawah, matanya dibuat terbelalak dengan kehadiran ‘tamu’ itu. Dari
ujung kaki sampai ujung rambut ia perhatikan sosok pria yang kini sedang duduk
memainankan BB yang sedari tadi ia pegang.
“Gue kan udah bilang siang tadi kalo gue nggak
mau jalan sama lu..!!” kata-kata kasar pun mampir dalam mulut Veranda saking
tidak sukanya melihat pria itu. Pria itu menoleh, lalu menghampirinya.
“Tentunya lu juga nggak lupa dengan kata terakhir
gue kan, Veranda?” Pria itu berbalik tanya. Pria yang telah Veranda kenal
setahun ini sampai tak sadar Veranda pun menaruh hati padanya. Akan tetapi,
semenjak siang tadi rasa cinta dan sayang itu berubah menjadi kebencian. Pria
itu menjelma bagaikan iblis dengan ancaman-ancaman yang tak berperasaan.
Veranda benar-benar terdesak, mau ambil pilihan
apapun jadi serba salah. Akhirnya Veranda pun menerima ajakan Daniel dengan
sangat terpaksa demi Kinal.
“Okeh. Gue mau. Tapi gue harap lu jangan pernah
sakitin hati Kinal”
***
Detik berlalu tergantikan oleh menit, menit
berlalu tergantikan oleh jam, begitu seterusnya hingga tiga hari
berselang setelah kejadian hari itu. Kinal duduk termangu di dalam kamarnya
sambil melihat sebuah foto kekasihnya yang merangkul bahunya kala mereka sedang
berlibur disebuah pantai.
‘Kamu kenapa sih sayang? BBM.ku nggak dibalas,
telpon nggak diangkat. Aku cari-cari di kampus kamu nggak ada. Apa kamu sakit?’
pikir Kinal yang diselubungi kekhawatiran akan keadaan Daniel yang tak pernah
ia dengar beberapa hari belakangan ini. Sayangnya, Daniel malah menjadikan moment ini untuk terus bisa menjauhkan
dirinya pada Kinal.
‘Tok. Tok. Tok’
“Masuk” ucap Kinal datar.
Seseorang itu masuk dengan membawa senampan
makanan, lalu ia duduk disamping Kinal.
“Kata tante Diana seharian ini lu belum makan.
Gue suapin yah?” tawar seseorang itu kemudian.
“Gue lagi nggak nafsu makan, Ve” Tolak Kinal.
“Kenapa? Karena Daniel?” Tanya Veranda, membuat Kinal
terkejut menoleh ke arah Veranda.
“Kok Lu tau?”
“Hah. Gue cuma nebak doang sih. Siapa lagi
seseorang yang bisa bikin Kinal galau kalau bukan Daniel?” Kinal tersenyum
kecut mendengar jawaban Veranda. Lalu tanpa aba-aba Kinal mencurahkan hatinya
pada sahabatnya itu.
“Beberapa hari ini Daniel susah ditemui. Gimana
mau ditemui coba? Dihubungi aja susah banget. Apa dia sedang sakit, Veranda?
Atau Diam-diam dia ...? Ah. Nggak. Nggak mungkin Daniel seperti itu. Daniel hanya
cinta sama gue”
‘Lu salah mencintai orang Nal. Dia bukan cowok
yang baik untuk Lu. Lu harus bisa melihat ini semua. Jangan sampai cinta ini
membutakan Lu. Ya Tuhan. Gimana gue nyadarin dia kalau Daniel nggak baik buat
dia?’ Gusarnya hati Veranda.
“Veranda kok lu diem?” Tanya Kinal melihat Veranda
yang malah mlamun ketika sedang mendengarkan ceritanya.
“Ehmm. Sorry Nal. Bentar yah. Gue ke toilet dulu.
Kebelet soalnya, hehe”
***
Ketika Veranda sedang berada di dalam toilet, Veranda
menghubungi seseorang.
“Sebenarnya mau lu apa, Niel?” sergap Veranda
ketika tau nomor yang ia hubungi telah tersambung.
“Mau gue cuma lu, Veranda” ucapnya terkesan
main-main.
“Tapi lu mengkhianati perjanjian kita..!!!”
“Perjanjian apa? Sepertinya gue sedikit amnesia
gara-gara selalu memikirkan lu” jawabnya yang membuat Veranda naik darah.
“Jangan berrlagak sok nggak tau deh lu. Gue udah
nerima tawaran jalan dengan lu beberapa hari ini. Dengan syarat lu nggak
nyakitin perasaan Kinal. Tapi apa yang lu perbuat? Lu malah menjauh darinya.
Membuat perasaan dia sakit, Niel” nada bicara Veranda jadi meninggi.
“Haha. Gue nggak peduli tuh. Orang gue cuma mau
lu, bukan Kinal”
“Sakit lu. Gue bakal beberin ini semua ke Kinal”
Ancam Veranda tiba-tiba, namun bukan Daniel namanya kalau dia takut dengan
ancaman seorang cewek, yang ada Daniel malah terkesan berbalik mengancam Veranda.
“Silahkan, kalau lu menginginkan persahabatan
kalian hancur”
‘Shhhiiiit’ Veranda mematikan Hpnya. “Mau dia apa
sih? Gue rasa tuh orang perlu dimasukkan kedalam rumah sakit jiwa deh” ujar Veranda
kesal terhadap ucapan Daniel.
Tanpa Veranda sadari, ada seorang yang sengaja
menguping pembicaraannya di luar kamar mandi yang dijadikan Veranda alasan untuk
menghubungi Daniel. Seseorang itu bergegas menjauh sesaat ketika gagang dari
toilet itu bergerak kebawah sebagai pertanda bahwa seseorang yang didalam akan
segara keluar.
***
Kinal menangis tersedu-sedu di dalam kamarnya,
entah karena apa tiba-tiba air matanya menetes.
Veranda masuk. Ia melihat salah tingkah Kinal
yang mengusap-usap wajahnya. Terlebih nampak bekas airmata di wajahnya.
“lu nangis?” tanya Veranda bingung.
Kinal langsung memeluk erat Veranda. “Lu mau kan
janji ke gue kalau lu nggak akan pernah ngekhianatin gue?” ucapnya yang masih
berpelukan dalam Veranda. Namun Veranda diam seribu bahasa, ‘kenapa tiba-tiba Kinal
bicara seperti itu? Apa dia tau kalau ... ?’
“Veranda?”
“Iyah, Nal. Gue janji”
***
Keesokan harinya Veranda mengatur pertemuan
antara Kinal dengan Daniel tanpa sepegetahuan mereka. Veranda berharap
pertemuan yang ia rencanakan itu bisa membuat Kinal tidak larut dalam
kesedihannya.
Sejam berlalu, Kinal menunggu di tempat yang Veranda
janjikan, namun Veranda belum juga datang. Sosok yang tak diduga malah muncul
dihadapannya seperti orang kebingungan mencari seseorang. Siapa lagi kalau
bukan mencari Veranda juga. Sebenarnya Veranda berada tak jauh dari arena
pertemuan mereka. Berlagak waspada kalau-kalau terjadi sesuatu pada Kinal.
“Daniel?” sapa Kinal.
“Kinal? Kamu disini juga? Veranda mana?” tanya Daniel,
Kinal hanya mengangkat bahunya pertanda dia-pun tidak tau.
“Niel. Beberapa hari kamu kemana? Kenapa BBMku
nggak pernah dibalas, telpon dari aku nggak pernah diangkat?” tanya Kinal
bertubi-tubi, pertanyaan yang sama pula yang selalu ia lontarkan manakala Daniel
susah untuk ia hubungi. Daniel bosan membuatnya mengungkapkan sesuatu yang tak
diduga oleh Kinal.
“emangnya waktu aku cuma untuk kamu. Aku juga
punya kesibukan lain, Nal. Bukan Cuma kamu. Aku jenuh dengan sikapmu yang
seperti anak kecil gini. Aku ingin kita putus...!!
Bak disambar gledek di siang hari, sebuah kata
‘putus’ pun akhirnya terucap dari mulut Daniel.
“Putus, Niel?” hanya dua kata itu yang terlontar
dari mulut Kinal, sisanya dia hanya bisa mencurahkan dengan kerlingan airmata
yang menetes dengan derasnya.
Veranda mendengar jelas pernyataan putus yang Daniel
lontarkan. Dengan sigap Veranda keluar dari tempat persembunyiannya dan
menghampiri mereka. Sebuah tamparan dari tangan kanannya mendarat cukup keras
tepat dipipi kiri Daniel.
‘Plak’
Daniel terkejut, begitu pula dengan Kinal. Hampir
seluruh pengunjung cafe itu menengok ke arah mereka. Menjadi penonton gratis
drama yang dilakoni oleh tiga remaja ini.
“apa-apaan ini, Ve?” Daniel tak terima
dipermalukan seperti ini.
“Sakit..?? Itu nggak sebanding dengan perasaan
sakit yang Kinal rasakan karena dicampakan oleh lu” Bentak Veranda, lalu
menggandeng tangan Kinal. Namun Kinal melepaskan genggaman Veranda dengan kasar
dan berbalik menampar Veranda.
“Sebenarnya drama apa yang kalian lakukan selama
ini di belakang gue?” tanya Kinal tiba-tiba.
“Dia..!! Dia iblis yang ingin menghancurkan
persahabatan kita, Nal. Dia minta gue buat jadi selingkuhannya. Jika gue nggak
mau Daniel akan putusin lu” Ungkap Veranda.
“Dan akhirnya lu mau jadi selingkuhannya cowok
gue? Dasar pengkhaianat...!!” Bentak Kinal yang kemudian langung berlari
menjauh dari Veranda.
“Lu boleh anggep gue sebagai pengkhianat, tapi
satu yang perlu lu tau, gue sahabat lu yang akan selalu buat lu” teriak Veranda.
Namun sepertinya sia-sia. Entah Kinal tidak mendengar teriakan Veranda atau
emang sebenarnya dia dengar namun dia tak ingin berhenti karena dalam hatinya
masih sangat marah pada Veranda sehingga dengan sengaja ia menghiraukan
teriakan Veranda.
Kinal berlari sejadinya dengan air mata yang
terus mengalir. Sampai ia tak sadar ada mobil yang sudah sangat dekat melaju ke
arahnya dengan sangat cepat. Alhasil...
“AAAAA” teriak Kinal
***
“AAAA” Kinal terbangun dari tidur panjangnya,
keringat bercucuran dipelipisnya. Dilihatnya, sosok Veranda yang semalaman
tidur disebelahnya dibuat kaget oleh teriakannya dipagi buta ini.
“Kinal...!! masih juga subuh, lu udah
teriak-teriak gini?? Gue masih ngantuk tauu..!!” keluh Veranda mengucek-ngucek
matanya, mengumpulkannya setengah nyawanya yang masih terbawa arus
imajinasinya.
“Pagi? Bukannya tadi ... ?” Ujar Kinal sedikit
kebingunganan. Bukannya scene yang terjadi tadi adalah siang hari, kenapa
tiba-tiba menjadi pagi seperti ini? Dan bukannya scene terakhir itu, Kinal akan
ditabrak mobil yang melaju ke arahnya dengan sangat cepat, kenapa tiba-tiba di
atas ranjang seperti ini?
“Pasti lu mimpi buruk lagi deh?” terka Veranda.
“Mimpi yah? hehe” Ujar Kinal menjadi cengengesan.
‘ping.ping’
“Tuh. BB lu bunyi” Ucap Veranda
Kinal segera mengambil BBnya yang terletak di
atas meja disebelah ranjangnya. Dibacanya sebuah BBM dari Daniel yang ingin
mengajaknya jogging pagi ini. Kinal
jadi senyum-senyum sendiri, sambi mengetikan balasan ‘ok’.
“BBM dari siapa? Dari Daniel yah?” Tanya Veranda,
Kinal pun mengangguk.
“Lu ikut jogging bareng kita yah?”
“Nggak lah, Nal. Gue lagi nggak enak badan” dusta
Veranda yang sebenarnya dia tidak ingin jika mereka selalu berjalan bertiga
yang ada rasa cintanya pada Daniel akan semakin menjadi.
“Yah, Veranda...” Kinal cemberut.
“Yaelah gitu ajah cemberut. Lagian berdua lebih
baik kan?” Ungkap Veranda memainkan alisnya seraya tersenyum guna menyenangkan
hati Kinal.
***
Jam enam lebih Daniel sudah standby di
depan rumah Kinal. Dengan menggunakan kaos ‘couple’
Kinal dan Daniel nampak serasi. Sebenarnya membuat Veranda sedikit merasa
cemburu namun berusaha ditepisnya. Dalam hati Veranda berkata, “Semoga cinta
kalian langgeng. Biar cinta ini gue simpan dalam hati gue entah sampai kapan
pun itu gue akan menikmatinya sendiri saja. Satu yang akan gue lakukan sekarang
dan selamanya yaitu gue nggak akan mengkhianati persahabatan kita hanya karena
cinta”.
*Cinta datang silih berganti dan terkadang
tak tepat waktu. Namun sahabat untuk selamanya dan kehadirannya pun selalu pada
saat yang tepat*
-The End-
Writer : Hanifah
Argubie
Twitter : @HanBie_48
Writer : Hanifah
Argubie
Twitter : @HanBie_48
Tidak ada komentar:
Posting Komentar